Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Pasca Banjir Surut, Warga Trenggalek Berburu Bambu di Bawah Jembatan Dawung

  • 21 Jun 2025 10:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Warga mencari kayu dan bambu tersangkut di sungai usai banjir.

    • Kayu digunakan untuk memasak sehari-hari atau produksi tempe.

    • Aktivitas rutin ini dilakukan warga karena kondisi ekonomi dan kebutuhan harian.

    KBRT - Setelah banjir yang melanda wilayah Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan, mulai surut, sejumlah warga memanfaatkan momen tersebut untuk mengumpulkan kayu dan bambu yang tersangkut di bawah Jembatan Dawung.

    Aktivitas ini bukan hanya sekadar membersihkan sampah, tetapi juga menjadi upaya bertahan hidup warga sekitar. Kayu dan bambu yang terbawa arus saat banjir menjadi sumber bahan bakar untuk memasak atau kebutuhan produksi rumahan.

    Salah satu warga, Jumali (77), tampak gesit memanjat tumpukan bambu dan kayu di dasar jembatan. Meski usianya sudah lanjut, ia tetap semangat mencari kayu untuk keperluan memasak sehari-hari.

    “Dari kemarin saya sudah di sini, cari kayu bakar sekalian membersihkan jembatan,” ujar Jumali, warga RT 12 RW 7 Desa Bendorejo.

    Ia tidak sendirian. Di seberang sungai, seorang tetangganya juga tampak mencari bambu untuk digunakan sebagai bahan bakar saat mengolah kedelai menjadi tempe. Menurut Jumali, setiap banjir surut, warga kerap memanfaatkan momen ini untuk berburu kayu secara swadaya.

    “Kalau banjir surut ya biasa kami ke sini, cari kayu yang nyangkut di jembatan. Buat masak, kadang buat dijual juga,” ungkapnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Berdasarkan pantauan Kabar Trenggalek, tumpukan bambu dan kayu yang sebagian sudah lapuk menumpuk di tiga tiang penyangga Jembatan Dawung. Pada bagian timur, tumpukan bahkan menutup hampir seluruh aliran sungai.

    Jumali menyebut, aktivitas ini sering dilakukan oleh warga lain juga. Namun, kali ini ia hanya ditemani satu orang tetangga karena beberapa teman lainnya sedang bekerja di sawah.

    “Biasanya saya bareng teman-teman. Tapi hari ini mereka ke sawah, jadi tinggal saya dan satu orang di seberang,” jelasnya.

    Jumali menambahkan bahwa tumpukan bambu dan kayu kali ini jauh lebih banyak dibanding banjir-banjir sebelumnya. Meski berisiko, ia tetap memilih turun ke sungai karena merasa tidak sehat jika hanya diam di rumah.

    “Kalau duduk terus malah badan sakit. Mending gerak, bisa dapat kayu juga,” tuturnya sambil tersenyum.

    Warga berharap, selain dimanfaatkan untuk kebutuhan harian, tumpukan kayu dan bambu ini juga bisa segera dibersihkan petugas agar aliran sungai kembali lancar dan tidak menimbulkan potensi bahaya di kemudian hari.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita