Mekar yang Dibawa Pergi: Naskah Film tentang Lelaki Tua yang Ingin Bunuh Diri
Kabar Trenggalek - “Pernahkah kita sangat membenci dan ingin mengakhiri hidup?” begitulah pertanyaan yang muncul dalam sinopsis naskah film yang berjudul ‘Mekar yang Dibawa Pergi’. Nasakah film itu diproduseri oleh pemuda Trenggalek bernama Yanu Andi Prasetyo. Yanu menjadi nominasi terbaik mewakili Jawa Timur dalam koompetisi Apresiasi Kreasi Indonesia 2021, Sabtu (23/10/2021).Naskah film ‘Mekar yang Dibawa Pergi’ menceritakan kehidupan Lelaki Tua yang diselimuti kesepian dan keputusasaan. Lelaki Tua itu ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Ia adalah seorang penjaga makam. Ia ingin mati dengan cara yang ia inginkan sendiri. Mengubur dirinya sendiri di makam sambil memandang Bunga Wijaya Kusuma yang akan mekar. Mati dengan tenang.Pada suatu malam, Lelaki Tua itu sudah mempersiapkan kematiannya dengan baik. Ia sudah menggali liang kuburnya sendiri dengan cangkul kecil. Lalu ia tidur di liang kubur itu sambil menatap Bunga Wijaya Kusuma yang akan mekar. Tapi, rencana bunuh diri itu digagalkan oleh seekor kucing oren.Kucing oren itu menggaruk-garuk tanah ke liang kubur dan mengenai wajah Lelaki Tua. Rencana bunuh diri dengan tenang akhirnya gagal. Lelaki tua marah. Ia membunuh kucing oren itu dengan cangkul kecilnya. Setelah membunuhnya, Lelaki Tua memakamkan kucing oren di ujung makam di bawah pohon.Baca juga: Pemuda Trenggalek Raih Nominasi Terbaik Mewakili Jawa Timur pada Kompetisi Film Apresiasi Kreasi Indonesia 2021Keesokan harinya, seorang Perempuan yang sedang hamil datang ke makam. Ia bertemu dengan Lelaki Tua penjaga makam, menanyakan keberadaan kucing oren yang hilang. Ternyata, kucing oren yang dibunuh Lelaki Tua adalah milik Perempuan itu.Pertemuan dengan Perempuan itu membuat Lelaki Tua semakin kesal. Lelaki Tua mengatakan tidak tahu keberadaan kucing oren dan menyuruh Perempuan itu pergi. Kesal dengan jawaban Lelaki Tua, Perempuan itu segera pergi dari makam.Perempuan itu pergi secepat yang ia mampu sebagai Perempuan hamil. Tapi, sebelum mencapai pintu makam, ia harus melewati tangga yang cukup tinggi. Perempuan itu terjatuh. Ia berteriak kesakitan. Calon jabang bayinya meninggal. Innalillahi wainnailaihi rojiun. Besoknya, pemakaman itu ramai dengan orang-orang yang berziarah.Baca juga: Cerita di Balik Medali Emas: Sang Ibu Meninggal Dunia saat Samsul Ikuti PON XX di PapuaHari-hari berikutnya, cerita antara Lelaki Tua dan Perempuan itu semakin penuh dengan pergulatan batin. Lelaki Tua dengan perasaan kesalnya, Perempuan dengan perasaan tidak ikhlas kehilangan anaknya sekaligus rasa tidak enak karena menganggap Lelaki Tua merasa bersalah.Setiap hari, Perempuan datang ke makam anaknya. Perempuan itu juga selalu membawa rantang makanan untuk Lelaki Tua. Konflik batin itu lama-kalamaan semakin memuncak ketika Perempuan meminta maaf kepada Lelaki Tua, tapi Lelaki Tua membalasnya dengan amarah. Lelaki Tua tidak mau memberi maaf karena menganggap Perempuan itu sudah menggagalkan rencana bunuh dirinya.Perdebatan antar perasaan pun terjadi. Perempuan itu telah kehilangan kucing oren dan anaknya, ia merasa seperti kehilangan segala-galanya di dunia ini. Perempuan merasa bahwa yang perasaan Lelaki Tua yang ingin bunuh diri itu tak sepadan dengan perasaan kehilangannya. Sedangkan Lelaki Tua menyalahkan perasaan Perempuan itu karena Lelaki Tua merasa sudah tidak memiliki apa-apa maupun merasa dimiliki oleh seseorang.Cerita ‘Mekar yang Dibawa pergi’ berakhir menyedihkan. Lama-kelamaan, Lelaki Tua semakin sadar bahwa tindakannya itu kurang ajar. Lelaki Tua menjadi sadar, ternyata selama ini ia merasa dimiliki oleh seseorang. Seseorang yang juga kehilangan kucing oren, yang sebenarnya dibunuh oleh Lelaki Tua itu sendiri.Baca juga: Cerita Barista Trenggalek, Belajar dari Komunitas hingga Menjadi Juara LombaLelaki Tua tidak pernah mengucapkan terima kasih karena sudah diberi makan setiap hari oleh Perempuan yang kehilangan anaknya. Saat ingin mengucapkan terima kasih kepada Perempuan itu, Lelaki Tua sudah meninggal.Naskah film ‘Mekar yang Dibawa pergi’ memberikan pesan akan makna hidup berdampingan. Dalam dokumen sinopsis naskah film itu, tertulis pesan dari “Director Statement” yang isinya seperti ini:“Orang-orang saat ini semakin acuh, Hingga keputusasaan berlarut, terpendam dan tumbuh menjadi kebencian. Orang-orang, bahkan mungkin kita, tidak menyadari bahwa di dalam diri akan selalu ada kebahagiaan, semangat dan cinta yang terus hidup. Terkadang kita perlu seseorang untuk bisa memunculkan itu kembali.”“Cerita ini memberikan gambaran bagaimana setiap orang mampu memberikan kebahagiaan bagi orang lain walau dengan cara yang sangat sederhana. Cerita tentang pencarian semangat hidup, tentang manusia yang sejatinya selalu punya cinta, Selalu butuh srawung dan hidup berdampingan.”Selain itu, ada kutipan dari “Film Statement” yang isinya seperti ini:“Keputusasaan dan kesepian membutakan kita dari apa yang sebenarnya kita butuhkan. Kita sebagai manusia punya titik lemah. Ketika datang satu hal yang tanpa kita sadari bahwa itu adalah sesuatu yang kita butuhkan, maka titik lemah itu akan melebur. Contohnya gengsi, keras kepala yang kalah dengan hati yang baik.”
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow