Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account
ADVERTISEMENT
JImat

Longsor Putus Jalan, Warga Sukorame Trenggalek Terisolasi seperti Saat Pandemi

  • 26 May 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Enam keluarga di RT 2 RW 2, Desa Sukorame, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, merasa terkurung di kampung sendiri. Pasalnya, akses jalan utama menuju permukiman mereka putus total akibat longsor pada Rabu, 21 Mei 2025.

    Kini, satu-satunya akses yang tersisa hanyalah jalan setapak melewati kebun warga. Jalan tersebut tidak dilengkapi penerangan dan menjadi licin saat hujan, membuat aktivitas warga sangat terbatas, terutama pada malam hari.

    “Ya betul, seperti diisolasi saat Covid-19, mau ke mana-mana sekarang jadi susah,” ujar Nur Fadilah (52), salah satu warga yang tinggal paling dekat dengan lokasi longsor.

    Nur, yang akrab disapa Ibu Nur, mengatakan kegiatan ekonomi dan keseharian warga sempat lumpuh setelah jalan putus. Suaminya, yang sehari-hari berdagang sayur dan kebutuhan dapur di Pasar Panggul, harus berhenti berjualan sementara karena terputusnya akses jalan.

    Sebagai ibu rumah tangga, Nur juga mengalami kesulitan saat ingin keluar rumah untuk belanja kebutuhan keluarga, terutama saat hari mulai gelap. Jalan setapak yang gelap dan licin membuat ia harus mengatur waktu lebih ketat.

    “Kalau masih pagi atau sore, saya kembali meneliti kebutuhan apa yang belum tersedia agar bisa segera mencari sebelum jalannya menjadi gelap,” terangnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Sebelum putus, jalan utama ke permukiman Nur masih bisa dilalui kendaraan jenis truk sedang atau mobil pikap. Namun, jalan tersebut memang rawan rusak karena terus-menerus tergerus aliran air, terlebih sejak jembatan baru dibangun menggantikan jembatan lama.

    Nur mengenang banjir besar sekitar 22 tahun silam saat ia masih kecil. Saat itu, masih terdapat tanggul pemecah air di bawah jembatan yang konon peninggalan Belanda. Tanggul itu, menurut Nur, mampu menahan longsor.

    “Baru setelah jembatan baru dibangun, dan tanggul di bawahnya dihilangkan, tanah di pinggiran sungai semakin terkikis setiap tahunnya,” jelasnya.

    Saat banjir 19 Mei 2025 lalu, dua titik pemukiman kembali mengalami pengikisan besar. Nur menunjukkan tumpukan bambu yang masih menghalangi sebagian jalan warga akibat terseret arus banjir.

    Lebih lanjut, ia mengkritik pembangunan jalan dan jembatan beberapa tahun lalu yang menurutnya memakai material berkualitas rendah. Hal itu membuat struktur jalan menjadi berongga dan mudah ambles.

    “Dulu waktu perbaikan, jalan ditimbun menggunakan tanah pasir, yang menyebabkan struktur kurang padat dan tidak kuat,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Zamz