KBRT - Jumlah pasien di poli jiwa Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soedomo Trenggalek terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tidak hanya orang dewasa, pasien yang datang juga banyak berasal dari kalangan remaja.
Berdasarkan data poli jiwa RSUD dr. Soedomo, pada tahun 2023 tercatat sebanyak 7.007 pasien menjalani pengobatan. Sedangkan pada tahun 2024, jumlah tersebut meningkat menjadi 7.089 pasien.
Dokter Spesialis Jiwa, dr. Yekti Nurhaeni, menyebutkan memang terjadi peningkatan jumlah pasien dalam dua tahun terakhir, meskipun tidak terlalu signifikan.
"Pada tahun 2023 ada 7.007 pasien dan tahun 2024 ada 7.089 pasien, jadi meningkat tapi tidak banyak," jelas dr. Yekti, Senin (14/4/2025).
dr. Yekti menegaskan, pasien yang datang ke poli jiwa tidak selalu mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia, yakni gangguan mental kronis yang memengaruhi perilaku, emosi, dan kemampuan berpikir.
"Namun, pasien yang datang ke poli jiwa rata-rata memiliki gangguan cemas dan depresi yang disebabkan oleh lambung," ungkapnya.
Ia menerangkan, secara umum gangguan lambung tersebut termasuk dalam kategori psikosomatis, yaitu kondisi ketika masalah psikologis atau emosional memengaruhi kondisi fisik tubuh. Dalam hal ini, gangguan psikologis menyebabkan masalah pada lambung.
Gejala awal biasanya berupa sering pusing, serta gangguan tidur yang menjadi keluhan paling umum. Untuk pasien gangguan jiwa berat yang sudah stabil, biasanya akan dirujuk ke puskesmas setempat.
"Sedangkan untuk kondisi cemas dan depresi itu ada beberapa faktor penyebab yang bervariasi, misal masalah ekonomi," papar dr. Yekti.
Ia juga menambahkan bahwa gangguan cemas dan depresi saat ini tidak hanya dialami oleh orang dewasa dan lansia, tetapi juga oleh anak-anak dan remaja dengan berbagai permasalahan masing-masing.
Pada orang dewasa, gangguan tersebut biasanya berkaitan dengan masalah ekonomi. Sementara itu, pada remaja, faktor pemicu umumnya melibatkan penggunaan gawai, narkoba, pil dobel L, serta konsumsi alkohol.
"Sedangkan jika remaja menginjak dewasa sudah mulai menghadapi berbagai permasalahan," jelasnya.
dr. Yekti menambahkan, masalah yang dihadapi bisa berupa percintaan dan pekerjaan. Jika sudah berkeluarga, biasanya muncul konflik ekonomi serta persoalan rumah tangga.
Sementara pada lansia, faktor pemicunya lebih banyak karena ketakutan menghadapi kematian dan beban pikiran terhadap anak cucu yang belum berhasil.
"Juga ada yang faktor penyebab depresi dan cemas pada lansia karena memikirkan anak cucu mereka yang belum berhasil," pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Kesehatan
Editor:Lek Zuhri