Tampilnya tiga kandidat calon gubernur dari tokoh perempuan menjadi sorotan pakar. Hal ini menunjukkan perkembangan positif dalam kesetaraan gender di Jawa Timur. Terlebih Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Jawa Timur cukup tinggi.
Seperti diketahui, tiga kandidat calon gubernur Jatim: Khofifah Indar Parawansa sebagai petahana ditantang oleh Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah.
Menurut Febby Risti Widjayanto, dosen Ilmu Politik FISIP UNAIR, fenomena ini menunjukkan perempuan mempunyai kesempatan setara untuk ikut serta kontestasi jabatan publik, sepanjang mereka memiliki kapasitas kepemimpinan. Hal ini, lanjut dia, meningkatkan kepercayaan publik pada pemimpin perempuan.
Kendati demikian, Febby menyampaikan beberapa tantangan yang pemimpin perempuan. “Ada tiga tantangan utama yang dihadapi oleh pemimpin perempuan, antara lain adalah sumber daya material, stigma secara kultural dan beban ganda,” kata Febby seperti dikutip dari unair.ac.id.
Febby memaparkan, pemimpin perempuan kerap terkendala sumber daya finansial. Padahal, mereka memiliki tanggung jawab agar berdaya secara ekonomi serta memanfaatkan modal sosialnya.
Sementara, perempuan menghadapi stigma yang meragukan kemampuan kepemimpinan mereka. Di sisi yang lain, perempuan juga memiliki tantangan beban ganda yakni; pekerjaan rumah tangga dan karir.
“Langkah untuk mengatasi ini adalah pembagian peran yang adil di dalam rumah tangga serta memperjuangkan kebijakan yang lebih pro pada kesetaraan gender. Seperti penyediaan fasilitas daycare yang lebih terjangkau,” tutur Febby.
Febby memaparkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Jatim yang mencatatkan angka 92,08 pada tahun 2022. Sementara, angka nasional berkisar 91,63. Tingginya tren IPG ini, lanjut Febby, menunjukkan peningkatan aspirasi bermuara menjadi partisipasi politik perempuan, baik aktif atau pasif.
Febby memaparkan Indeks Pembangunan Gender (IPG) Provinsi Jatim yang mencatatkan angka 92,08 pada tahun 2022. Sementara, angka nasional berkisar 91,63. Tingginya tren IPG ini, lanjut Febby, menunjukkan peningkatan partisipasi politik perempuan, baik aktif atau pasif.
IPG juga mengukur partisipasi perempuan dalam aktivitas perekonomian. “Artinya, peranan perempuan untuk berdaya secara ekonomi mendorong munculnya kelas menengah yang memiliki aspirasi terhadap perpolitikan daerah,” ujar Febby.
Faktor lainnya yakni peningkatan partisipasi perempuan pada pendidikan tinggi. Secara nasional, ungkap Febby, Angka Partisipasi Kasar (APK) perempuan pada pendidikan tinggi justru lebih besar, yaitu 33,87 persen, lebih tinggi dibanding laki-laki yang berada pada angka 29,12 persen. Hal ini merupakan indikasi jumlah perempuan yang memiliki kualifikasi untuk jabatan publik kian banyak.
Febby menyampaikan, fenomena tiga srikandi Jatim merupakan sinyal penyampai pesan yang baik terhadap perpolitikan daerah dan nasional. Menurut dia, Indonesia bakal menyaksikan lebih banyak perempuan menduduki jabatan publik di masa depan.
Editor:Danu S