Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Penyebab Bencana Longsor di Trenggalek, Kenali dan Waspada

Langanan longsor setiap musim hujan.

  • 14 Jan 2025 16:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Bencana tanah longsor layaknya langganan terjadi setiap musim penghujan mengguyur di Trenggalek. Longsor umumnya disebabkan oleh faktor alam antara lain kondisi geologi, curah hujan, topografi, jenis penggunaan lahan, jenis tanah, getaran atau gempa bumi dapat mempengaruhi stabilitas lereng yang dapat meng­akibatkan terjadinya longsor lahan.

    Pemanfaatan lahan yang berlebihan seperti pembukaan lahan baru dan pemotongan lereng untuk pembuatan jalan dan permukiman serta pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah konservasi telah menyebabkan beban pada lereng semakin berat, sehingga mengakibatkan terja­dinya longsor.

    Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.

    Faktor Penyebab Terjadi Longsor

    Faktor-faktor tersebut sema­cam kondisi-kondisi geologi dan hidrografi, topografi, iklim dan peru­bahan cuaca. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah.

    Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan. Terdapat beberapa faktor penyebab tanah longsor dilansir dari buku Mitigasi Bencana karya Ismail Suardi Wekke.

    Jenis Tanah 

    Jenis tanah juga mempengaruhi penyebab terjadinya long­sor. Tanah yang mempunyai tekstur renggang, lembut yang sering disebut tanah lempung atau tanah liat dapat menyebabkan longsoran.

    Apalagi ditambahkan pada saat musim penghujan kemungkinan longsor akan lebih besar pada tanah jenis ini. Hal ini  dikarenakan ketebalan tanah tidak lebih dari 2,5 m dengan sudut lereng 22 derajat. Selain itu kontur tanah ini mudah pecah jika udara terlalu panas dan menjadi lembek jika terkena air yang mengakibatkan rentan pergerakan tanah.

    Curah Hujan

    Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan Novem­ber karena meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di per­mukaan tanah dalam jumlah besar. Hal itu mengakibatkan mun­culnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah permukaan.

    Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat me­ngem­bang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral.

    Kemiringan Lereng

    Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajat atau persen.

    Kecuraman lereng 100 persen sama dengan kecuraman 45 derajat. Selain memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curam lereng juga memperbesar kecepatan aliran permukaan, dengan itu memperbesar energi angkut air. Klasifikasi kemiringan lereng untuk pemetaan ancaman tanah longsor dibagi dalam lima kriteria diantaranya yaitu lereng datar dengan kemiringan 0-8%, landai berombak sampai ber­gelombang dengan kemiringan 8-15%, agak curam berbukit dengan kemiringan 15-25%, curam sampai sangat curang 25-40%, sangat curam dengan kemiringan >40%.

    Wilayah yang kemiringan lereng antara 0-15% akan stabil terhadap kemung­kinan longsor, sedangkan di atas 15% potensi untuk terjadi longsor pada kawasan rawan gempa bumi semakin besar.

    Penggunaan Lahan

    Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi yang dilakukan oleh manusia terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan permukiman. Permu­kiman yang menutupi lereng dapat mempengaruhi pen­stabilan yang negatif maupun positif.

    Getaran

    Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan din­ding rumah menjadi retak

    Susut muka air danau atau bendungan 

    Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.

    Adanya material timbunan pada tebing 

    Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lem­bah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.

    Kabar Trenggalek - Lingkungan