Jembatan Galau, atau yang juga dikenal dengan nama Jembatan Cengkrong, adalah sebuah jembatan kayu yang membentang di kawasan Hutan Mangrove Pancer Cengkrong, Kecamatan Watulimo, Trenggalek. Jembatan ini menjadi daya tarik wisatawan karena menawarkan pengalaman berjalan di atas jembatan kayu sambil menikmati panorama hutan bakau yang asri. Terdapat pula gazebo yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat, menambah kenyamanan pengunjung.
Meski sudah lama dibuka, Jembatan Galau tetap eksis sebagai salah satu destinasi wisata favorit. Berikut adalah beberapa fakta menarik yang membuatnya istimewa:
Daftar Isi [Show]
1. Tuan Rumah Festival Mangrove 2023
Hutan Mangrove Pancer Cengkrong pernah menjadi lokasi penyelenggaraan Festival Mangrove keempat pada tahun 2023. Sebelumnya, festival ini pernah digelar di Kabupaten Pasuruan (2020), Kabupaten Sampang (2021), dan Kabupaten Sidoarjo (2022). Festival ini merupakan inisiatif rutin yang dimulai sejak Gubernur Khofifah menjabat, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian mangrove.
Festival ini juga menjadi bukti bahwa kawasan Hutan Mangrove Pancer Cengkrong tidak hanya menawarkan keindahan alam, tetapi juga berkontribusi pada edukasi dan pelestarian lingkungan.
2. Lokasi Favorit untuk Pemotretan dan Prewedding
Meskipun memiliki julukan "Jembatan Galau," tempat ini menjadi lokasi favorit bagi fotografer dan pasangan yang ingin melakukan sesi pemotretan, termasuk foto prewedding. Perpaduan antara jembatan kayu, aliran sungai, dan rimbunnya pohon mangrove menciptakan latar yang cantik dan memikat untuk diabadikan dalam gambar.
3. Nama yang Simpel dan Unik
Nama “Jembatan Galau” terdengar unik dan menarik perhatian. Namun, tidak ada makna khusus di balik penamaannya. Nama ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang penasaran. Jembatan ini berada di kawasan Hutan Mangrove Pancer Cengkrong, Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Trenggalek.
Kata “Pancer” dalam bahasa Jawa berarti pancaran atau sinar, yang sering diartikan sebagai pusat kebijaksanaan dan kejernihan pikiran. Filosofi ini selaras dengan sejarah Kecamatan Watulimo yang memiliki kaitan erat dengan konsep empat arah mata angin (“sedulur papat”) dan manusia sebagai pusatnya (“lima pancer”).
Jembatan Galau di kawasan Hutan Mangrove Pancer Cengkrong menawarkan pengalaman yang menggabungkan keindahan alam dengan edukasi lingkungan. Tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga sebagai simbol pelestarian hutan mangrove yang penting bagi ekosistem pesisir.
Dengan daya tariknya yang unik, Jembatan Galau layak menjadi salah satu destinasi pilihan saat berkunjung ke Trenggalek.***
Editor:Bayu Setiawan