Revenge Porn
Bisa jadi ada unsur revenge porn atau pornografi balas dendam di balik viralnya video porno di Trenggalek itu. Karena ada kemungkinan disebarkan oleh mantan kekasih dari si perempuan dalam video.
Dalam Journal of Aggression, Conflict and Peace Research Emerald Publishing, pornografi balas dendam merupakan pengungkapan foto atau video seksual pribadi tanpa persetujuan dari individu yang muncul dalam foto atau video. Dengan maksud menyebabkan penderitaan pada individu tersebut.
Biasanya, sebelum disebar, foto atau video dengan muatan seksual oleh mantan pasangan dibuat atas persetujuan bersama. Tak dipungkiri juga ada yang dibuat dengan mengambil diam-diam, tanpa diketahui si mantan.
Penyebaran foto atau video terjadi saat hubungan asmara antara pasangan itu tengah renggang atau bahkan sudah berakhir. Motif dari pornografi balas dendam itu bisa beragam motifnya. Seperti ingin membunuh karakter si mantan kekasih lantaran sudah diputuskan, dan tidak terima si mantan sudah memiliki pasangan baru.
Selain itu, termasuk juga digunakan oleh pelaku sebagai alat untuk melecehkan, mengontrol, mengancam, dan memeras pasangan ataupun mantan pasangan. Oxford Journal of Legal Studies mengungkapkan perilaku ini termasuk kekerasan seksual berbasis gender siber.
Setidaknya ada beberapa faktor penyebab terjadinya pornografi balas dendam dan pelecehan seksual berbasis gender siber. Dalam jurnal Wanita dan Keluarga Universitas Gajah Mada menyebutkan faktor paling mengakar adalah budaya patriarki di masyarakat.
Perempuan Rentan Dilecehkan dan Dieksploitasi
[caption id="attachment_47523" align=alignnone width=1280] Ilustrasi. Perempuan rentan dilecehkan di media sosial/Foto: Veectezy[/caption]Dalam budaya patriarki ada ketimpangan yang dialami perempuan. Laki-laki dianggap lebih utama atau dominan dibanding perempuan. Sehingga, dari perspektif itu, laki-laki menjadi diwajarkan dan dinormalisasi kala mengeksploitasi perempuan.
Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Padjajaran, dominasi laki-laki secara sosial memberikan dampak negatif kepada perempuan. Sebab, perempuan mendapatkan pembatasan hak-hak yang seharusnya ia terima. Termasuk rentan dilecehkan dan dieksploitasi yang meruncing pada kekerasan seksual.
Seperti viralnya video porno di Trenggalek ini. Perempuan jadi bahan untuk "dinikmati" dan olok-olokan di media sosial. Tak sedikit konten di media sosial yang menyinggung video porno itu. Seperti meminta link dan mengomentari bentuk fisik perempuan.
Termasuk dugaan awal bahwa video itu dibuat untuk diberikan pada laki-laki yang menjadi pacarnya, semakin menunjukan kerentanan perempuan jadi korban eksploitasi seksual. Meski dalam hubungan asmara laki-laki dan perempuan memiliki hubungan setara, namun realita yang terjadi dimasyarakat terjadi sebaliknya.
Sekalipun video itu dibuat tanpa paksaan dan sukarela, budaya patriarki yang mengakar kuat membuat si perempuan untuk melakukannya. Pemikiran bahwa "sudah sewajarnya" perempuan melayani laki-laki.
Dampak pada Korban
Budaya patriarki di masyarakat harus dilawan karena dampak negatif yang timbul pada perempuan sangat tinggi. Seperti eksploitasi dalam video porno itu, si perempuan dalam video berpotensi mendapat tekanan kejiwaan seperti harga diri rendah, rasa tidak berdaya, depresi, kecemasan, serta gangguan stres pascatrauma.
Hal itu adalah imbas menanggung malu dan tertekan karena aibnya telah beredar di masyarakat. Korban juga berpotensi menderita gangguan jiwa berkepanjangan, mengucilkan diri dari lingkungan sosial, hingga melakukan bunuh diri.
Serta, korban mengalami gangguan dalam hubungan keluarganya, permasalahan di tempatnya bekerja, dan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baru karena namanya sudah tercemar.
Oleh karena itu, memang seharusnya dan senormalnya untuk menghentikan penyebaran video porno di Trenggalek itu. Jika memang kita semua adalah manusia beradab dan masih memiliki hati nurani. Hidup korban!