Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Di Balik Viralnya Video Porno di Trenggalek: Perempuan Rentan Dilecehkan dan Dieksploitasi

Masyarakat tengah dihebohkan beredarnya video porno di Trenggalek. Diduga perempuan dalam video porno itu adalah warga Trenggalek. Di balik viralnya video itu, masih belum diketahui secara pasti apakah orang Trenggalek atau bukan.Berdasarkan penelusuran penulis, video itu viral setelah muncul di TikTok. Di media sosial itu, netizen ramai membuat konten yang menyinggung video porno itu. Mulai dari menunjukan keheranannya serta meminta link video itu.Netizen menduga-duga video itu dibuat oleh warga Trenggalek. Namun sampai saat ini belum diketahui apa motif di balik video porno itu. Satreskrim Polres Trenggalek saat dikonfirmasi sejumlah awak media juga masih menelusuri informasinya.Polres Trenggalek juga belum bisa memastikan apakah itu dibuat di dalam atau luar Trenggalek. Sampai saat ini, pihak kepolisian juga belum mendapatkan aduan dari masyarakat terkait beredarnya video porno itu.Langkah sementara yang dilakukan, selain menelusuri informasi dan data temuan, pihak kepolisian Trenggalek membentuk tim tersendiri untuk meredam kegaduhan di masyarakat. Jika ditemukan fakta bahwa itu dibuat di Trenggalek, mereka akan bergerak cepat untuk mengusutnya.Ramainya perbincangan terhadap beredarnya video porno itu telah menimbulkan dampak negatif bagi perempuan. Akibat ramainya orang yang kepo untuk melihat video itu, perempuan jadi rentan dieksploitasi secara seksual.Terutama di era modern ini, budaya patriarki masih langgeng dan tumbuh subur di masyarakat. Jika pelecehan seksual terjadi di dunia nyata, kini juga bisa terjadi di media sosial. Seperti beberapa komentar di media sosial yang menyinggung bentuk tubuh si perempuan dalam video.

Revenge Porn

Bisa jadi ada unsur revenge porn atau pornografi balas dendam di balik viralnya video porno di Trenggalek itu. Karena ada kemungkinan disebarkan oleh mantan kekasih dari si perempuan dalam video.

Dalam Journal of Aggression, Conflict and Peace Research Emerald Publishing, pornografi balas dendam merupakan pengungkapan foto atau video seksual pribadi tanpa persetujuan dari individu yang muncul dalam foto atau video. Dengan maksud menyebabkan penderitaan pada individu tersebut.

Biasanya, sebelum disebar, foto atau video dengan muatan seksual oleh mantan pasangan dibuat atas persetujuan bersama. Tak dipungkiri juga ada yang dibuat dengan mengambil diam-diam, tanpa diketahui si mantan.

Penyebaran foto atau video terjadi saat hubungan asmara antara pasangan itu tengah renggang atau bahkan sudah berakhir. Motif dari pornografi balas dendam itu bisa beragam motifnya. Seperti ingin membunuh karakter si mantan kekasih lantaran sudah diputuskan, dan tidak terima si mantan sudah memiliki pasangan baru.

Selain itu, termasuk juga digunakan oleh pelaku sebagai alat untuk melecehkan, mengontrol, mengancam, dan memeras pasangan ataupun mantan pasangan. Oxford Journal of Legal Studies mengungkapkan perilaku ini termasuk kekerasan seksual berbasis gender siber.

Setidaknya ada beberapa faktor penyebab terjadinya pornografi balas dendam dan pelecehan seksual berbasis gender siber. Dalam jurnal Wanita dan Keluarga Universitas Gajah Mada menyebutkan faktor paling mengakar adalah budaya patriarki di masyarakat.

Perempuan Rentan Dilecehkan dan Dieksploitasi

[caption id="attachment_47523" align=alignnone width=1280] Ilustrasi. Perempuan rentan dilecehkan di media sosial/Foto: Veectezy[/caption]

Dalam budaya patriarki ada ketimpangan yang dialami perempuan. Laki-laki dianggap lebih utama atau dominan dibanding perempuan. Sehingga, dari perspektif itu, laki-laki menjadi diwajarkan dan dinormalisasi kala mengeksploitasi perempuan.

Jurnal Prosiding Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Padjajaran, dominasi laki-laki secara sosial memberikan dampak negatif kepada perempuan. Sebab, perempuan mendapatkan pembatasan hak-hak yang seharusnya ia terima. Termasuk rentan dilecehkan dan dieksploitasi yang meruncing pada kekerasan seksual.

Seperti viralnya video porno di Trenggalek ini. Perempuan jadi bahan untuk "dinikmati" dan olok-olokan di media sosial. Tak sedikit konten di media sosial yang menyinggung video porno itu. Seperti meminta link dan mengomentari bentuk fisik perempuan.

Termasuk dugaan awal bahwa video itu dibuat untuk diberikan pada laki-laki yang menjadi pacarnya, semakin menunjukan kerentanan perempuan jadi korban eksploitasi seksual. Meski dalam hubungan asmara laki-laki dan perempuan memiliki hubungan setara, namun realita yang terjadi dimasyarakat terjadi sebaliknya.

Sekalipun video itu dibuat tanpa paksaan dan sukarela, budaya patriarki yang mengakar kuat membuat si perempuan untuk melakukannya. Pemikiran bahwa "sudah sewajarnya" perempuan melayani laki-laki.

Dampak pada Korban

Budaya patriarki di masyarakat harus dilawan karena dampak negatif yang timbul pada perempuan sangat tinggi. Seperti eksploitasi dalam video porno itu, si perempuan dalam video berpotensi mendapat tekanan kejiwaan seperti harga diri rendah, rasa tidak berdaya, depresi, kecemasan, serta gangguan stres pascatrauma.

Hal itu adalah imbas menanggung malu dan tertekan karena aibnya telah beredar di masyarakat. Korban juga berpotensi menderita gangguan jiwa berkepanjangan, mengucilkan diri dari lingkungan sosial, hingga melakukan bunuh diri.

Serta, korban mengalami gangguan dalam hubungan keluarganya, permasalahan di tempatnya bekerja, dan menghadapi kesulitan untuk memperoleh pekerjaan baru karena namanya sudah tercemar.

Oleh karena itu, memang seharusnya dan senormalnya untuk menghentikan penyebaran video porno di Trenggalek itu. Jika memang kita semua adalah manusia beradab dan masih memiliki hati nurani. Hidup korban!