Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Cerita Pahit Warga Munjungan, Rumah Digusur Aliran Sungai

Jumat (19/04/2024) menjadi ingatan pahit bagi sejumlah warga Munjungan, Trenggalek, yang tinggal berada di bantaran sungai bungur yang kini merebut dan menggusur rumahnya.Tempat ternyaman alias rumah, kini harus dikosongkan. Karena, aliran Sungai Bungur sudah memporak-porandakan pondasi, hingga tembok dan atap mengalami runtuh seketika pada waktu malam itu.Panjang rumah 6 meter dan lebar 4 meter tersebut kini berada di dekat sungai. Padahal saat penulis mencari informasi, jarak antara rumah dan sungai pada waktu lalu adalah 20 meter.Tasrip (60) dan Komarudin (28) salah satu pemilik dan penghuni rumah menceritakan pengalaman pahit. Dia waktu kejadian harus tidur di emperan warga dan menyaksikan rumahnya hanyut digerus aliran sunga."Sekitar pukul 21.00 sampai 20.00 Kamis (18/04/2024) derasnya aliran sungai. Kemudian dini hari sudah menggerus ambrol rumah ini," terang Komarudin nampak sedih.Bekas jajanan hari raya idul fitri dan buah pisang sebagai suguhan masih nampak di meja Komarudin. Hal itu menandakan bahwa rumah itu masih dibuat aktivitas sebelum digerus aliran sungai.[caption id="attachment_72401" align=aligncenter width=1280]cerita-pahit-warga-munjungan-rumah-digusur-sungai2 Ruang tamu Tasrip dan hidangan lebaran yang menjadi saksi/Foto: Zamz (Kabar Trenggalek)[/caption]"Waktu hari raya ya saya sama bapak [Tasrip] ya di sini. Nah waktu hari raya itu sebenarnya jarak dengan bantaran sungai sudah 2 meter, karena ada banjir juga," ceritanya.Peristiwa bantaran sungai tergerus sejak Desember 2023. Menurutnya waktu itu banjir besar. Mengikis bantaran hingga pada tahun 2024 sampai di rumah 4 warga habis.Selama rumah berdekatan dengan sungai waktu lalu, Komarudin tak nyenyak untuk tidur. Rencana pindah rumah juga belum ada. Karena, dirinya berangkat dari keluarga pas-pasan.Ratapan ingatan membekas, pasca tanah miliknya kini dengan deras di aliri sungai. Rumahnya yang ditempati puluhan tahun kini tinggal kenangan dan sisa puing-puing bangunan runtuh."Kalau sudah tergerus mepet kemarin mas, saya ndak berani tidur di sini, karena bahaya, pasti numpang tinggal di tetangga," ujarnya.Trauma mendalam tak bisa dipungkiri, saat ini dia menunggu uluran tangan kebijakan. Agar dia bisa berteduh di rumah kembali dengan nyaman tanpa ada usikan bencana."Semoga ada jalan terbaik dari bencana yang saya alami ini," pasrahnya saat ditemui penulis.