Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Cerita Mbah Mursad, Veteran Asal Trenggalek Kala Usir Penjajah

Kabar Trenggalek -Kemerdekaan Republik Indonesia tak pernah lepas dari militansi pikiran dan tenaga pejuang. Karena, saat zaman penjajahan dulu, para pejuanglah yang getol mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Seperti yang diceritakan Mbah Mursad, veteran asal Trenggalek. Ia adalah warga Kelurahan Kelutan, Kabupaten Trenggalek. Mursad merupakan anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) kelahiran 1927. Kini, Mbah Mursad berusia hampir 1 abad.Mursad bercerita saat membela NKRI dari jajahan Belanda. Dulu, saat berusia 17 tahun, ia bergabung dengan Laskar Hizbullah bentukan 8 Desember 1944. Lalu dirinya masuk dalam distrik militer di wilayah Tulungagung bersama pasukan Pembela Tanah Air (PETA)."Saya dulu hanya pemuda biasa, lha saya masih ingat teman-teman tak ajak daftar tidak ada yang mau," kata Mursad, saat ditemui usai sholat dhuhur di masjid tepat berada di depan rumahnya itu.Menurut kesaksiannya, pada zaman penjajahan, menjadi tentara tak semegah pada saat ini. Dulu tidak ada seragam, tentara seperti orang biasa yang dipersenjatai oleh pemerintah.[caption id="attachment_18352" align=aligncenter width=960]Kunjungan Bupati Trenggalek ke kediaman Mursad 2021 Kunjungan Bupati Trenggalek ke kediaman Mursad 2021/Foto: Istimewa[/caption]"Latihan menembak dan saya ditempatkan di markas wilayah Tulungagung," ceritanya.Spesialnya dari Mursad, walau kulit sudah keriput, dirinya masih ingat betul nama pimpinannya. Dibuktikan pada saat ditemui kurang lebih 5 kali menyebut nama pimpinan Mursad pada waktu menjadi pejuang dulu."Nama pimpinan saya dulu Kapten Abdul Alim, kemudian Letnan Muajir dan Brigadir Kardi," jelasnya.Saat berjuang mengusir penjajah, usia Mursad masih belia. Artinya, dirinya masih dalam pendidikan. Sesekali, Mursad diterjunkan dalam medan perang. Seingatnya perang di wilayah Kediri."Perang saya di Kediri dan pada waktu itu karena kondisi sudah aman, laskar dibubarkan. Dan saya kembali lagi ke kampung halaman dan diperintahkan pimpinan untuk bergabung legiun veteran," ujarnya.Karena kondisi yang sudah lansia dan ingatan mulai kabur, Mursad tak bisa detail menceritakan rinci tentang keadaan dirinya saat menjadi pejuang kala indonesia sedang dijajah.Tak cukup berhenti disitu, Nurul Hidayati, anak Mursyad yang ketiga dari lima bersaudara, menambahkan cerita sang ayah ketika dulu menjadi pejuang.Nurul sering mendapatkan cerita oleh ayahnya. Perempuan kelahiran 1969 itu hanya mengingat saat ayahnya tak lagi menjadi pejuang. Tapi, seringkali ia bercerita kegigihan Mursad menjadi pejuang."Ya, ayah mengaku bahwa sebagai pejuang dan sepulang mengabdi jadi guru ngaji. Dan pada 1972 sampai 2000, ayah menjadi Modin di Kelurahan Kelutan," ujar Nurul.