Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Ada Semangat Pers Mahasiswa di Dalam Jurnalisme Media Lokal Kabar Trenggalek

Catatan: Tulisan ini merupakan kumpulan tulisan untuk merayakan Ulang Tahun Kabar Trenggalek yang ke 2 tahunpada 5 Mei 2023.

Kabar Trenggalek itu media lokal di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Awalnya, Kabar Trenggalek didirikan oleh Trigus D. Susilo dan Muhammad Zamzuri, pada 5 Mei 2021. Kemudian saya diajak Trigus untuk gabung. Sampai sekarang, saya jadi penulis dan editor di Kabar Trenggalek. Kalian bisa menanyakan cerita lengkap pendirian Kabar Trenggalek ke mereka. Kalau seingat saya, dulu Kabar Trenggalek didirikan dengan semangat menjadi bisnis media lokal yang tidak bodrex. Itu aja sih. Apakah berhasil?

Berhasil atau tidaknya, tentu lebih pas kalau yang njawab itu para pembaca dan masyarakat. Yang bisa saya ceritakan tentang awal eksistensi Kabar Trenggalek, yaitu ketika Zamzuri nulis berita tentang peserta vaksinasi Covid-19 yang membeludak di Gedung Serbaguna Trenggalek, 24 Agustus 2021.

Kondisi saat itu, media-media lain di Trenggalek belum ada yang memberitakan. Tapi Kabar Trenggalek tancap gas untuk segera mencari informasi dan mewawancarai pihak-pihak yang bertanggungjawab. Akibat pemberitaan itu, Zamzuri dipanggil Pak Dandim Trenggalek, Letkol Arh Uun Samson Sugiharto.

Pak Dandim ingin mengklarifikasi pemberitaan Kabar Trenggalek. Zamzuri memberikan Hak Jawab sesuai Undang-Undang Pers no.40 tahun 1999. Ada hal-hal yang menarik selama proses klarifikasi itu, tapi cerita lengkapnya tanya ke Zamzuri saja.

Selain Pak Dandim, Pak Kapolres Trenggalek, AKBP Dwiasi Wiyatputera juga pernah memanggil saya, atas pemberitaan kekerasan aparat kepolisian di Desa Pakel, Kabupaten Banyuwangi. Waktu itu setelah sholat Jumat, 14 Januari 2022, Pak Intel mengghubungi saya. Katanya, Pak Kapolres mau ketemu saya untuk membahas berita tentang Pakel.

Tapi, atas saran Trigus (waktu itu dia Pemimpin Redaksi), saya tidak perlu datang. Alasannya, Polres Trenggalek harus professional. Kalau mau manggil jurnalis harus pakai surat resmi, kalau mau protes terkait berita bisa pakai Hak Jawab. Seingat saya, waktu itu Pak Intel tanya "ini kok judulnya Pakel, kaau dikira Pakel Trenggalek gimana?" Padahal jelas-jelas di judul berita itu ada tulisan "Pakel Banyuwangi".

Sebagai Pemimpin Redaksi, Trigus menjelaskan bahwa saya melakukan kerja jurnalisme dengan data yang bisa dipertanggungjawabkan, resmi dari warga Pakel Banyuwangi. Akhirnya pihak Polres Trenggalek tidak jadi manggil saya.

Kebiasaa panggil-memanggil jurnalis ini memang seringkali dinilai sebagai bentuk intimidasi. Tapi saya sendiri yakin, bahwa orang yang suka manggil-manggil ini karena mereka ndak ngerti cara menghadapi pemberitaan media secara professional, baik, dan benar, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia.

Kalau kebiasaan manggil-manggil jurnalis ini tidak dihadapi, bisa jadi iklim demokrasi di suatu wilayah bakal tidak sehat. Oleh karena itu, sebagai bentuk sosialisasi awal, saya sarankan ke tim IT untuk memuat rubrik Hak Jawab di website Kabar Trenggalek.

Urusan manggil-memanggil ini sebenarnya sudah sering saya alami dulu waktu masih kuliah. Sejak 2015, saya aktif di Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI, UIN Malang. Di akhir pengurusan 2019, saya menjadi Badan Pekerja Advokasi Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI).

Jadi, ya sedikit-sedikit saya tahu pola-pola represi terhadap jurnalis di kampus, Kota Malang, dan kota-kota lainnya se-Indonesia. Saya ndak menyangka bisa menerapkan ilmu dan pengalaman dulu selama kuliah di tempat kelahiran sendiri. Saya merasa ada semangat idealisme pers mahasiswa di dalam jurnalisme media lokal Kabar Trenggalek.

Kode Etik PPMI pasal 1, menyebutkan bahwa "Pers mahasiswa mengutamakan idealisme". Tafsirannya, pers mahasiswa harus menjaga idealisme sebagai bentuk menjaga hati nuraninya dalam melakukan pencarian informasi dan pemberitaan untuk memperjuangkan kelas tertindas.

Lama-kelamaan, Kabar Trenggalek tidak sekedar menjadi media yang ndak bodrex. Liputan Kabar Trenggalek juga berupaya untuk memberi dampak dengan menyuarakan kelas tertindas. Sederhananya, kelas tertindas itu bisa diartikan sebagai warga atau masyarakat yang dirugikan oleh kebijakan dan tindakan pemerintah.

Hal itu terlihat dari liputan Kabar Trenggalek tentang isu lingkungan seperti masalah tambang emas, tambang galian c, limbah tambak, limbah pindang ikan, bencana, dan lain-lain.

Lalu ada liputan Kabar Trenggalek tentang keluhan masyarakat pada Rumah Sakit, tenaga kesehatan tak dibayar, jalan rusak, kenaikan BBM, korupsi dana desa, korupsi pegawai bank, kekerasan seksual terhadap anak dan perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, bansos yang tak merata dan tak tepat sasaran, penyebaran data pribadi, dan banyak lainnya. Kalau penasaran dan mau baca, silakan ketik judul beritanya di kolom pencarian kabartrenggalek.com.

Kalau merefleksikan 2 tahun Kabar Trenggalek, harus saya akui bahwa media lokal ini memiliki semangat idealisme pers mahasiswa. Lima tahun berproses di pers mahasiswa, saya lanjutkan dan kembangkan lagi di Kabar Trenggalek, dengan volume tulisan yang lebih banyak, jangkauan pembaca yang lebih luas, dan karya jurnalisme yang lebih berdampak.

Meskipun harus menghadapi berbagai tantangan baru (segi sosial maupun ekonomi) yang lebih menegangkan, jujur, selama 2 tahun ini saya merasa senang dan terpuaskan secara batin. Ada benarnya Bapak Republik, Tan Malaka, yang konon berkata "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda".

Kalau ngomongin pers mahasiswa di Kabar Trenggalek, setidaknya saya bisa ngobrol dengan Mbah Soeripto, alumni LPM Arena UIN Yogyakarta (1990) dan Adib Tamami, alumni LPM Dimensi UIN Tulungagung (2008). Masing-masing dari kami menceritakan tentang pers mahasiswa “jamanku mbiyen”.

Teman-teman yang lain juga memberi pelajaran yang berharga. Pengalaman nulis artikel SEO saya pelajari dari seorang blogger kondang, Trigus. Mendalami dasar-dasar liputan saya pelajari dari Zamzuri, jurnalis lapangan dengan sudut pandang tajam.

Kemudian ada Beni Kusuma Wardani, pemuda Kecamatan Dongko yang punya semangat belajar menulis, pergerakan, hingga percintaan. Bayu Setiawan, ahli IT website Kabar Trenggalek yang menghalau serangan-serangan hacker elit global. Om Cahyo Handriadi, komisaris yang baik hati dan suka ngajak ngopi. Alvina Nur 'Asmy, illustrator handal dan teman curhat masalah hati. Serta, Mbah Edie Suprapto dan Ahmad Najib, kepala dinas info madang weteng luwe ra ketulungan.

Harapan saya untuk Kabar Trenggalek ke depan tidak muluk-muluk. Semoga bisa menjaga kesehatan untuk terus bertahan dan berkarya. Semoga bisa terus menjalankan tujuan Kabar Trenggalek dengan visi "Menyambung Urat Malu yang Terputus". Terus mengembangkan jurnalisme untuk menyuarakan keresahan warga Trenggalek. Dan semoga tetap bisa ngopi bareng sambil bercanda dengan sentilan "Lek nulis berita sing apik lho, Mas".

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *