Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Trenggalek Dilanda Banjir dan Tanah Longsor, Mitigasi di Desa Masih Minim

Kabar Trenggalek - Curah hujan tinggi sepekan terakhir mengakibatkan bencana tanah longsor dan banjir di berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Trenggalek, Sabtu (20/11/2021).Bencana banjir dan tanah longsor yang ada di Trenggalek ini merusak material berupa rumah, sampai dengan pondok pesantren, tergenang banjir. Material tanah longsor mayoritas menghantam rumah warga, sehingga mengakibatkan tembok rumah jebol.Berkaitan dengan bencana di Trenggalek, Mukti Satiti, pegiat lingkungan dari Sima Swatantra Indonesia, memberi penjelasan. Mukti mengatakan, bencana yang belakangan terjadi di Trenggalek, khusunya tanah longsor berada di wilayah kawasan sesar atau patahan.Baca juga: Tanah Longsor di Kecamatan Dongko Akibatkan Jalan antar Dusun Terputus"Kalau dilihat dari peta struktur geologi, bencana tanah longsor yang terjadi di Trenggalek berada di wilayah kawasan sesar atau patahan," jelas Mukti.Dalam ilmu geologi, sesar atau patahan adalah fraktur planar atau diskontinuitas dalam volume batuan, di mana telah ada perpindahan signifikan sebagai akibat dari gerakan massa batuan.Sesar-sesar berukuran besar di kerak bumi merupakan hasil dari aksi gaya lempeng tektonik yang terbesar, sehingga membentuk batas-batas antara lempeng, seperti zona subduksi atau sesar transform.Baca juga: Pohon Tumbang Tutup Akses Jalan Nasional di TrenggalekMukti juga menunjukkan, tanah longsor yang berada di wilayah Kecamatan Panggul, seperti di Desa Wonocoyo dan Desa Manggis, tepat berada di wilayah kawasan sesar/patahan."Kalau yang di Desa Sumberbening, Kecamatan Dongko jalan patah tersebut dekat dengan Desa Puru dan Ngrandu itu juga di lewati wilayah kawasan sesar," terang Mukti.Mukti menjelaskan, titik longsor terbesar di Trenggalek berada di Kecamatan Pule di wilayah kawasan garis sesar, kecuali Desa Sidomulyo yang sesarnya berbeda dengan yang lain.Mukti sangat menyayangkan bentuk mitigasi dari Pemerintah Kabupaten Trenggalek terhadap bencana di desa-desa masih minim. Terlebih di kawasan yang dilalui sesar atau patahan."Saya kira banyak praktik-praktik baik dalam pengelolaan resiko bencana, namun yang perlu dikuatkan lagi adalah komunitas lokal di tingkat desa. Memperkuat pengetahuan masyarakat tentang kondisi kawasan yang ditinggalinya, bagaimana memperlakukannya dan bagaimana tindakan yang diambil ketika terjadi bencana dan meminimalisir dampak," tandasnya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *