KBRT – Atlet Gantole dan Paralayang Trenggalek berhasil menyumbang medali emas dan perunggu dalam ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Timur. Meski meraih prestasi membanggakan, perjuangan mereka berlangsung dalam keterbatasan fasilitas dan minim dukungan anggaran, bahkan sempat mengalami penolakan dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Trenggalek.
Pada cabang olahraga Gantole, medali emas diraih Adinda Catur Desvita Putri di nomor sambar pita perseorangan putri kelas B. Adinda juga meraih medali perunggu di nomor lama terbang campuran kelas B, bersama atlet Tigris Ardita Kurneus.
Sementara itu, cabang olahraga Paralayang menyumbang medali perunggu di nomor lintas alam beregu putri melalui duet atlet Zulfa Darma Tris Setiana dan Hidayatus Sayyidah.
Ketua Persatuan Aero Sport Indonesia (PASI) Trenggalek, Mohammad Azmy Nikmal Gufron, mengungkapkan bahwa capaian ini merupakan buah dari kerja keras para atlet, meski harus bertanding dengan keterbatasan alat dan logistik yang tidak ideal.
“Yang kami harapkan dari paralayang laki-laki sebenarnya bisa peringkat satu, ambil emas. Tapi justru yang dapat perempuan. Tapi kita tetap bersyukur dengan segala upaya, apapun hasilnya tetap juara,” ujar Azmy saat dihubungi Kabar Trenggalek

Azmy menjelaskan, banyak kendala yang dihadapi atlet di lapangan, mulai dari kualitas perlengkapan yang tidak memadai hingga keterbatasan anggaran.
“Banyak perjuangan yang dilakukan anak-anak, salah satunya alat kurang mendukung. Mereka sudah semaksimal mungkin bertanding dengan anggaran yang terseok-seok,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia membeberkan bahwa untuk kejuaraan Gantole, para atlet bahkan harus menyewa alat sendiri dengan biaya yang tidak sedikit.
“Cabor Gantole agak berat. Alatnya kita sewa. Satu alat itu sewanya bisa sampai Rp4 juta. Dari KONI Trenggalek seperti apa, kami belum tahu. Tapi itu harus dibayar jelang kepulangan atlet. Nanti solusinya ya patungan,” jelasnya.
Azmy mengakui bahwa KONI Trenggalek menghadapi tantangan karena harus membagi dukungan ke banyak cabang olahraga. Namun, menurutnya, dukungan penuh terhadap cabor potensial seperti Gantole tetap perlu diberikan, terlebih ketika telah membuktikan prestasi.
“Mungkin membagi karena cabor banyak. Tapi alangkah baiknya jika mensupport penuh, toh juga pulang membawa hasil emas dan perunggu. Dua mata kejuaraan bisa kita dapat,” tegasnya.
Azmy juga mengingatkan bahwa sebelumnya, cabang olahraga Gantole sempat ditolak masuk dalam kontingen Trenggalek oleh KONI. Namun, pihaknya bersikeras mendaftarkan cabor ini karena melihat potensi besar dari para atlet.
“Dulu itu Gantole di bawah PASI, awalnya pernah ditolak dan kami ngeyel. Karena kami melihat potensi atlet luar biasa. Ada yang bahkan berjuang ikut Porprov dalam kondisi cedera. Tapi perjuangan itu membawa hasil,” kenangnya.
Ia berharap pemerintah daerah dan KONI Trenggalek mulai memberikan perhatian serius terhadap cabang olahraga dirgantara, termasuk dengan memenuhi janji pemberian bonus kemenangan.
“Ada janji ketika menang dapat bonus. Kalau nanti bonus keluar, bisa digunakan untuk subsidi tanggungan perlombaan kemarin,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Olahraga
Editor:Lek Zuhri