Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

PESAT Trenggalek: Batuan Mirip Kaki Gajah di Bendungan Bukan Lava Gunung Wilis

Peneliti sejarah Harmaji menyanggah dugaan bahwa batu aneh di Desa Sengon merupakan lava purba Gunung Wilis—lebih cocok disebut fenomena columnar joint alami.

  • 26 Jul 2025 08:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Disparbud awalnya menduga batuan di Desa Sengon adalah lava Gunung Wilis Purba.

    • Harmaji (PESAT) menilai struktur batuan alami, bukan fosil maupun lava.

    • Fenomena mirip columnar joint ditemukan di sejumlah kecamatan Trenggalek.

    KBRT – Batuan aneh di area proyek Bendungan Bagong, Desa Sengon, Kecamatan Bendungan, berasal dari lava Gunung Wilis Purba kini dibantah secara ilmiah oleh Harmaji, Ketua Pegiat Sejarah Trenggalek (PESAT).

    Sebelumnya, Kepala Bidang Kebudayaan Disparbud Trenggalek, Agus Prasmono, menyampaikan bahwa batuan itu “sepintas tampak seperti fosil” namun menurutnya lebih mungkin merupakan lava pijar lontaran Gunung Wilis Purba.

    Agus menjelaskan bahwa dari pengamatan visual, batu tersebut tidak menyerupai breksi, pargasit, atau andesit, melainkan lebih mirip batu lava. Ia juga menyebut adanya fosil kayu dan kerang di sekitar lokasi, menambah potensi kajian geologi dan arkeologi di kawasan tersebut.

    Namun Harmaji menolak pandangan itu setelah melakukan pengamatan langsung di titik penemuan. Dia menyatakan bahwa struktur batuan tersebut bukan fosil maupun sisa lava Gunung Wilis.

    “Sepintas batu ini tampak seperti fosil, namun menurut dugaan kami batu ini merupakan lontaran lava pijar dari Gunung Wilis Purba,” kata Agus.

    Harmaji meluruskan, klaim bentuk mirip kaki hewan — seperti kaki gajah — tidak bisa langsung diterima, tanpa studi lapangan menyeluruh.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    “Pertama telah ditemukan batuan yang aneh, mirip seperti fragmen kaki hewan, kami secara leterlek tidak mengamini. Dalam istilahnya harus cek dulu tempat batu ditemukan, dari tempat asal itu kami bisa mengetahui seperti tekstur kanan kiri, keadaan alamnya,” ujarnya.

    Menurut Harmaji, jika batuan itu fosil—misalnya tulang gajah—seharusnya memiliki kekerasan tertentu dan tidak terbentuk dari sisa organik yang terurai di tanah, yang sangat tidak mungkin berubah menjadi fosil sempurna.

    “Kalau itu misalkan fosil, maka fosil itu sifatnya keras. Kalau bentuknya sempuna itu tidak mungkin, karena daging bisa terurai, dan tulangnya bisa mengeras," paparnya.

    Harmaji menilai struktur yang ditemukan lebih tepat disebut sebagai bagian dari fenomena columnar joint, yaitu formasi batuan alami yang membentuk pola segi empat atau delapan vertikal, seperi di Kecamatan Pule, Panggul.

    Harmaji menjamin bahwa berdasarkan satu titik pengamatan tersebut, batuan aneh itu bukan merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB), maupun lava maupun fosil.

    “Bukan benda ODCB, saya pastikan, berdasarkan pengamatan saya di satu titik,” tegasnya.

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Lek Zuhri

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita