Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Indeks Optimisme di Indonesia Turun, Data Tampilkan Anak Muda Paling Pesimis

  • 08 Aug 2025 14:00 WIB
  • Google News

    KBRT – GoodNews From Indonesia (GNFI) bersama GoodStats merilis hasil Indeks Optimisme 2025 yang menunjukkan penurunan signifikan dibanding dua tahun sebelumnya. Survei yang dilakukan sejak 3 Juni hingga 3 Juli 2025 itu mencatat skor indeks 5,51—turun dari 7,77 pada tahun 2023. Artinya, masyarakat kini berada dalam kondisi “netral”, bukan lagi “optimis”.

    Penurunan skor tersebut dipicu oleh berbagai faktor, antara lain gejolak ekonomi seperti pemutusan hubungan kerja (PHK), inflasi harga kebutuhan pokok, dinamika politik, dan konflik global yang memicu ketidakpastian masa depan.

    Dari survei terhadap 1.020 responden di seluruh Indonesia, sebanyak 67,6% mengaku menyaksikan atau mengalami PHK dalam enam bulan terakhir. Sementara itu, 55,8% merasakan kenaikan harga kebutuhan pokok yang sangat signifikan, dan 33,8% menyebut pendapatan rumah tangga mereka menurun.

    Anak Muda Paling Pesimis

    Salah satu temuan paling mencolok adalah tingkat pesimisme pada kelompok usia muda. Responden berusia 17–25 tahun mencatat skor optimisme terendah, yakni 5,45. Sementara kelompok usia 46–55 tahun justru lebih optimis dengan skor mencapai 6,21.

    Kondisi ini menjadi anomali. Umumnya, generasi muda diharapkan lebih penuh semangat dan idealisme. Namun nyatanya, mereka justru diliputi oleh kegamangan akibat tekanan ekonomi, sulitnya lapangan kerja, dan ketidakpastian global.

    “Mereka juga lebih kritis terhadap sistem yang dianggap gagal memenuhi harapan,” demikian ringkasan temuan dalam laporan tersebut.

    Dimensi Politik Paling Suram

    Pesimis pada politik dan hukum paling rendah. KBRT//GoodStats 

    Indeks optimisme paling rendah muncul pada dimensi politik dengan skor hanya 3,87—masuk kategori pesimis. Sebanyak 67,4% responden pesimis bahwa perilaku korupsi akan berkurang, 60,1% ragu terhadap transparansi pemerintahan, dan 53,3% pesimis ruang suara publik dalam kebijakan akan tersedia.

    Situasi ini dianggap sebagai sinyal peringatan keras bagi para elite politik. Sejak survei pertama GNFI dilakukan, dimensi politik memang selalu menjadi titik lemah dalam membangun optimisme masyarakat.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Budaya dan Inovasi Jadi Titik Terang

    Meski dihantui banyak tantangan, masyarakat tetap menunjukkan optimisme tinggi dalam dua aspek: Budaya dan Kreativitas (6,75) serta Teknologi dan Inovasi (6,69). Sebanyak 70,2% responden optimis budaya Indonesia akan semakin dikenal dunia, sementara 66,8% yakin generasi muda mampu memimpin inovasi digital.

    “Temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat melihat budaya dan inovasi sebagai modal bertahan di tengah ketidakpastian,” tulis laporan GNFI.

    Menjaga Optimisme, Tidak Menutup Mata dari Realitas

    Tabel tren optimisme menurun. KBRT//GoodStats 

    CEO GNFI, Wahyu Aji, menegaskan bahwa menjaga optimisme bukan berarti mengabaikan realitas. Justru dari pengakuan jujur responden—yang mengungkap banyak tekanan hidup—dapat dibangun narasi harapan yang lebih membumi.

    “Survei ini tidak hanya bertanya apakah optimis atau pesimis, tapi juga memberi konteks atas kondisi saat ini agar jawaban responden lebih reflektif, bukan spontan,” kata Aji.

    Ia menambahkan, sejak dilakukan pertama kali, survei Indeks Optimisme bertujuan untuk memetakan sektor-sektor yang menumbuhkan harapan dan bidang mana yang perlu pembenahan.

    “Dari data inilah kita bisa kembali menyusun narasi optimisme yang lebih membumi,” ujar Aji.

    Optimisme sebagai Modal Sosial Strategis

    Indeks Optimisme 2025 menyimpulkan bahwa optimisme bukan sekadar kondisi psikologis, tetapi modal sosial yang fluktuatif. 

    Skor yang menurun perlu menjadi perhatian serius, karena optimisme yang sehat penting dalam membentuk masyarakat yang tangguh, produktif, dan percaya diri menghadapi tantangan.

    Laporan ini merekomendasikan perlunya kebijakan publik yang responsif, kepemimpinan yang kredibel, serta penguatan narasi kolektif yang realistis agar semangat masyarakat tidak padam di tengah gelombang ketidakpastian global.

    Kabar Trenggalek - Trenggalekpedia

    Editor:Lek Zuhri