KBRT - Hidup seorang diri di usia senja tak membuat Asmiatun (63), warga Dusun Njosari, Kelurahan Surodakan, Kecamatan Trenggalek, kehilangan semangat dalam menjalani hidup. Meski telah lama ditinggal suaminya meninggal dunia dan tak memiliki anak, Asmiatun justru dikenal warga sekitar karena kemurahan hatinya dan semangat menebar kebaikan.
Setiap pagi, Asmiatun berjalan kaki berjualan keset dan perabotan rumah tangga ke sekitar Surodakan hingga pasar-pasar di wilayah kota Trenggalek. Ia membawa barang dagangan di atas kepalanya, tanpa kendaraan maupun keranjang bantu, sembari berteduh dari panas terik matahari.
“Di rumah saya memang sendirian, tapi tetangga sudah menganggap saya keluarga sendiri,” ujarnya saat ditemui Kabar Trenggalek.
Keset yang ia jual dibeli dari keponakannya yang tinggal bersebelahan dengannya. Dalam sekali jalan, ia hanya mampu membawa tiga hingga lima buah keset. Selain keset, Asmiatun juga menjual sapu dan perabot rumah tangga lain yang ia beli dari toko terdekat.
Biasanya, ia baru pulang ke rumah setelah adzan dzuhur atau sekitar pukul 13.00 WIB, tergantung laku atau tidaknya dagangan. Hasil jualannya tidak besar—keuntungan dari satu keset hanya Rp2.000–Rp3.000.
“Keset itu saya jual Rp15 ribu. Untungnya sedikit, yang penting uang bisa mutar,” katanya.
Bagi Asmiatun, penghasilan Rp25 ribu per hari sudah cukup. Jika beruntung, ia mendapat tambahan pemasukan dari jasa pijat yang ia lakukan untuk tetangga di lingkungan sekitar.
Meski hidup sederhana, ia tak segan berbagi. Setiap sore, Asmiatun rutin menyapu jalan di sekitar lingkungan tempat tinggalnya tanpa bayaran. Ia juga kerap membelikan jajanan atau air minum untuk tetangganya, meski dirinya sendiri hidup dengan keterbatasan.
“Kalau bukan tetangga saya, siapa lagi yang menemani saya? Saya juga sering dibantu kalau lagi kesusahan,” ucapnya sambil tersenyum.
Menurut keponakannya, Budi Santoso, pendengaran wanita yang biasa disapa Bu Situn itu kini mulai berkurang. Namun semangatnya untuk berbuat baik tetap tak berubah.
“Jarang sekali Bu Situn dapat bantuan seperti orang-orang yang dapat rutin dua bulan sekali. Dulu sempat tiga kali, sekarang sudah nggak dapat lagi,” ujar Budi.
Kisah kedermawanan Bu Situn tergambar jelas ketika ia pulang berjualan dan tanpa ragu membeli keripik singkong dari pedagang keliling. Keripik itu kemudian dibagikannya kepada tetangga yang tengah berkumpul. Tak hanya itu, ia juga memastikan suguhan air minum di rumah tetangganya masih cukup, bahkan siap membelikannya lagi.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz