Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Panggul Little Jogja, Budayawan Trenggalek: Miris Panggul Jadi Miniatur

Kabar Trenggalek - Tekad untuk membangun infrastruktur Panggul Little Jogja mulai bergulir dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Trenggalek. Spot ikonik miniatur Tugu Jogja mulai nampak di simpang tiga Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, Kamis (22/12/2022). 

Pembangunan miniatur Panggul Little Jogja, khususnya tugu, sudah menampakkan bentuk, kendati belum 100 persen selesai.

Dimulainya perealisasian konsep Panggul Little Jogja, itu ternyata masih menuai pro dan kontra di masyarakat. Utamanya mereka dari kalangan budayawan.

"Aku sangat tidak setuju Panggul miniatur Little Jogja, Panggul punya peradaban sendiri," kata Budayawan, Slamet Sri Mulyani. 

Budayawan dengan nama populer, St Sri Emyani, memiliki penilaian terhadap budaya kuliner di salah satu kecamatan yang berada di Pesisir Selatan Trenggalek, itu. Menurutnya, budaya kuliner Panggul cenderung menyukai makanan dengan rasa yang pedas.

Bagi pria yang akrab disapa Kang Yani itu, tentu budaya kuliner Panggul berbeda dengan Jogja. Di mana, masyarakat di Jogja lebih menyukai cita rasa makanan yang manis-manis. 

"Jogja suka manis, tapi panggul suka pedas," ujar Kang Yani.

Selain itu, lanjut Kang Yani, Kecamatan Panggul merupakan daerah pesisir. Sejak zaman manusia purba, perekonomian wilayah Panggul bergantung dengan hasil perikanan tangkap. Budaya itu, kata Kang Yani, berbeda dengan Jogja yang notabene istana sentris.

"Panggul pernah disinggahi manusia purba, di situ punya kapak genggam," ungkapnya melalui sambungan telepon. 

Beberapa bukti itu membuat Kang Yani merasa miris, Panggul yang menjadi miniatur Jogja, dapat mengerdilkan keorisinilan dari Panggul sendiri. 

"Dikecilkan orisinalitas kebudayaannya. Panggul lebih tua, kita pernah disinggahi prasejarah, itu lewat panggul," tegas Kang Yani. 

Pihaknya tak menafikan bahwa Panggul Little Jogja merupakan inovasi dalam bidang kepariwisataan di Trenggalek. 

Tapi bagi Kang Yani, inovasi boleh-boleh saja, asalkan jangan sampai mengganggu nilai historis dan keaslian yang dimiliki Panggul. 

Kang Yani menilai, dalam upaya mengonsep Panggul Little Jogja, selama ini dirinya belum merasa terlibat dalam perencanaan tersebut. 

"Seharusnya itu kita duduk bersama-sama penguasa [pemerintah], wakil rakyat, seniman, budayawan, kita belah, kalau benar [keterkaitan dengan Jogja] kita introspeksi," ujar Kang Yani.

Kang Yani tak menyangkal bahwa ada beberapa makam yang dipugar karena berkaitan dengan Jogja. Namun demikian, bukti-bukti itu belum cukup kuat menjadi landasan untuk Panggul miniatur Jogja. 

"Tidak ada prasasti, tidak ada bukti, hanya dongeng mulut ke mulut, tidak ada dalam buku negarakertagama, panji nawangkung," tandasnya.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *