Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini

Press ESC / Click X icon to close

Kabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari iniKabar Trenggalek - Informasi Berita Trenggalek Terbaru Hari ini
LoginKirim Artikel

Memasuki Hari Operasi Zebra Semeru, Pelajar Trenggalek Cari Jalan Aman ke Sekolah

Penertiban Operasi Zebra membuat banyak pelajar menitipkan sepeda motor di rumah warga sekitar sekolah meski belum memiliki SIM.

Poin Penting

  • Pemilik penitipan khawatir pada keselamatan pengendara muda.
  • Orang tua sibuk bekerja jadi alasan pelajar tetap membawa motor.

KBRT Operasi Zebra Semeru 2025 yang digelar Polres Trenggalek untuk menertibkan pelanggaran lalu lintas, khususnya pengendara di bawah umur, tidak sepenuhnya menghentikan para pelajar menggunakan sepeda motor untuk berangkat sekolah. Sejumlah siswa SMP dan SMK tetap membawa kendaraan dan memilih menitipkannya di rumah-rumah warga sekitar sekolah.

ADVERTISEMENT

Di Kelurahan Sumbergedong, belasan motor pelajar SMPN 5 dan SMKN 2 Trenggalek pada Selasa (18/11/2025) tampak terparkir di teras rumah Muhammad Hasan (74) di RT 08 RW 03. Ia menjadi salah satu penyedia jasa penitipan motor yang masih ramai digunakan siswa selama operasi berlangsung.

"Kan ada aturannya, kalau yang belum punya SIM tidak boleh naik motor, kurang lebih ya sesudah Covid saya mulai buat penitipan. Hari ini 35 kendaraan yang masuk, dari SMP 18 dari SMK-nya 17," ucapnya.

Hasan menyebut sebagian besar siswa SMP yang menitipkan motor adalah pelanggan tetap. Saat ramai, ia dapat menampung hingga 50 kendaraan yang sebagian ditempatkan di dalam rumah. Tarifnya Rp 2.000 per motor, namun ia kerap menerima Rp 1.000 jika siswa kehabisan uang jajan.

Ia menduga penurunan jumlah motor titipan belakangan ini dipengaruhi Operasi Zebra yang sedang berlangsung.

"Ya kurang tahu, biar tidak ketilang mungkin begitu, biasanya hampir 50. Ada tilangan operasi itu mungkin jadi diantar orangtuanya," lanjutnya.

Menurut Hasan, di sekitar SMPN 5 dan SMKN 2 terdapat sedikitnya lima tempat penitipan lain yang juga dipakai pelajar. Untuk siswa SMK saja, ia memperkirakan ada sekitar sepuluh penitipan tambahan di sekitar sekolah.

"Saya pernah didatangi Satpol PP, trotoar sebelah selatan itu pernah saya pakai. Karena, ya terpaksa buat cari nafkah, nah saya bilang saya minta orang yang jualan di sebelah barat itu juga sama mengganggu jalanya. Saya tahu aturannya tapi karena terpaksa ndak ada tempat saya butuh uang buat nyukupi keluarga. Kalau mau nilang yang knalpotnya yang blong ya bukan urusan saya, kalau mengingatkan saya masih bisa," katanya.

Ia menilai transportasi umum dapat menjadi solusi agar pelajar tidak mengendarai motor sebelum cukup umur.

ADVERTISEMENT

"Saya rasa transportasi umum seperti bus itu sudah ada di SMP atau SMK di dekat saya," ungkapnya.

NAB (16), salah satu pelajar SMPN 5 yang menitipkan sepeda motornya, mengaku membawa motor karena orang tuanya bekerja di sawah dan tidak bisa mengantar.

"Saya pilih bawa motor sendiri karena sama orang tua dibolehin. Orang tua ndak bisa nganter ke repot ke sawah. Kalau berangkat dan pulang saya mutar tidak lewat pos di Widowati," ujarnya.

Situasi serupa terjadi di Desa Bendorejo, tempat puluhan motor pelajar SMPN 1 Pogalan dititipkan di rumah Nunuk Aprilianti (49). Ia membenarkan bahwa para pelajar yang menitipkan kendaraan belum memiliki SIM.

"Ya belum punya SIM lah, saya rada takut sering saya peringatkan jangan kencang-kencang, kalau lihat siswa kelas 7 yang kecil-kecil itu sudah bawa sendiri gitu kasihan," ujarnya.

Nunuk mengatakan bersepeda kini mulai jarang digunakan pelajar. Banyak orang tua bekerja sebagai petani atau pedagang sehingga tidak dapat mengantar anak setiap hari.

"Di sini satu motor Rp 2.000, dekat lingkungan sekolah ini ada 4 penitipan sepeda motor lain. Tahun 2024 kemarim di musim operasi seperti ini, ada petugas kepolisian yang datang kemari dan mengimbau saya untuk memperingatkan pelajar agar melengkapi surat dan atribut kendaraan. Saya juga sering mengingatkan agar tidak ngebut di jalan," kata dia.

Tak jauh dari tempat Nunuk, Sulakin (80) juga menunggui belasan motor pelajar SMPN 1 Pogalan yang dititipkan di pelataran rumahnya. Ia membuka jasa penitipan sejak dua hingga tiga tahun lalu.

"Hari ini sedikit, biasanya 30–40 sepeda motor. Saya selalu diam di sini tidak berani mau meninggalkan. Nanti yang menata kadang anak saya, kadang ditata sendiri. Satu motor di sini Rp 1.000, bayarnya ke saya. Yang kasihan itu paling kecil masih kelas 1 SMP," tuturnya.

Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Dukung Kami

Kabar Trenggalek - Peristiwa

Editor: Zamz