Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Kerajinan Kulit Trenggalek Bertahan di Masa Pandemi Covid-19 dengan Digitalisasi UMKM

Kabar Trenggalek - Pandemi Covid-19 memberi dampak menurunnya pemasukan ekonomi bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Trenggalek. Salah satu pelaku UMKM yang terdampak itu adalah Wahid Bachrudin, pengusaha kerajinan kulit Trenggalek. Pandemi Covid-19 sempat membuat usahanya berhenti, kemudian bangkit lagi dengan strategi digitalisasi UMKM, Minggu (24/10/2021).

Wahid adalah pemuda Trenggalek kelahiran 20 juni 1992. Ia tinggal di RT 34 RW 14, Dusun Kranding, Desa Bendorejo, Kecamatan Pogalan, Kabupaten Trenggalek. Dalam merintis usaha kerajinan kulitnya, Wahid memiliki bekal ilmu dari Diploma 3 (D3) Desain Teknologi Produk Kulit di Politeknik Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.

Wahid menjalankan usaha kerajinan kulit di Trenggalek bernama Dekrafman. Produk-produk Dekrafman seperti sepatu, tas, dompet, tali jam, id card holder, sarung korek api, sarung telepon genggam dan aksesoris lainnya. Hingga saat ini, produk-produk Dekrafman masih bisa bertahan di masa pandemi Covid-19 dengan strategi digitalisasi UMKM.

Sebelum melakukan strategi digitalisasi UMKM, Wahid menjalankan Dekrafman dengan strategi konvensional. Wahid memulai usaha kerajinan kulit sejak 2017. Ia menceritakan perjalanan usaha kerajinan kulitnya sebelum pandemi hingga menggunakan strategi digitalisasi UMKM di masa pandemi Covid-19.

“Dekrafman berdiri sejak awal januari 2017, itu memang sebelumnya saya masih [kerja] di perusahaan [orang lain]. Saya ingin mempunyai usaha sendiri yang tujuannya untuk membantu lingkungan sekitar saya, waktu itu pemikiran saya seperti itu. Lalu saya kembali 2017 awal ke Trenggalek. Awal ada beberapa kendala seperti dana yang kurang karena kita belum punya banyak mesin waktu itu,” ujar Wahid.

“Usaha Dekrafman ini bergerak di bidang kulit yang produk-produknya kami harus mempunyai beberapa macam mesin dan kala itu dana kami masih kurang. Tapi Alhamdulillah, setelah saya jual kendaraan saya dan dibantu orang tua, alhamdulillah kebeli beberapa mesin yang kita gunakan untuk produksi,” tambahnya.

Wahid mengatakan, di tahun 2017-2019, ia mampu mengenalkan produk-produk Dekrafman dengan target pembeli kalangan lokal di Trenggalek. Upaya untuk menegenalkan produk-produk Dekrafman itu berhasil dilirik oleh Emil Elestianto Dardak, Bupati Trenggalek periode 2016-2019.

“Pak Emil waktu itu ada ketertarikan, kemudian memesan beberapa souvenir [Dekrafman] untuk diberikan kepada beberapa kenalan beliau,” kata Wahid.

Pada tahun 2020, semua capaian yang berhasil dwujudkan oleh Wahid perlahan-lahan menurun karena pandemi Covid-19. Awal tahun 2020, Wahid belum merasakan dampak dari pademi Covid-19. Baru di pertengahan 2020, bulan Agustus, dampak itu mulai terasa. Dampaknya, Wahid terpaksa harus memberhentikan sementara karyawan Dekrafman, karena beberapa pesanan dan proyek tertunda.

“Sempat kami berhenti produksi dan beberapa karyawan saya otomatiskan untuk tidak produksi dulu. Artinya waktu itu dirumahkan sesaat lah. Karena waktu itu [keuangan] semakin minus untuk menggaji mereka untuk keperluan karyawan. Dan proyek-proyek seperti suvenir di perusahaan itu agak berkurang dan molor, masih belum tahu kapan pemesanannya,” ungkap Wahid.

Strategi Digitalisasi UMKM dengan Pasartrenggalek.com dan Tresno Trenggalek

Melihat kondisi pelaku UMKM yang terdampak oleh pandemi Covid-19, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Trenggalek mengupayakan berbagai cara untuk membantu memulihkan perekonomian UMKM. Hal itu disampaikan Mochamad Nur Arifin, Bupati Trenggalek, dalam webinar “Tantangan & Inovasi Produk Trenggalek di Era Disrupsi”, di youtube KominfoTV Trenggalek, Jumat, 1 Oktober 2021.

Setidaknya, ada dua upaya yang dilakukan Pemkab Trenggalek untuk membantu pelaku UMKM yang terdampak pandemi Covid-19. Pertama adalah meluncurkan website pasartrenggalek.com dan bekerjasama dengan Tokopedia untuk membuat akun official Pemkab Trenggalek yang bernama Tresno Trenggalek.

Website pasartrenggalek.com merupakan pasar daring yang diinisiasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskomindag) Trenggalek yang bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Website pasartrenggalek.com diluncurkan pada Rabu, 24 Juni 2020.

[caption id="attachment_4369" align=aligncenter width=1193]Website pasar virtual pasartrenggalek.com Website pasar virtual pasartrenggalek.com/Foto: Tangkapan layar pasartrenggalek.com[/caption]

Selain membantu UMKM memasarkan produknya, pasartrenggalek.com juga bertujuan untuk memfasilitasi pembeli yang akan melakukan pembelian barang secara online, tanpa tatap muka dengan penjual. Sehingga, transaksi perdagangan tetap berjalan dengan mengurangi kunjungan pembeli ke pasar dan bisa menekan penularan Covid-19.

Pada awal pendiriannya, ada 600 pedagang yang tergabung dengan pasartrenggalek.com. Jumlah itu terus bertambah hingga saat ini. Pengunjung pasartrenggalek.com juga bisa memilih kategori produk UMKM yang ada di 14 kecamatan di Trenggalek.

Pengunjung juga bisa memilih beberapa kategori produk UMKM. Beberapa kategori produk UMKM itu seperti alat dapur, bahan pokok, buah, daging, fashion, handphone dan tablet, ikan, makanan dan minuman, serta Office & Stationery. Proses pengiriman produk UMKM itu menggunakan jasa pengiriman dari Blojek, ojek online lokal di Trenggalek.

Berikutnya, akun official Tresno Trenggalek hasil kerjasama Pemkab Trenggalek dengan Tokopedia untuk mewadahi pelaku UMKM di Trenggalek. Arifin berharap, kehadiran Tresno Trenggalek mampu mengangkat produk-produk lokal UMKM Trenggalek.

“Jadi harapannya nanti itu bisa ngangkat gitu, karena biasanya artificial intelligence-nya [Tokopedia] itu kalau ada customer [pembeli] yang beli produk sejenis di Trenggalek, itu biasanya muncul pop up, rekomendasi buat kamu, produk-produk lain di Trenggalek. Sehingga itu harapannya bisa meng-generate satu sama lain. Itu yang saya harapkan kita punya satu toko bersama di Tokopedia.” jelas Arifin.

“Terus berita baiknya lagi, karena Tokopedia dan Gojek ini sudah merger [bergabung] jadi Decacorn gitu, jadi cakupannya luas. Mungkin salah satu marketplace [pasar daring] lokal yang cukup besar dan punya satu visi juga,” tambahnya.

Arifin menjelaskan, pelaku UMKM yang tergabung dalam Tresno Trenggalek bisa mempermudah urusan perijinan UMKM. Hal itu dikarenakan, Tokopedia sudah bekerjasama dengan kementerian koperasi dan UKM (KemenkopUKM).

[caption id="attachment_4368" align=aligncenter width=1345]Tresno Trenggalek, akun official Pemerintah Kabupaten Trenggalek di Tokopedia Tresno Trenggalek, akun official Pemerintah Kabupaten Trenggalek di Tokopedia/Foto: Tangkapan layar tokopedia.com[/caption]

“Kemudian info bahagianya lagi, di Tokopedia sudah bekerjasama dengan kementerian koperasi dan UKM, untuk bisa nyambungin perijinan-perijinan UMKM seperti NIB (Nomor Induk Berusaha). Jadi, pasca Omnibus Law [UU Cipta Kerja no 11 tahun 2020], perijinan yang berbasis resiko itu UMKM gak perlu ngurus ijin. Tapi cukup mendaftar saja nanti bisa dapat NIB dari Tokopedia,” ujar Arifin.

Hingga saat ini, UMKM yang masuk di Tresno Trenggalek masih 50 UMKM. Arifin mengakui jumlah tersebut dikejar sebagai syarat untuk peresmian Tresno Trenggalek. Meski demikian, pihaknya akan terus menggajak UMKM untuk bergabung serta memperbaiki tampilan di Tresno Trenggalek.

“Jadi yang masuk itu baru 50 [UMKM], kita kejar waktu untuk segera launching ya. Tapi semua database [basis data] ini mau kita gabungin terus, kemudian juga mau kita bagusin lagi tampilannya," kata Arifin.

Arifin mengatakan, ke depannya Tresno Trenggalek bisa mempermudah UMKM sebagai wadah berjejaring. Selain itu, Tresno Trenggalek juga diharapkan menjadi basis data yang bisa dikurasi untuk penyesuaian beberapa bisnis dengan investor maupun pembeli.

Memulai Digitalisasi UMKM di Tahun 2021 dan Tantangan ke Depan

Melalui upaya digitalisasi UMKM yang dilakukan Pemkab Trenggalek, Wahid segera mengambil peluang itu untuk mempertahankan usaha kerajinan kulitnya. Wahid mengaku, ia mulai menggunakan strategi digitalisasi UMKM pada tahun 2021.

Selain bergabung dengan digitalisasi UMKM dari Pemkab Trenggalek, Wahid juga melakukan digitalisasi UMKM untuk Dekrafman sendiri dengan membuat akun media sosial serta bergabung dengan beberapa marketplace, termasuk Tokopedia.

Awal tahun 2021, Wahid merasakan dampak pandemi membuat permintaan produk kerrajinan kulit Dekrafman sangat menurun. Waktu itu, Wahid berpikir jika Dekrafman berhenti memproduksi, maka usahanya tidak akan bisa bertahan.

“Kalau [produksi] kami berhenti juga, otomatis kami gak survive [bertahan] waktu itu. Dan akhirnya di bulan Januari akhir, saya memulai lagi untuk produksi dan kami berjuang. Pokoknya bagaimanapun kami harus berjuang. Dan alhamdulillah di awal-awal [tahun 2021] itu, sedikit demi sedikit mulai ada [permintaan] meskipun gak selancar sebelum masa pandemi,” jelas Wahid.

“Setelah adanya pandemi ini, kami memang dulu kendalanya ada di produksi ya, tapi alhamdulillah sekarang untuk beberapa item [barang] produk kami udah sangat lancar [produksinya]. Jadi kami udah mulai pasar digitalisasi ada di marketplace-marketplace dan kami udah punya produk yang ready [siap] kami jual di marketplace,” terang Wahid.

Wahid mengatakan, kehadiran pasartrenggalek.com dan Tresno Trenggalek bisa membantunya untuk menggait pembeli. Namun, dampak setelah bergabung dengan pasartrenggalek.com dan Tresno Trenggalek itu belum begitu besar.

“Akun official Tresno Trenggalek dampaknya untuk saat ini masih belum ya, karena mungkin produk yang saya keluarkan di official Tresno Trenggalek itu belum banyak,” ujarnya.

Dalam menggunakan strategi digitalisasi UMKM, Wahid masih memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah ulasan produk di marketplace. Oleh karena itu, Wahid berharap kepada Pemkab Trenggalek untuk lebih mematangkan rencana pengelolaan marketplace bagi pelaku UMKM di Trenggalek.

“Dari kendala itu, ada beberapa permintaan sih yang ingin saya sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Trenggalek sendiri untuk memberi ulasan-ulasan. Ya ulasan-ulasan tersebut harus konsekuensi. Kami punya produk bagus dan punya ulasan bagus, itu bisa ditingkatkan untuk ketertarikan pembeli terhadap produk. Nah, bagaimana kita membuat ulasan itu kita harus punya plan [rencana]” jelas Wahid.

[caption id="attachment_4370" align=aligncenter width=937]Produk-produk kerajinan kulit Dekrafman Produk-produk kerajinan kulit Dekrafman/Foto: Tangkapan layar @dekrafman (instagram)[/caption]

Dengan kondisi seperti itu, Wahid mengatakan upaya Pemkab Trenggalek tidak menjadi peran utama dalam mempertahankan usaha kerajinan kulitnya. Bagi Wahid, peran utama untuk bertahan dan berkembang tetap ada pada perjuangan para pelaku UMKM sendiri.

“Peran utama ya kami harus berjuang sendiri. Kami yang awal gak ada digitalisasi terus ke digitalisasi ada tokopedia dan lain-lain. Kami harus memulai semua dan gak cuma di marketplace, kami bikin promosi di kalangan menengah ke bawah. Kami mencoba promosi di konten-konten atau di ranah lainnya. Kami mencoba untuk terus mencoba menggenjot agar promosi digital kami menarik terus dan lebih berkembang dan maju terus,” ucap Wahid.

Wahid terus optimistis ke depannya bisa bertahan dan mengembangkan Dekrafman. Meskipun permintaan belum begitu banyak, pesanan tertunda dan proyek-proyek berhenti, ia terus berusaha untuk mencari peluang lain.

“Otomatis kami wajib menggait peluang yang lain. Karena kalau kami memancing peluang sebelumnya itu kayaknya masih belum bisa. Yang penting kami sudah bisa memberikan beberapa produk-produk pada perusahaan-perusahaan untuk souvenir dengan beberapa sampel yang oke,” ujarnya.

“Persoalan kebutuhannya kapan atau beli atau tidak, ya itu jangan berharap. Ya kami berharap, tapi jangan terlalu berharap. Kami masih harus menggait peluang-peluang yang masih ada,” tambahnya.

Selain promosi digital dan mencari peluang lain, ke depannya Wahid berencana untuk menghasilkan produk-produk kolaborasi. Wahid mengatakan, produk kerajinan kulit Dekrafman akan berkolaborasi dengan UMKM yang memproduksi batik.

“Saya ada series tas yang ingin saya keluarkan, saya ingin kolaborasi dengan tim UMKM batik. Di mana produk yang awal-awalnya pure [murni] dari kulit, saya ingin kolaborasi dengan batik-batik yang khusus dari Trenggalek. Jadi saya ingin khususkan untuk prosuk tas tersebut. Nah itu nanti rencana saya akan labelkan, ini lho dari kolaborasi yang benar-benar dari produk Trenggalek.

Berbagai upaya akan terus dilakukan Wahid ke depannya dalam menggunakan strategi digitalisasi UMKM. Dengan upaya yang dilakukan, Wahid berharap semua pelaku UMKM bisa bertahan di masa pandemi Covid-19 ini.

“Di masa pandemi ini saya juga merasakan dampaknya. Kita harus terus berusaha meskipun masih di era seperti ini. Semoga bisa terlewati,” terang Wahid.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *