Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Genteng Nglayur Gandusari Bertahan Puluhan Tahun, Produksi Tembus Ribuan per Hari

  • 10 Jun 2025 16:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Sentra Kerajinan Genteng Nglayur di Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek menjadi tumpuan ekonomi masyarakat setempat selama puluhan tahun. Dimulai sejak tahun 1981 oleh segelintir perajin, kini hampir setiap dua rumah di desa tersebut memproduksi genteng dari tanah liat.

    “Berawal dari beberapa pengrajin di tahun 1981, secara turun-temurun berkembang dan bertambah banyak sampai sekarang,” kata Murosit, salah satu perajin genteng Nglayur, dikutip dari kanal YouTube Kominfo Trenggalek.

    Seiring berjalannya waktu, industri rumahan ini menghadapi berbagai dinamika, termasuk hantaman krisis moneter 1998. Murosit menceritakan, banyak perajin kala itu tumbang, namun sebagian tetap bertahan dan meneruskan usaha mereka.

    Saat ini, teknologi sudah mulai digunakan untuk menunjang proses produksi. Perajin genteng Nglayur menggunakan mesin cetak, mesin penggiling tanah, hingga mesin pres untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas produksi.

    “Bahan baku genteng kami menggunakan tanah dari Sukorejo sendiri, dan juga mendatangkan dari luar desa seperti Wonoanti dan Jatiprahu,” ujarnya.

    Tanah dari luar desa kemudian dicampur dengan tanah kaolin khas Nglayur. Proses pengolahan dilakukan dalam mesin penggiling hingga menjadi bahan siap cetak. Setelah dicetak, genteng dirapikan, lalu dijemur selama lima hari jika cuaca terik, dan bisa lebih dari seminggu jika cuaca mendung.

    “Setelah proses penjemuran, genteng dimasukkan (dibakar) ke tungku pembakaran selama dua hari dua malam, lalu didinginkan selama tiga hari dan siap dipasarkan,” jelas Murosit.

    Jenis Genteng dan Karakteristiknya

    genteng-nglayur-trenggalek-yang-masih-jadi-primadona_11zon.jpg
    Produsen genteng nglayur trenggalek. KBRT/Kominfo

    Murosit menjelaskan beberapa jenis genteng yang diproduksi, masing-masing dengan keunggulan dan kelemahan tersendiri. Pertama adalah genteng kodok, yang memiliki tonjolan kecil di bagian bawah dan cocok untuk bangunan yang jauh dari pepohonan.

    “Genteng kodok sangat rapat, dapat mengalirkan air tanpa kebocoran. Tapi bisa mudah tersumbat jika terkena sampah atau rontokan daun,” katanya.

    Genteng kodok membutuhkan sekitar 24 buah per meter persegi.

    genteng-nglayur-trenggalek_11zon.jpg
    Produsen genteng nglayur trenggalek. KBRT/Kominfo

    Jenis berikutnya adalah genteng pres, yang memiliki kemampuan mengalirkan air lebih deras dan cocok untuk rumah di pedesaan karena lebih tahan terhadap guguran daun. Genteng ini membutuhkan 24–25 buah per meter persegi.

    Kemudian ada genteng mantili, yang serupa dengan genteng pres tetapi berukuran lebih besar. Di atasnya, ada genteng baseke, yang lebih besar lagi dan hanya memerlukan 14 buah per meter persegi. Genteng baseke dinilai elegan dari segi tampilan.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Satu jenis lainnya adalah genteng plat, dinamakan demikian karena bentuknya yang lurus dan terlihat rata dari kejauhan.

    “Keunggulan utama dari genteng Nglayur adalah ketahanannya. Selain kuat terhadap benturan, genteng ini bisa bertahan sangat lama,” tegas Murosit.

    Namun, ia juga menyebut kelemahan genteng tanah liat adalah potensi tumbuhnya lumut, yang hanya bisa dicegah dengan pengecatan secara berkala.

    Industri Genteng Menjadi Mata Pencaharian Utama

    Produksi genteng kini menjadi mata pencaharian tetap bagi warga Sukorejo, bukan lagi sekadar pekerjaan sampingan. Profesi ini menyerap banyak tenaga kerja, bahkan dari luar desa.

    “Bertani itu tidak setiap hari dilakukan, jadi banyak warga bekerja sebagai pembuat genteng, baik secara mandiri maupun di tempat produksi milik warga lain,” jelas Murosit.

    Dalam satu hari, rata-rata rumah produksi mampu menghasilkan hingga 2.000 biji genteng, jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan pasar.

    Dalam hal pemasaran, kini para produsen genteng Nglayur telah beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Penjualan yang dulu hanya dari mulut ke mulut, kini sudah merambah ke sistem agen, makelar luar kota, hingga penjualan online melalui ponsel pintar.

    “Rata-rata sekarang produsen juga sudah pakai perkembangan digital lewat jualan online,” tandas Murosit.

    Murosit berharap, pemerintah melalui dinas terkait bisa memberikan pendampingan dan pelatihan kepada produsen genteng, termasuk studi banding ke luar daerah agar kualitas produksi terus meningkat dan bisa bersaing lebih luas.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz