Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Fenomena Picky Eaters, si Pilih-pilih Makanan pada Anak-anak

  • 19 Mar 2025 17:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Salah satu ciri dari fenomena yang dikenal sebagai "picky eaters" adalah penolakan terhadap makanan yang disajikan. Picky eaters adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan anak-anak yang memiliki kecenderungan yang kuat untuk memilih makanan tertentu sambil menolak makanan lainnya.  

    Ini bisa menjadi hal yang frustasi bagi para orang tua, tetapi penting untuk memahami bahwa perilaku ini tidak selalu hanya masalah kenyamanan atau pilihan semata. Faktanya, ada banyak faktor yang dapat memengaruhi kenapa anak menjadi picky eaters. Dilansir dari buku lStrategi Untuk Menghadapi Picky Eaters karya Gekarsa, salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi perilaku makan anak adalah pengalaman dan lingkungan makan mereka.  

    Jika anak sering kali diberi makanan yang sama di rumah, mereka mungkin menjadi kurang tertarik untuk mencoba makanan baru. Selain itu, tekanan dari orang tua untuk makan juga dapat membuat anak merasa stres dan cenderung menolak makanan yang ditawarkan.  

    Tidak hanya itu, faktor biologis juga dapat memainkan peran penting dalam perilaku makan anak. Beberapa anak mungkin memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rasa dan tekstur makanan tertentu, yang membuat mereka lebih selektif dalam memilih makanan. Selain itu, faktor genetik juga dapat mempengaruhi preferensi makanan seseorang. Namun, penting untuk diingat bahwa perilaku makan selektif tidak selalu menjadi masalah serius. Sebagian besar anak akan tumbuh dari fase ini dengan sendirinya seiring waktu. Namun, bagi beberapa anak, perilaku makan selektif dapat berlanjut hingga masa remaja dan bahkan dewasa, yang dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan.  

    Untuk memahami perilaku makan anak secara mendalam, penting untuk melihatnya dari sudut pandang psikologis. Anak-anak sering kali menggunakan makanan sebagai cara untuk mengontrol lingkungan mereka dan mengekspresikan preferensi mereka. Misalnya, anak mungkin menolak makanan sebagai bentuk protes terhadap perubahan dalam rutinitas atau lingkungan mereka.  

    Selain itu, faktor emosional juga dapat mempengaruhi perilaku makan anak. Anak yang cemas atau stres mungkin kehilangan nafsu makan atau menjadi lebih selektif dalam memilih makanan. Ini bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua, karena mereka harus mencari cara untuk membantu anak mengatasi emosi mereka tanpa menggunakan makanan sebagai penghiburan.  

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Peran orang tua dalam membentuk perilaku makan anak juga tidak boleh diabaikan. Pola makan dan sikap terhadap makanan yang ditunjukkan oleh orang tua dapat mempengaruhi cara anak memandang makanan. Misalnya, jika seorang anak melihat orang tuanya selalu makan makanan yang sama setiap hari, mereka mungkin cenderung mengikuti contoh tersebut.  

    Dampak Jangka Panjang Keengganan Makan  

    Meskipun perilaku makan selektif umumnya dianggap sebagai fase perkembangan yang normal, bisa memiliki dampak jangka panjang yang signifikan jika tidak diatasi dengan baik. Salah satu dampak yang paling jelas adalah risiko kekurangan gizi. Jika anak hanya mau makan sejumlah kecil jenis makanan tertentu, mereka mungkin tidak mendapatkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.  

    Selain itu, perilaku makan selektif juga dapat mempengaruhi hubungan sosial anak. Anak yang selalu menolak makanan saat makan bersama teman atau keluarga dapat merasa terisolasi atau diabaikan. Hal ini dapat memicu masalah emosional atau sosial yang lebih besar di kemudian hari.  

    Tidak hanya itu, perilaku makan selektif juga dapat meningkatkan risiko gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia pada masa remaja atau dewasa. Kebiasaan membatasi jenis makanan yang dikonsumsi dapat menciptakan pola makan yang tidak sehat dan berpotensi  berbahaya bagi kesehatan anak.  

    Dengan pemahaman yang mendalam tentang fenomena picky eaters, kita dapat mulai mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi masalah ini. Melalui pendekatan yang terarah dan empatik, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan hubungan yang sehat dengan makanan dan mendorong mereka untuk mencoba berbagai jenis makanan baru. Dengan demikian, kita dapat membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik, emosional, dan sosial. 

    Kabar Trenggalek - Edukasi

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    Lodho Ayam Pak Yusuf