KBRT - Belakangan ini, internet sedang diramaikan dengan konten seorang bernama Mulyono Basuki. Dalam konten yang sedang viral, beliau disebut-sebut sebagai duta kata tewu dengan kalimat lucunya yaitu “Candak Tali Gocine Tewu Teng Teng Teng”. Lantas, apa sih sebenarnya arti kata tewu?
Seperti yang kita tahu, pak Mulyono Basuki kini sedang ramai diperbincangkan di internet. Pasalnya, dia kerap tampil menunjukkan badan besarnya tanpa baju dengan kata-kata yang mungkin asing kita dengar seperti “candak tali goci” dan “tewu”.
Penampilan ini, telah membuat sebagian dari masyarakat Indonesia tertawa setelah melihat konten dari pak Mulyono Basuki. Hal ini, menjadi salah satu fenomena ekspresi baru dari sebuah bahasa.
Meskipun terdengar unik dan lucu, kata ini sebenarnya memiliki makna yang cukup menarik untuk dibahas. Lantas, apa sih arti sebenarnya dari kata tewu dan candak tali gocine.
Arti Kata Tewu dan Candak Tali Gocine
Menurut informasi dari salah satu artikel UNESA, ungkapan candak tali gocine tidak merujuk pada sebuah tindakan nyata. Kata “candak” memiliki sebuah arti “mengambil” sedangkan teng teng teng, merupakan sebuah onomatope atau sebuah imitasi suara dari pukulan.
Sedangkan tewu, juga dapat diartikan sebagai padanan kata dari kata “Pukul” atau “Memukul”. Selain itu, dalam kalimatnya juga disebutkan kata “dlosor” yang berarti sebuah kondisi seseorang yang jatuh tersungkur.
Meskipun terdengar seperti sebuah kalimat ancaman, dalam pandang pragmatik yang dijelaskan artikel UNESA, ujaran ini bukan merupakan tindak tutur performatif yang dimaksudkan sebagai ancaman nyata. Melainkan hanya sebagai bentuk parodi dari keberanian seorang jagoan yang berlebihan.
Sedangkan dari sisi sosiolinguistik, ujaran yang sering digunakan sebagai konten-konten parodi ini, menjadi sebuah contoh dari bagaimana bahasa jawa tetap bisa dinamis di era media sosial.
Kata seperti candak tali gocine, tewu, dan teng teng teng, merupakan sebuah ungkapan-ungkapan baru, yang terlahir melalui sebuah proses kreativitas digital. Ungkapan ini, telah memperkaya bentuk humor masyarakat, dan menjadi bentuk identitas linguistik khas generasi.
Gimana? Menarik sekali bukan. Meskipun terdengar agak kasar dan mengancam jika diartikan, kalimat-kalimat ini hanyalah sebuah paradigma baru dimasyarakat, yang hanya merupakan sebuah parodi dari humor.
Kabar Trenggalek - Edukasi
Editor: Zamz















