Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Waspada Demam Berdarah Dengue, Mengenal Nyamuk Aedes Aegypti Penyebab DBD

Kubah Migunani

DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah penyakit menular berbahaya yang disebabkan oleh infeksi Virus Dengue dan ditularkan melalui nyamuk  Aedes Aegypti.

Gejala yang ditimbulkan jika seseorang terkena gigitan nyamuk adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual, mutah, sakit di belakang mata, ruam, nyeri tulang atau sendi. 

Di Indonesia, kasus demam berdarah bukanlah hal baru. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, saat ini kasus DBD di Indonesia mencapai 53.131 kasus pada Maret 2024. Karena hal ini, masyarakat Indonesia perlu mengetahui ciri khusus dan karakter dari nyamuk Aedes Aegypti.

Ciri Khusus Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti  memiliki ciri khusus yang ditandai dengan pita atau garis-garis / loreng putih di atas dasar hitam. Ukuran nyamuk ini adalah sekitar 3-4 mm dengan ring putih pada bagian kakinya.

Nyamuk ini memiliki 2 aktivitas untuk mencari mangsa yaitu di pagi hari pukul 09.00 – 10.00 dan sore hari 16.00 – 17.00. Setelah menghisap darah, nyamuk beristirahat di tempat gelap dan lembab di dalam atau luar rumah untuk menunggu proses pematangan telurnya.

Sifat Nyamuk Aedes Aegypti

Aedes Aegypti memiliki sifat menyukai air bersih sebagai tempat peletakan telur dan tempat perkembang biakannya. Nyamuk ini memilih tempat yang letaknya tidak terpapar matahari secara langsung. Aedes aegypti biasanya dapat ditemukan pada genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana. 

Menurut Jurnal “Perilaku bertelur dan Siklus Hidup Aedes Aegypti pada Berbagai Media Air” yang ditulis oleh Indira, dkk asal Universitas Diponegoro, menjelaskan bahwa  nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak pada air bersih yang tidak bersentuhan dengan air tanah.  Pertumbuhan nyamuk dari telur hingga nyamuk dewasa dipengaruhi oleh faktor abiotik seperti curah hujan dan temperature. Nyamuk menyukai temperature lembar dan hangat.

Selain di genangan air yang bersih, aedes aegypti juga ditemukan pada air rendaman Jerami dan air yang dicampur kotoran ayam, serta air kaporit dan sabun.

Siklus Hidup

Siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti  terbagi menjadi empat yaitu:

  1. Telur 
    Fase pertama yang dialami nyamuk Aedes Aegypti adalah menjadi telur terlebih dahulu. Bentuk telur nyamuk ini adalah pipih, lonjong, berwarna hitam dan berukuran ± 0,8 mm. Telur mengapung satu per satu pada permukaan air jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Sekali bertelur, nyamuk betina menghasilkan sebanyak ± 100 butir. 

  2. Larva / jentik

Pada fase kedua yaitu larva. Setelah ±2 hari telur terendam air maka telur akan berubah menjadi larva / jentik. Nyamuk mengganti kulitnya sebanyak empat kali. Pergantian kulit ini dilakukan sebelum berganti ke fase selanjutnya yaitu transisi pupa. Pergantian kulit membutuhkan waktu mulai dari 5 hari sampai 8 hari. Setelah itu larva / jentik akan berubah menjadi pupa.

  1. Pupa / kepompong

Pupa atau kepompong adalah fase ketiga nyamuk aedes aegypti. Pada fase ini, pupa tidak memerlukan makanan sekitar dua sampai 4 hari untuk berubah menjadi nyamuk dewasa.

  1. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa memiliki ciri-ciri seperti memiliki warna dasar hitam dengan bintik putih di badan dan kakinya. Nyamuk dewasa muncul dengan cara menelan udara untuk memperluas ukuran perutnya, sehingga kepompong terbuka dan muncullah kepala nyamuk sebelum terbang ke udara. Setelah keluar dari pupa, nyamuk akan beristirahat di permukaan air sementara waktu. 

 

Editor:Danu S
Kopi Jimat