KBRT - Literasi merupakan sebuah konsep yang dalam beberapa dekade terakhir menjadi semakin penting, melampaui sekadar kemampuan membaca dan menulis. Lebih dari sekadar mengenali huruf-huruf dan kata-kata, literasi melibatkan pemahaman mendalam terhadap teks, interpretasi yang cermat, serta kemampuan berpikir kritis dan menganalisis informasi.
Pentingnya literasi dalam dunia yang makin kompleks dan terhubung erat dengan teknologi tak dapat disangkal. Di tengah arus informasi yang terus mengalir, kemampuan memilah, memahami, dan menyaring informasi menjadi keterampilan yang sangat berharga.
Literasi memiliki dampak yang signifikan pada pengembangan personal dan kemajuan masyarakat. Dengan memiliki kemampuan literasi yang baik, seseorang dapat lebih percaya diri dalam menghadapi tuntutan informasi modern.
Literasi memberdayakan individu untuk mengambil keputusan yang lebih bijak, berpartisipasi dalam diskusi yang berarti, serta berkontribusi pada perkembangan sosial dan ekonomi. Di era digital, literasi juga mencakup pemahaman tentang media sosial, manipulasi gambar, dan informasi palsu.
Terdapat tujuh unsur yang membentuk literasi, berkenaan dengan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah, refleksi, dan penggunaan bahasa seperti dilansir dari buku Literasi Bukan Sekedar Calistung karya Muhammad Syarif Bando sebagai berikut.
Daftar Isi [Show]
Literasi melibatkan interpretasi
Penulis/pembicara dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak interpretasi, yakni penulis/pembicara menginterpretasikan dunia (peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan lain-lain) dan pembaca/pendengar kemudian menginterpretasikan interpretasi penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.
Literasi melibatkan kolaborasi
Terdapat kerja sama di antara dua pihak, yakni penulis/pembicara dan pembaca/pendengar. Kerja sama yang dimaksud itu dalam upaya mencapai pemahaman bersama. Penulis/pembicara memutuskan apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/dikatakan berdasarkan pemahamannya terhadap pembaca/pendengarnya.
Sementara itu, pembaca/pendengar mencurahkan motivasi, pengetahuan, dan pengalamannya agar dapat membuat teks penulis bermakna.
Literasi melibatkan konvensi
Orang membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara itu ditentukan konvensi/kesepakatan kultural (tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk tujuan-tujuan individual. Konvensi di sini mencakup aturan-aturan bahasa, baik lisan maupun tertulis.
Literasi melibatkan pengetahuan kultural
Membaca dan menulis atau menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistem-sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Maka, orang-orang yang berada di luar suatu sistem budaya itu rentan atau berisiko keliru dipahami orang-orang yang berada dalam sistem budaya tersebut.
Literasi melibatkan pemecahan masalah
Karena kata-kata selalu melekat pada konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, tindak menyimak, berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya membayangkan hubungan-hubungan diantara kata-kata, frasa-frasa, kalimat-kalimat, unit-unit makna, teks-teks, dan dunia-dunia.
Upaya membayangkan, memikirkan, atau mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk pemecahan masalah.
Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri
Pembaca/pendengar dan penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubungan-hubungannya dengan dunia dan diri mereka sendiri. Setelah berada dalam situasi komunikasi, mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut.
Literasi melibatkan penggunaan bahasa
Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis), tapi mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu digunakan, baik dalam konteks lisan maupun tertulis, untuk menciptakan wacana/diskursus.
Dari berbagai pengertian dan prinsip tersebut, literasi memang mengacu pada konsep tulisan dan membaca. Namun, literasi tidaklah diartikan secara harfiah pada makna sebatas baca dan tulis.
Dalam tingkatan tertentu, kerap dijabarkan literasi yang lebih dalam atau pada level yang lebih tinggi. Keterampilan membaca dan menulis hanyalah bagian dari pijakan untuk ke level berikutnya.
Dalam Diskusi Kelompok Terpumpun Gerakan Literasi Nasional pada 2019, Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa roh dari semua gerakan pendidikan adalah literasi. Ia pun menegaskan agar makna literasi jangan direduksi menjadi sekadar membaca buku.
Kabar Trenggalek - Edukasi
Editor:Zamz