Salah satu langkah yang diterapkan dalam pengaturan keuangan ala Kakeibo Jepang yaitu dengan mengatur pos pengeluaran. Seluruh pengeluaran dicatat secara rinci per hari, dari pengeluaran paling kecil hingga pengeluaran paling besar dari pengeluaran. Semisal membayar parkir ketika berbelanja hingga membayar cicilan bank.
Setelah berjalan 1 bulan, catatan pengeluaran harian tersebut dikumpulkan dan dituangkan dalam satu tabel catatan pengeluaran bulanan dengan pos-pos pengeluaran yang terbagi dalam 4 kategori.
Bagaimana pengaturan manajemen keuangan keluarga ala Kakeibo? Berikut ini dilansir dari buku Kakeibo karya AE Zen.
Pos Pengeluaran Survival atau untuk Bertahan Hidup
Pengeluaran untuk bertahan hidup mencakup semua pengeluaran pokok demi keberlangsungan hidup yang sifatnya tetap. Seperti tagihan yang meliputi pengeluaran untuk membayar tanggungan-tanggungan wajib yang dimiliki seperti listrik, air, cicilan kredit motor, barang elektronik, tagihan kartu kredit, membayar utang dan lain sebagainya.
Ada pula pengeluaran untuk makan seperti membeli sembako, lauk pauk, dan keperluan lain terkait urusan dapur.
Keperluan anak juga masuk dalam kategori ini seperti membeli susu, bubur instan, diapers, membayar SPP, uang kegiatan, uang saku dan lain sebagainya. Pengeluaran untuk transportasi kendaraan yang sudah menjadi kebutuhan utama tidak boleh dilupakan.
Pengeluaran Tambahan atau Ekstra
Pengeluaran ekstra seperti pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya tambahan termasuk dalam pengeluaran sporadis yang tidak dapat direncanakan misalnya kado pernikahan, tagihan perbaikan untuk mobil, tagihan medis, bantuan ataupun sedekah.
Pengeluaran Keinginan atau Opsional
Pengeluaran ini bersifat membiayai keinginan yang tidak wajib dipenuhi seperti berlibur ke luar kota, membeli pakaian baru, atau makan malam di luar. Jika pengeluaran keinginan terus dilakukan maka akan membuat finansial minus di akhir bulan hanya untuk membiayai gaya hidup.
Pengeluaran Kultural
Pengeluaran kultural ini untuk meng-upgrade diri seperti langganan koran, membeli buku, kunjungan ke museum. Pengeluaran kultural juga bisa seperti pengeluaran untuk menonton film terbaru dan menghadiri konser musik.
Kebutuhan kultural ini sebenarnya bisa diakali dengan kecanggihan teknologi seperti menonton film lewat smartphone maupun laptop. Bukan di bioskop. Karena ongkos yang dikeluarkan untuk tiket sekali putaran film lebih mahal.
Kebutuhan kultural bisa juga menjadi kebutuhan tersier, sekunder atau primer, tergantung dari profesi. Sebab ada beberapa kebutuhan ini yang merupakan kewajiban dan berhubungan dengan pekerjaan, seperti membeli buku merupakan kebutuhan primer dari seorang editor.