Gus Iqdam atau Muhammad Iqdam merupakan pengasuh Majelis Sabilu Taubah asal Blitar yang sedang viral di masyarakat. Pengajiannya yang disisipi humor dan bagi-bagi hadiah membuat masyarakat, terutama kalangan anak muda berbondong-bondong mendatangi pengajiannya.
Ada beberapa istilah populer di pengajian Gus Iqdam. Istilah ini pada awalnya dilontarkan Gus Iqdam sebagai bentuk reaksi terhadap jamaahnya. Hingga kemudian video rekamannya diunggah ke media sosial (medsos) dan jadi viral.
Saking populernya, istilah di pengajian Gus Iqdam ini sering juga dilontarkan orang-orang kala berinteraksi di kehidupan sosial. Tidak terbatas saat pengajian Gus Iqdam sedang berlangsung. Sebab, istilah populer ini relevan untuk merespons realita kehidupan masyarakat.
Meski begitu, tak jarang orang-orang yang mengerti asal dan konteks istilah ini dilontarkan. Oleh karena itu, dalam artikel ini penulis juga akan membagikan arti istilah populer di pengajian Gus Iqdam.
Tanpa berlama-lama, berikut arti istilah populer di pengajian Gus Iqdam dan artinya.
Daftar Isi [Show]
Istilah Populer di Pengajian Gus Iqdam dan Artinya
1. Dekengane Pusat
Istilah 'Dekengane Pusat' jadi yang paling populer di pengajian Gus Iqdam. Bahkan, istilah Dekengane Pusat ini dijadikan lagu dan masuk ke dalam liriknya. Jika kamu tertarik bisa menyaksikan video klipnya langsung di kanal YouTube Sabilu Taubah.
Istliah Dekengane Pusat ini awal mulanya saat Gus Iqdam Gus Iqdam menjelaskan, fadilah atau keutamaan shalat qabliyah shubuh. Saat menjelaskan itu, kebetulan sedang ramai pejabat yang hadir.
"Saya bilang, dekenganmu tidak perlu pejabat kamu mau melakukan salat sunnah atau shalat qabliyah atau salat rawatib apapun itu, dekenganmu pusat," ungkap Gus Iqdam dalam sebuah video di kanal YouTube NU Online.
Sementara, yang dimaksud Gus Iqdam sebagai Dekengan Pusat itu adalah Allah SWT. Artinya, Allah SWT menaungi dan menjaga hambanya yang rajin beribadah dan berbuat baik. Sehingga kehidupan jadi damai dan tentram.
Perlu diketahui, kata Dekengan berasal dari Bahasa Jawa. Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya bisa dukungan, penjagaan, penaungan, dan lain-lain. Atau dalam Bahasa Inggris dapat diartikan sebagai backing.
2. ST Nyell
Kemudian ada istilah lagi yakni 'ST Nyell'. Kata ST berasal dari singkatan Sabilu Taubah (jalan taubat), merupakan majelis yang diasuh Gus Iqdam di Blitar. Sementara, kata Nyell merupakan Bahasa Jawa Timuran yang berarti totalitas atau menyeluruh.
Istilah populer 'ST Nyell' merujuk pada jamaah Gus Iqdam di majelis Sabilu Taubah yang militan. Militan ini dalam arti bisa mengamalkan ilmu-ilmu yang diajarkan lewat majelis Sabilu Taubah.
Biasanya, konteks penggunaan istilah ST Nyell ini saat seseorang sedang dalam situasi rumit namun tetap santai dan berani menghadapinya. Sehingga menunjukan orang tersebut sebagai jamaah Sabilu Taubah totalitas atau ST Nyell.
Selain itu, Gus Iqdam menggunakan istilah ST Nyell ini saat memberi motivasi semangat pada jamaahnya yang sedang galau. Gus Iqdam sering memotivasi jamaahnya untuk tidak perlu terlalu galau karena urusan asmara, karena ST Nyell.
3. Wonge Teko?
Istilah populer 'Wonge Teko?' ini cukup menarik dan sering diujarkan orang-orang mesji tidak di majelis Sabilu Taubah atau pengajian Gus Iqdam.
Istilah 'Wonge Teko?' merupakan kalimat tanya dalam Bahasa Jawa, yang artinya 'orangnya datang?'
Konteks penggunaan istilah ini saat Gua Iqdam menyampaikan tabiat-tabiat yang dimiliki orang zaman sekarang. Terutama yang getol dengan urusan asmara tapi tidak getol dalam urusan ibadah. Setelah menyampaikan tabiat-tabiat ini Gus Iqdam mengakhirinya dengan celetukan 'Wonge teko?'. Kemudian para jamaah membalas 'tekoo!' yang artinya datang.
Istilah 'wonge teko?' ini juga bisa dikategorikan sebagai sindiran halus pada tabiat-tabiat kurang baik yang dimiliki jamaahnya. Tanpa menyebutkan siapa orangnya, sindiran ini disampaikan secara umum pada semua hadirin yang datang.
4. Garangan
Garangan merupakan nama hewan musang dalam Bahasa Jawa. Karakter garangan ini ialah hewan yang memakan segala jenis baik kopi maupun daging hewan lain.
Konteks penggunaan istilah 'garangan' ini dilontarkan Gus Iqdam untuk merujuk jamaahnya yang hobi bermain perasaan orang dalam urusan asmara.
Garangan sendiri merupakan hewan seperti musang. Karakter garangan yang memakan segala ini lah yang menjadi konteks dari penyebutannya oleh Gus Iqdam. Ini sesuai dengan jemaah dari Gus Iqdam yang memang beragam, bukan hanya kalangan santri, melainkan anak jalanan dan sebagainya.
Namun penggunaan istilah 'garangan' ini bukan suatu hinaan atau ejekan. Melainkan sindiran halus agar jamaah Sabilu Taubah benar-benar taubah atau tobat. Bahkan, saat dilontarkan istilah 'garangan' di majelis disambut tawa para jamaah. Jamaah juga ada yang ikut mengucapkannya.