Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Kisah Wisanggeni: Kelahirannya Tidak Diinginkan tapi Punya Kekuatan Over Power

Bambang Wisanggeni atau biasa dipanggil Wisanggeni adalah salah satu tokoh pewayangan Jawa. Kisah Wisanggeni terkenal dengan kesaktiannya dan karena kesaktiannya tersebut, dirinya disingkirkan dari Perang Bharatayudha.

Sebelumnya, karakter Wisanggeni hanya ada di pewayangan Jawa. Seperti yang kita tahu, pakem kisah pewayangan di Jawa ada dua kisah yang menjadi lakon utama. Yakni Mahabharata dan Ramayana. Kedua pakem kisah atau lakon ini bersumber dari India.

Wisanggeni adalah salah satu karakter pewayangan dalam lakon mahabharata dalam versi Jawa. Dalam lakonnya, Wisanggeni merupakan anak dari Arjuna (anggota Pandawa) dan bidadari bernama Batari Dresanala putri Batara Brama (dewanya api).

Dalam kisah pewayangan Jawa, Wisanggeni dikenal sebagai karakter istimewa. Ia terkenal pemberani, memiliki sikap yang tegas, dan kesaktiannya yang luar biasa. Hingga pada akhirnya, kesaktiannya yang luar biasa tersebut membuat dirinya disingkirkan dalam peperangan oleh pihaknya sendiri.

Karakter Wisanggeni dalam kisah pewayangan ini memang menarik untuk diulas. Seperti bagaimana kelahiran Wisanggeni, kesaktian  yang dimilikinya, karakternya, dan teladan yang bisa dipetik. Dengan mengutip dari berbagai sumber, berikut ulasan tentang kisah Wisanggeni.

Kelahiran Wisanggeni

Foto wayang Wisanggeni dalam pewayangan Jawa/Foto: Tjokrosoeharto Arts and Crafts (Facebook)

Kisah kelahiran Wisanggeni bisa dikatakan cukup tragis. Karena usia kandungan Batari Dresanala saat mengandung Wisanggeni masih sangat muda. Di usia kandungan sangat muda tersebut Dresanala dipaksa ayahnya, Batara Brama, untuk mengeluarkan bayi yang dikandungnya.

Alasan Batara Brama tega membunuh cucunya sejak dalam kandungan ini bermula saat Dewasrani, putra Batari Durga, cemburu terhadap Arjuna yang telah menikahi Batari Dresanala. Dewasrani merengek kepada ibunya supaya menceraikan perkawinan Dresanala dan Arjuna.

Karena kasih sayang ibu pada anaknya begitu besar, Durga pada akhirnya menghadap suaminya, yakni Batara Guru (dewanya para dewa), untuk menceraikan pernikahan Dresanala dan Arjuna. Yang kemudian meminta agar Dewasrani dinikahkan dengan Dresanala.

Atas desakan dan bujuk rayu Durga, Batara Guru pun memerintahkan agar Batara Brama menceraikan Arjuna dan Dresanala. Keputusan ini ditentang oleh Batara Narada selaku penasihat Batara Guru. Ia pun mengundurkan diri dan memilih membela Arjuna.

Brama yang telah kembali ke kahyangannya segera menyuruh Arjuna pulang ke alam dunia dengan alasan Dresanala hendak dijadikan Batara Guru sebagai penari di kahyangan utama. Arjuna pun menurut tanpa curiga.

Sebenarnya Dersanala tidak ingin berpisah dengan Arjuna.Sehingga setelah Arjuna pergi dari khayangan Bethara Brama menyiksa tubuh Dersanala. Tak berapa lama, Dersanala yang tidak dapat menahan rasa sakit akhirnya melahirkan bayi laki-laki prematur. Kemudian, tak lama Durga dan Dewasrani datang menjemputnya.

Dikisahkan alam semesta bergemuruh atas kelahiran sang bayi. Batara Brama kaget melihat tubuh bayi bersinar terang. Banyak usaha yang dilakukan untuk membunuh bayi tersebut akan tetapi semua usaha tidak berhasil. Di satu sisi Batara Brama tidak tega untuk membunuh cucunya sendiri. Hingga akhirnya Batara Brama membuang cucunya di Kawah Candradimuka.

Narada diam-diam mengawasi semua kejadian tersebut. Ia pun mencoba membantu bayi Dresanala tersebut keluar dari kawah. Secara ajaib, bayi itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda. Narada memberinya nama Wisanggeni, yang bermakna "racun api". Hal ini dikarenakan ia lahir akibat kemarahan Brama, sang dewa penguasa api. Selain itu, api kawah Candradimuka bukannya membunuh justru menghidupkan Wisanggeni.

Atas petunjuk dan rekomendasi Narada, Wisanggeni pun membuat kekacauan di kahyangan. Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap dan menaklukkan yang, karena ia berada dalam perlindungan Sanghyang Wenang, senior Batara Guru. Batara Guru dan Batara Brama akhirnya bertobat dan mengaku salah. Narada akhirnya bersedia kembali bertugas di kahyangan.

Wisanggeni kemudian datang ke Kerajaan Amarta meminta kepada Arjuna supaya diakui sebagai anak. Semula Arjuna menolak karena tidak percaya begitu saja. Terjadi perang tanding di mana Wisanggeni dapat mengalahkan Arjuna dan para Pandawa lainnya.

Setelah Wisanggeni menceritakan kejadian yang sebenarnya, Arjuna pun berangkat menuju Kerajaan Tunggulmalaya, tempat tinggal Dewasrani. Melalui pertempuran seru, ia berhasil merebut Dresanala kembali.

Kekuatan Over Power Wisanggeni

Wisanggeni

Dalam penampilannya, Wisanggeni digambarkan sebagai pemuda yang terkesan angkuh. Namun hatinya baik dan suka menolong. Pepatah yang bilang, “jangan lihat buku hanya dari sampulnya saja” sangatlah tepat jika diterapkan pada Wisanggeni.

Selama hidup, Wisanggeni banyak menghabiskan waktu di di kayangan bersama Sang Hyang Wenang. Wisanggeni sangat hormat kepada Sang Hyang Wenang. Dirinya tidak pernah Kromo Alus kepada semua orang, kecuali pada Sang Hyang Wenang.

Kesaktian Wisanggeni dikisahkan melebihi putra-putra Pandawa lainnya, misalnya Antareja, Gatutkaca, ataupun Abimanyu. Dari sekian sepupunya, hanya Antasena lah yang memiliki kesaktian setara dengan dirinya. Namun bedanya, Antasena bersifat polos dan lugu, sedangkan Wisanggeni cerdik dan penuh akal.

Siapun yang terkena ludah dari Wisanggeni maka dalam waktu singkat akan segera musnah. Semua karakter bisa dikalahkan dan ditaklukan oleh Wisanggeni. Bahkan, ada yang menyebutkan hanya Semarlah karakter dalam Pewayangan Jawa yang tidak bisa dikalahkan.

Kematian Wisanggeni

Sosok Wisanggeni/Foto: @pujangkoro (Instagram)

Menjelang meletusnya perang Baratayuda, Wisanggeni dan Antasena naik ke Kahyangan Alang-alang Kumitir meminta restu kepada Sanghyang Wenang sebelum mereka bergabung di pihak Pandawa. Akan tetapi, Sanghyang Wenang telah meramalkan, pihak Pandawa justru akan mengalami kekalahan apabila Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur.

Kesaktian Wisanggeni yang tiada tandingnya menyebabkan ia tidak dikehendaki dalam perang Bharatayudha, karena semua tahu bahwa pihak pandawa pasti akan menang dan tidak ada korban jiwa dari pihak pandawa, sedangkan pihak kurawa pasti akan kalah.

Disatu sisi itu adalah trik Sang Hyang Menang agar Wisanggeni tidak ikut dalam perang Bharatayuda. Karena jika Wisanggeni ikut perang tidak ada lawan dari pihak Kurawa yang sebanding.

Perang Bharatayuda merupakan perang suci, kedua belah pihak yang sedang bertempur harus memiliki kekuatan yang seimbang. Sehingga jika Wisanggeni dan Antasena ikut bertempur pihak Pandawa akan memiliki kekuatan yang sangat besar, jauh dari pihak Kurawa.

Setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya Wisanggeni dan Antasena memutuskan untuk tidak kembali ke perkemahan Pandawa. Keduanya rela menjadi tumbal demi kemenangan para Pandawa. Mereka pun mengheningkan cipta. Beberapa waktu kemudian keduanya pun mencapai moksa, musnah bersama jasad mereka.

Teladan dari Tokoh Wisanggeni

Pahatan wayang Wisanggeni/Foto: @wayang.hadisukirno (Instagram)

Banyak teladan yang bisa diambil dari sifat dan karakter Wisanggeni. Wisanggeni digambarkan sebagai anak muda yang punya keberanian dalam membela keadilan. Hal itu terwujud ketika Wisanggeni berani menantang Batara Guru yang telah melakukan perbuatan tidak adil.

Padahal Batara Guru terkenal sebagai dewanya para dewa. Sebagai dewa yang dijunjung tinggi. Meski begitu, Wisanggeni tetap berani menentangnya karena memang Batara Guru salah.

Selain itu, Wisanggeni menggambarkan anak muda yang inovatif. Memiliki semangat dalam menjalani hidup. Perjuangan dan penderitaan hidupnya yang dimulai sejak kandungan, dipaksa mati oleh kakeknya, membuat Wisanggeni menjadi sosok yang kuat dan tangguh.

Demikian ulasan tentang Wisanggeni yang dapat Kabar Trenggalek bagikan. Semoga dapat menginspirasi dan bermanfaat.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *