KBRT – Distributor pisang di Watulimo saat ini mengalami penurunan jumlah barang. Sejak pandemi COVID-19, produksi pisang di Watulimo mengalami penurunan yang signifikan. Sulitnya mendapatkan pupuk pada saat pandemi membuat para petani pisang kehilangan semangat untuk menanam di kebunnya.
“Saat ini pisang cukup sulit didapat. Sekarang, rata-rata dalam sehari kami hanya bisa jual beli sekitar 2-3 kwintal saja. Dulu, sebelum COVID-19, bisa sampai 3 ton sehari,” ujar Aris Yuniawan (37), pengepul pisang asal Watulimo.
Di lapaknya yang terletak di sekitar Jalur Lintas Selatan (JLS) Pantai Klatak, Aris biasa menerima pisang langsung dari petani untuk dikirim ke berbagai kota di Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Konsumennya berasal dari kalangan pabrik, outlet, hingga pedagang besar di pasar. Ia juga mengungkapkan bahwa harga pisang saat ini tidak stabil.
“Harga pisang saat ini tidak stabil, Mas. Dulu, saat bulan puasa, harganya bisa mencapai Rp8 ribu per kilogram. Sekarang, hanya sekitar Rp5 ribu per kilogram. Permintaan juga tidak seramai dulu. Kemungkinan, pabrik-pabrik menyetok dalam jumlah besar ketika harga murah. Meski pisang di Watulimo langka, pasokan dari kota lain masih banyak,” terangnya.
Aris menambahkan bahwa efek pandemi COVID-19 masih terasa hingga sekarang. Sebelum pandemi, stok pisang di lapaknya melimpah. Namun, sejak pandemi, banyak petani enggan menanam pisang dan beralih ke tanaman lain karena kelangkaan pupuk.
“Mulai sepi sejak COVID-19, karena saat itu pupuk sulit didapat, jadi orang enggan menanam pisang. Kalau tidak ada pupuk, pertumbuhan pisang juga terhambat. Di sini, kami melayani semua jenis pisang, seperti pisang byar, pisang kepok, pisang morlin, pisang raja, dan pisang ambon,” pungkasnya.
Kabar Trenggalek - Ekonomi
Editor:Zamz