KBRT – Seorang santri berusia 13 tahun dari salah satu pondok pesantren di Kabupaten Trenggalek meninggal dunia setelah menjalani perawatan medis di RSUD dr Soedomo. Santri tersebut sebelumnya datang ke rumah sakit dalam kondisi kesehatan yang memprihatinkan.
Dari informasi yang dihimpun, santri dengan inisial Z berangkat ke rumah sakit dari pondok pesantren tempatnya menimba ilmu.
Hingga kini, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Trenggalek, Mohammad Nur Ibadi, memberikan keterangan singkat soal peristiwa itu, "akan kami konsolidasikan."
Meninggalnya santri itu sempat dikaitkan dengan isu kekerasan. Namun, pihak RSUD dr Soedomo membantah telak kabar tersebut berdasarkan rekam medis pasien.
“Kami menerima pasien atas nama Z (13) tanggal 1 September 2025. Dari anamnesa yang kami lakukan, panas 3 hari dan datang dengan kondisi sesak,” jelas Humas RSUD dr Soedomo, Sujiono, Senin (08/09/2025).
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan jumlah eksositosis lebih dari 72.000. Selain itu, pemeriksaan fisik menemukan perut pasien dalam kondisi keras. Pasien ditangani langsung oleh dua dokter spesialis anak dan seorang dokter spesialis bedah.
“Setelah dilakukan tindakan berupa operasi dalam rangka penyelamatan, pada tanggal 3 September 2025 pasien meninggal di rumah sakit,” kata Sujiono.
Ia menambahkan, keluarga pasien tidak menyampaikan adanya riwayat sakit sebelumnya, hanya panas tiga hari. Dari hasil pemeriksaan darah, kondisi sakit yang diderita Z sudah berkelanjutan.
“Setelah tanggal 3 pasien meninggal, kami melakukan pemeriksaan jenazah. Tidak ada kecurigaan atau tanda-tanda kekerasan, murni meninggal karena sakit. Saat operasi juga ditemukan infeksi usus,” tegas Sujiono.
Sementara, Ketua GMNI Trenggalek Moch. Shodiq Fauzi turut prihatin terkait insiden yang terjadi di Pondok Pesantren itu.
"Kami melihat ada abai dalam pengawasan santri, bahkan kami menduga Kemenag Trenggalek belum mengambil Langkah soal fasilitasi Kesehatan untuk santri," ujarnya.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Lek Zuhri