Review Serial "Gadis Kretek" di Netflix, oleh: Yayum Kumai*
ADVERTISEMENT
Daftar Isi [Show]
ADVERTISEMENT
Gadis Kretek dan Saus Rokok
Dasiyah yang diperankan Dian Sastrowardoyo bukan perempuan biasa. “Tidak biasa” dalam makna pemikirannya maupun modal sosial dan ekonomi keluarganya. Ia lahir dari seorang pengusaha kretek Idroes Moeria. Hasil produksi dari pabriknya termasuk golongan kelas wahid dan menarik hati banyak konsumen. Tugas mandor dan pembukuan bisnis dikerjakan oleh Dasiyah. Bahkan, pengambilan-pengambilan keputusan terkait bahan baku produksi juga turut dipengaruhi oleh suara Dasiyah. Dalam konteks pemikiran, Dasiyah bukan gadis biasa. Ia mencintai tembakau, cengkeh, dan segenap prosesi menumbuk, mencincang, hingga melinting rokok kretek. Kecintaannya terpupuk dari kecil lewat kesehariannya menghirup aroma tembakau kering. Bagi Dasiyah pekerjaan meracik kretek adalah proses mencipta seni yang mesti dikelola secara presisi, teratur, dan kedalaman rasa terhadap perangkat dan bahan. Meskipun begitu mencintai kretek, semua kegiatannya itu hanya bisa dipraktikkannya di rumah. Pekerjaan membuat saus dalam produksi kretek bukanlah ranah perempuan. Proses membuat saus rokok yang sarat dengan kelihaian teknis dan ilmu pengetahuan membuatnya disakralkan hanya menjadi tugas laki-laki, sedangkan peran perempuan terbatas pada kegiatan melinting. Begitulah narasi tentang kebebasan Gadis Kretek dibangun. Konsep kebebasan bagi Gadis Kretek bukanlah cita-cita abstrak yang besar dan penuh heroisme. Penulisnya paham betul bahwa “kebebasan” bagi perempuan sangat lekat terikat dengan konteks waktu, budaya tempatan, dan strata sosial. Bagi Dasiyah yang seorang anak penguasaha Jawa pada tahun 1960-an, makna kebebasan baginya adalah membuat saus rokok. Sedikit lebih luas lagi adalah berperan dalam proses penciptaan produk bisnis baru yang hanya bisa dimiliki laki-laki. Apa yang diidam-idamkan Dasiyah bukanlah menjadi pahlawan gerakan buruh di pabrik kretek ayahnya. Hasratnya ditujukan pada capaian untuk bisa masuk ke dalam satu ruangan “terlarang” berpintu biru yaitu, ruangan khusus pembuat saus rokok. Pintu berwarna biru tersebut merupakan simbol penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan.Imaji Rokok dan Perempuan
Gadis Kretek sangat cerdas dalam menyajikan imaji perempuan sebagai tokoh sentral dalam arena pembuatan rokok. Bagi khalayak yang belum menonton mungkin akan sedikit bergidik dulu ketika mendengar judul serial atau novelnya. Konstruksi rokok dan kaitannya terhadap “perempuan nakal” ditepis dengan telak oleh Gadis Kretek.Alih-alih terbawa pada stigma negatif, scene-scene yang menampilkan cara Dasirah menghisap rokok justru membawa kita pada satu pendalaman rasa. Bak juru masak yang tengah mencicipi hasil racikannya. Gambaran para pekerja perempuan di pabriknya pun ditampilkan sebagai sosok-sosok jenaka yang penuh dengan gelak tawa. Soal ini tentu bisa menjadi kritik khusus, yakni cara penceriteraan yang terlalu “istana-sentris”. Maksudnya, narasi cerita berfokus pada tokoh terpandang pemilik kuasa yang baik hati karena tidak ada buruh yang terlihat kesusahan.Terlepas dari hal itu, Gadis Kretek menarik untuk menjadi tontonan santai. Mengingat ceritanya tidak terlalu rumit dan perpindahan scene yang tidak terlalu cepat dan lembut. Cerita sederhana nan padat pesan juga menjadi kelebihan serial ini.Serial Gadis Kretek
- Genre: Drama
- Pembuat: Netflix
- Berdasarkan: Novel Gadis Kretek oleh Ratih Kumala
- Sutradara: Kamila Andini, Ifa Isfansyah
- Pemeran: Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, Putri Marino
- Negara asal: Indonesia
- Bahasa asli: Bahasa Indonesia
- Produser: Shanty Harmayn
- Pengaturan kamera: Multi-kamera
- Rumah produksi: BASE Entertainment, Fourcolours Films
- Jaringan asli: Netflix
- Rilis asli: 2 November 2023
Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.
Kabar Trenggalek - Opini















