KBRT - Potong bambu tak bisa sembarangan. Hal itu diungkapkan oleh Yakub, seorang perajin sekaligus pedagang kerajinan bambu yang berjualan di Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Ia mengatakan bahwa bambu-bambu yang dijualnya sebagian besar berasal dari Kecamatan Dongko dan Karangan.
Menurut Yakub, para perajin bambu tidak serta-merta memotong bambu kapan saja. Ada waktu-waktu tertentu yang dianggap baik untuk menebang bambu, demi menjaga kualitas bahan baku kerajinan.
“Masa bambu itu nunggu musim yang baik. Pengrajin motongnya nunggu bulan yang bagus supaya kualitas bambunya itu bagus,” ujar Yakub, Rabu (11/6/2025).
Ia menjelaskan, kadar air dalam bambu pada waktu-waktu tertentu cenderung tinggi. Kondisi ini membuat bambu mengandung gula yang mudah mengundang hama.
“Kalau dipotong pada waktu kadar air tinggi, nanti gampang digerogoti hama. Jadi kurang awet kalau dibuat kerajinan,” tambahnya.
Selain kadar air, kemunculan tunas baru pada batang bambu juga menjadi pertimbangan. Jika bambu sedang bertunas, kekuatannya akan berkurang dan hasil kerajinan menjadi kurang maksimal.
Yakub dikenal telah berjualan aneka kerajinan bambu sejak tahun 1985. Produk yang dijual meliputi lincak, kere, sesek, hingga kandang ayam dan kandang burung.
“Saya di sini menjual beraneka macam kerajinan bambu, seperti kere, sesek, lincak bambu, dan kandang ayam dan burung,” jelas Yakub.
Dalam satu kali belanja bahan, Yakub bisa menghabiskan sekitar Rp4 juta untuk satu truk penuh bambu. Menurutnya, harga bambu saat ini relatif stabil.
Yakub menambahkan, penjualan kerajinan bambu bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Selain menjual secara eceran, ia juga melayani pembelian grosir.
Tidak hanya mengandalkan pasokan dari pengrajin, Yakub juga memproduksi sendiri beberapa kerajinan, seperti lincak bambu berukuran sedang.
“Kalau lincak bambu saya buat sendiri, biasa memakan waktu dua hari kalau buat lincak,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz