KBRT – Mukatno, pria asal Kecamatan Watulimo, Trenggalek, menjalani profesi sebagai tukang rosok yang setiap hari berkeliling desa demi mencari barang bekas rumah tangga. Mengendarai sepeda motor, ia menempuh rute dari satu desa ke desa lainnya di Kecamatan Watulimo.
Dalam sehari, Mukatno bisa mengumpulkan sekitar tiga kuintal barang bekas berbagai jenis.
“Sehari bisa dapat sekitar 3 kuintal rosok berbagai jenis,” ujar Mukatno.
Jenis barang bekas yang biasa dikumpulkan di antaranya plastik, besi, dan kertas. Namun, ia juga kerap menemukan tembaga dari kabel-kabel bekas, yang memiliki nilai jual tinggi. Kadang, Mukatno bahkan mendapatkan barang seperti parabola dan sepeda motor bekas.
“Yang paling untung itu rosok jenis tembaga dari kabel-kabel. Itu saya kumpulkan, saya bakar, harus proses. Harga sekilo Rp90 ribu, padahal belinya hanya Rp2 ribu,” jelasnya.
Namun, Mukatno mengaku harga barang bekas cenderung tidak stabil. Kenaikan harga biasanya hanya berkisar Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram.
Fluktuasi harga ini berdampak langsung pada keuntungan yang ia peroleh. Bahkan, ia pernah merugi karena harga yang jatuh secara tiba-tiba. Persaingan sesama pengepul juga membuat pasar barang bekas semakin ketat.
“Saat ini para pedagang itu bersaing, banyak pedagang rosok itu harganya bersaing, jadi itu yang menyebabkan harga minim,” terangnya.
Ia menyebut, saat ini jumlah pengepul barang bekas keliling di Kecamatan Watulimo mencapai sekitar 20 orang. Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan awal ia memulai usaha pada 2018, yang saat itu hanya lima pengepul.
Tak hanya bersaing secara lokal, Mukatno juga menghadapi tantangan dari barang bekas impor yang masuk ke Indonesia. Menurutnya, keberadaan barang-barang bekas asal luar negeri berdampak negatif pada pasar lokal, terutama besi bekas dengan kualitas tinggi yang lebih menarik pembeli.
“Harapan semoga tidak ada rosok dari luar negeri yang masuk. Rosok luar negeri itu bagus-bagus, seperti potongan-potongan besi dari luar negeri itu, dan itu tentu merusak pasaran lokal,” ujarnya.
Di tempat penyortirannya, Mukatno memilah barang bekas menjadi enam kategori: gelas plastik minuman, botol, kaleng, besi, kardus, dan kertas. Barang-barang tersebut dikirim setiap dua hari sekali ke pengepul besar di wilayah Bandung, Kabupaten Tulungagung.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz