KBRT – Kabupaten Trenggalek akan merayakan hari jadi ke-831 pada Minggu, 31 Agustus 2025. Meski usianya telah menembus delapan abad, asal-usul dan makna nama Trenggalek masih menjadi teka-teki sejarah yang belum terpecahkan.
Ketua Pemerhati Sejarah Trenggalek (PESAT), Harmaji, menjelaskan bahwa penyebutan nama Trenggalek pernah muncul dalam naskah klasik Jawa, Serat Centhini. Dalam kitab tersebut, tercatat sejumlah toponimi yang dikaitkan dengan perjalanan tokoh Syekh Among Rogo.
“Dalam Serat Centhini memang disebutkan beberapa toponomi yang berhubungan dengan Trenggalek. Misalnya ada kata-kata Trenggalek Wulan, lalu ada juga penyebutan beberapa desa, seperti Tegaren, Gunung Bayang Kaki, dan lainnya,” kata Harmaji.
Namun, Harmaji menegaskan bahwa Serat Centhini belum bisa dijadikan rujukan sejarah primer. Karena, karya tersebut lebih dipandang sebagai sastra Jawa ketimbang dokumen historis.
“Kalau dari sisi historisitas, kami belum bisa mempertanggungjawabkan bahwa Serat Centhini adalah rujukan ilmiah terkait asal-usul Trenggalek. Apalagi naskah itu lebih dekat pada karya sastra, bisa fiksi atau semi-fiksi,” jelasnya.
Sebagai perbandingan, Harmaji menyebut Negarakertagama karya Mpu Prapanca. Kitab itu dinilai lebih valid karena ditulis pada masa pemerintahan yang berlangsung saat itu sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara historis.
“Kalau Negarakertagama jelas bisa dipertanggungjawabkan secara historis karena ditulis pada zamannya. Sedangkan Serat Centhini belum bisa diposisikan seperti itu,” tambahnya.
Dengan kondisi tersebut, arti harfiah dan latar belakang penamaan Trenggalek masih belum bisa dipastikan secara ilmiah. Harmaji menekankan, kajian sejarah perlu terus dilakukan agar identitas serta akar historis daerah bisa dipahami lebih utuh.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Lek Zuhri