Perubahan Iklim Perparah Bencana, Bupati Trenggalek Wajibkan Warga Tanam 1 Pohon Setiap Tahun
Kabar Trenggalek - Mochamad Nur Arifin, Bupati Trenggalek Wajibkan warga tanam 1 pohon setiap tahunnya. Aturan itu diberlakukan untuk menghadapi perubahan iklim yang memperparah bencana di Kabupaten Trenggalek, Kamis (24/11/2022).Arifin menyampaikan hal itu ketika mengikuti kegiatan Menanam Bambu di areal Pemandian Tapan, Desa/ Kecamatan Karangan, Trenggalek. Menurut Arifin, jika masyarakat baik dengan alam, maka alam akan baik dengan masyarakat. Ia ingin mengingatkan kembali kesadaran masyarakat untuk selalu bisa menjaga kelestarian alam.Bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi di Kabupaten Trenggalek hingga hari ini, menjadi pengingat pentingnya menjaga alam. Menurut Arifin, dulu tidak ada curah hujan hingga 200-300 ml per detik."Se ekstrem-ekstremnya cuaca curah hujan 150 ml per detik. Itupun di tahun 90-an mengakibatkan banjir bandang yang cukup hebat. Padahal saat itu kondisi alam masih cukup terjaga," jelas Arifin.Sedangkan saat ini, hutan mulai ada pergeseran dan tanaman hutan bercampur dengan tanaman pangan. Sehingga, tidak bisa dibayangkan dalam cuaca ekstrem yang dialami beberapa waktu kemarin, ketika hujan mencapai 200 hingga 300 ml per detik. Banjir bandang tidak bisa terelakkan.Baca: Darurat Bencana Iklim Jawa Timur, dari Trenggalek hingga BanyuwangiArifin menjelaskan, setiap aktivitas manusia menghasilkan gas buang (emisi karbon). Mulai dari asap kendaraan, memasak dan aktivitas lainnya dan ini diyakini menjadi salah satu penyebab perubahan iklim tersebut.Dalam upaya menghadapi perubahan iklim, Arifin telah mengeluarkan peraturan dimana setiap warga masyarakatnya diwajibkan menanam 1 pohon setiap tahun sebagai kompensasi terhadap emisi karbon yang dihasilkan.Semakin besar emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan, maka semakin banyak kompensasi pohon yang harus ditanam. Arifin mengaku, kewajiban dirinya yaitu menanam 50 pohon dalam setahun."Bambu ini dikenal sebagai emas hijau, kenapa disebut emas hijau, karena bambu bisa mengurangi biaya kerusakan lingkungan yang semakin kritis," ucap Arifin.Arifin mengajak masyarakat menanam bambu untuk menjaga Trenggalek. Perlu dipastikan, di lereng-lereng yang permukaannya gampang longsor itu diperkuat dengan bambu dan nanti bisa diselingi dengan vertiver tanaman yang punya rumpun banyak, akar kuat, dan panjang.Baca:Tanah Longsor di Tugu Trenggalek Timpa Rumah Warga dan Tutup Jalan Penghubung Desa"Ini penting karena kalau kita lihat dari kasus banjir yang ada di Trenggalek, banjir tidak hanya air namun juga di ikuti sedimen. Berarti ada permukaan yang larut menjadi sedimen. Inilah yang perlu kita kurangi. Selain itu bambu juga terkenal menyimpan airnya cukup banyak. Di setiap ruas kalau kita potong didalamnya bisa ada airnya," jelas Arifin.Bagi Arifin, yang paling penting, dari sisi ekonomi mulai sandang, pangan, papan, kerajinan itu semua bisa di buat dari bambu. Ada terminologi serat bambu bisa digunakan untuk tekstil dan lain sebagainya. Pakaian dengan serat bambu dianggap lebih menyehatkan karena lebih menyerap keringat."Pangan, olahan rebung mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Kemudian untuk konstruksi, bahan baku pembuatan rumah. Di dunia kontruksi bambu ini sudah sangat berkembang. Bambu bisa dijadikan balok balok kayu, sehingga ketika mau dibuat mebel lebih mudah dan presisi," terang Arifin.Bahkan, lanjut Arifin, konstruksi jalan yang nilainya triliunan, jalan tol di kawasan yang khususnya tonase berat, pondasinya juga menggunakan trucuk bambu. Karena bambu ini terkenal lentur.Baca: Tembok Rumah Warga Bendungan Trenggalek Jebol Akibat Tanah Longsor"Kita kemarin berdiskusi dengan beberapa OPD salah satunya PUPR, karena kita sedang pemulihan pasca bencana banjir dan kita memutuskan untuk pemulihan tebing-tebing yang rawan dengan bambu. Karena bambu teksturnya yang lentur diyakini bisa melawan benturan air, sedangkan beton bisa hancur, bisa luluh," terangnya.Arifin memberikan catatan agar cara panen bambu nantinya dilakukan dengan cara yang benar. Kalau diambil rebungnya maka tidak diambil habis semuanya. Bisa sekitar 20-30% agar rumpunnya tetap bisa tumbuh, tidak habis dalam satu waktu saja."Bahkan ketika memanen bambu yang besar, juga jangan langsung ditebas semuanya. Lakukan yang sama, satu rumpun ini ambil 20% saja, kemudian ambil rumpun yang lain. Sehingga bambu ini tetap lestari dan ekonominya tetap didapat," ucapnya."Dengan lestari maka kita akan terjaga dari bencana. Baik bencana kurang air maupun banjir dan yang lainnya. Saya telah mengeluarkan peraturan setiap warga Trenggalek satu tahun minimal menam 1 tanaman kayu seperti bambu. Karena setiap kita beraktivitas ini mengeluarkan polusi dan polusi ini yang menyebabkan perubahan iklim," tambahnya.
Kabar Trenggalek Hadir di WhatsApp Channel Follow