Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Peneliti ITS Surabaya Kritik Kurangnya Mitigasi di Wisata Pantai Trenggalek yang Timbulkan Korban

Kabar Trenggalek - Kasus meninggalnya wisatawan di Pantai Konang, Kecamatan Panggul, Kabupaten Trenggalek, pada Rabu (11/05/2022) menuai respons dari berbagai pihak, Senin, (16/05/2022).Salah satunya Ir. Wahyudi Citrosiswoyo, Peneliti Puslit Mitigasi Bencana dan Perubahan Iklim, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Wahyudi mengatakan, meninggalnya wisatawan itu karena kurangnya mitigasi di wisata pantai Trenggalek.Ada dugaan bahwa Arus Rip (Rip Current) menjadi penyebab dari kasus meninggalnya wisatawan di Pantai Konang Trenggalek. Diduga, Arus Rip itu yang mengakibatkan wisatawan terseret ombak ke laut, hingga tenggelam.Sebelumnya, sempat viral video warga tenggelam di Pantai Konang Trenggalek. Dalam video itu, terlihat dua orang sedang minta tolong karena terseret arus ombak. Wahyudi mengatakan, ia belum bisa memastikan apakah korban terseret Arus Rip atau bukan."Saya tidak bisa memastikan apakah korban terseret Arus Rip. Karena video tidak menunjukkan sejak awal bagaimana korban sampai ke posisi yang ada di rekaman," ujar Wahyudi menanggapi video yang sempat viral itu.Meski demikian, Wahyudi menyoroti adanya kemungkinan bahwa semua pihak yang berkaitan dengan wisata itu belum paham tentang bahaya Arus Rip."Sangat mungkin semua stake holder [unsur pemerintah, swasta/pengelola wisata, wisatawan, dan masyarakat pesisir/pantai], belum paham tentang arus rip. Mungkin hanya tim SAR yang sudah paham," ujar Wahyudi saat dikonfirmasi Kabar Trenggalek.Oleh karena itu, Wahyudi memberi saran kepada Pemerintah Kabupaten Trenggalek maupun pengelola wisata supaya melakukan upaya edukasi bahaya Arus Rip. Apalagi, Pantai Trenggalek termasuk wilayah Pantai Selatan."Hal yang mendesak adalah edukasi tentang seluk beluk Arus Rip kepada seluruh stake holder/pemangku kepentingan," ucap Dosen Oseanografi-Proses Pantai di Departemen Teknik Kelautan ITS Surabaya itu.Menurut Wahyudi, Arus Rip sangat berbahaya, karena bisa mengakibatkan kematian. Wahyudi menegaskan, di perairan pantai, tidak ada arus yang sekuat dan berpotensi mematikan kecuali Arus Rip.Dalam opininya di Majalah Tangguh Edisi 5 Tahun 2022, Wahyudi menulis "Ancaman Arus Rip: Mitos Laut Selatan Vs Mitigasi". Wahyudi menjelaskan, Arus Rip berawal dari gelombang yang menjalar, mendekati, dan tegak lurus pantai akan pecah sebelum mencapai garis pantai.Setelah pecah, lanjut Wahyudi, ada transpor masa air ke arah pantai dan membentuk aliran sejajar pantai. Bila ada dua aliran sejajar pantai sejajar yang berlawanan arah, maka kedua aliran ini akan membelok ke arah laut membentuk Arus Rip."Arus Rip hanya terjadi di perairan pantai laut dengan karakteristik gelombang datang tinggi. Salah satunya di sepanjang pantai laut selatan. Semakin besar tinggi gelombang pecah terjadi, semakin kencang pula Arus Rip yang terbangkitkan," tulis Wahyudi.Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Trenggalek serta pengelola wisata Pantai Trenggalek harus melakukan berbagai langkah untuk mitigasi.Menurut Wahyudi, langkah-langkah mitigasi yang harus dilakukan yaitu:
  1. Memberikan pelatihan, pengetahuan, atau bimbingan teknis kepada semua pihak tentang seluk beluk Arus Rip.
  2. dentifikasi lokasi potensial terjadinya Arus Rip.
  3. Memasang rambu petunjuk keberadaan Arus Rip, larangan mandi atau hanya pengunjung yang mahir berenang yang diperbolehkan, dan peringatan kewaspadaan.
  4. Memasang SOP (Standar Operasi Prosedur) cara menyelamatkan diri.
"Yang tak kalah penting adalah kedisiplinan pengunjung untuk taat terhadap petunjuk, aturan dan SOP. Semoga segera mendapat perhatian dan diambil langkah konkret mencegah kematian sia-sia generasi muda di pantai," tandas Wahyudi.