Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

30.000 m² Terumbu Karang di Trenggalek Rusak, Rehabilitasi Dilakukan Lewat Bioriftek Cinta

  • 27 Jun 2025 16:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Trenggalek mencatat, sekitar 30.000 meter persegi terumbu karang di perairan setempat mengalami kerusakan. Untuk memulihkan kondisi tersebut, sejak 2024 dilakukan penanaman terumbu karang buatan yang diberi nama Bioriftek Cinta.

    Romi Dwi Nanda, selaku inovator program Bioriftek Cinta, menjelaskan bahwa hingga kini program tersebut telah mengembalikan sekitar 25 persen dari total kerusakan terumbu karang di Trenggalek.

    “Luas terumbu karang yang rusak ada 30.000 meter persegi, sekarang posisi baru 25 persen yang dikembalikan, maka perlu banyak Bioriftek lagi,” kata Romi.

    Bioriftek Cinta: Terumbu Karang Buatan Berbentuk Love

    Romi menjelaskan, Bioriftek Cinta adalah terumbu karang buatan yang dibuat dari semen dan dibentuk menyerupai simbol love atau hati. Bentuk tersebut dipilih sebagai lambang cinta terhadap laut dan kepedulian terhadap ekosistem bawah laut. Di atas semen berbentuk hati itu juga diberi tempurung kelapa sebagai media tumbuh karang.

    “Bioriftek cinta itu terumbu karang buatan yang dibuat dari semen yang dibentuk love sebagai lambang cinta,” ungkap Romi.

    Penanaman Bioriftek Cinta dilakukan secara bertahap. Pada kegiatan Mutiara Underwater Festival and Conservation (Muf On) 2025, sebanyak 200 unit Bioriftek Cinta ditanam di Taman Laut Karang Tresno, Pantai Mutiara, Kecamatan Watulimo. Jumlah ini menambah total sekitar 800 unit yang sudah lebih dahulu ditanam sejak tahun 2023.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Tercetus dari Keluhan Nelayan

    Menurut Romi, ide awal pembuatan Bioriftek Cinta berangkat dari keluhan para nelayan di Teluk Prigi yang mulai kesulitan menangkap ikan. Ia kemudian menduga kesulitan tersebut disebabkan oleh kerusakan terumbu karang sebagai habitat alami ikan.

    “Memang nelayan banyak yang mengeluh karena di teluk ini sudah susah cari ikan, berarti ada sesuatu yang berubah di teluk kita, jadi kita harus merehabilitasi terumbu karang sebagai rumah ikan, agar ikannya banyak di teluk ini,” ujarnya.

    Romi menyebut bahwa salah satu faktor kerusakan terumbu karang di sekitar Pantai Mutiara disebabkan oleh pencemaran lingkungan, pemanasan global, dan faktor-faktor lain yang menyebabkan karang patah.

    Ia menambahkan bahwa dalam kondisi normal, terumbu karang bisa tumbuh sekitar 3 cm per tahun, sehingga proses rehabilitasi memang butuh waktu dan kesinambungan.

    “Harapan semua masyarakat dapat peduli kalau ekosistem terumbu karang dapat dijaga agar dapat menikmati sumber daya lautnya,” tandasnya.

    Kabar Trenggalek - Lingkungan

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita