Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sudah Banyak yang Mencoba, Tes MBTI Akurat Apa Tidak, Sih? Ini Kata Ahli

Arena Parfum
Globalisasi makin jamak memunculkan sebuah popularitas baru, baik gaya hidup, merk gawai, dan fesyen di masyarakat. Bahkan, kini ada sebuah tes kepribadian bernama MBTI yang turut populer digunakan dan dipercayai hasilnya.Sayangnya, tes MBTI, meski mengarah pada psikologi yang sudah resmi sebagai rumpun ilmu penetahuan (sains), nasibnya sama dengan hal-hal populer lainnya. Masih sebatas “ramai” dan banyak orang yang memberi perhatian lebih. Sehingga kita perlu mempertanyakan tentang kebenaran tes MBTI akurat atau tidak.Berkaca dengan yang terjadi di Korea Selatan, banyak masyarakatnya yang percaya dengan hasil tes kepribadian ini. Bahkan, orang-orang menggunakan hasil tes MBTI untuk menjalin relasi, seperti persahabatan dan hubungan romantis.Tak hanya masyarakatnya saja, para artis di Korea Selatan pun begitu mengamini hasil tes kepribadian ini. Tercatat, seperti Mingyu Seventeen, Haechan NCT Dream, dan Lisa BlackPink mengumumkan tipe kepribadian yang didapat dari tes MBTI.Untuk menjelaskan fenomena populis ini, kita bisa menilik bagaimana situasi dan kondisi budaya masyarakat Korea Selatan. Melansir laman HaiBunda, budaya di Korea Selatan begitu kompetitif dengan tekanan tinggi.Bahkan, “standar” hidup mereka mengacu dengan yang ada di masyarakat luas. Contohnya, setiap orang berlomba-lomba mendapatkan pekerjaan bergengsi dengan posisi tinggi dan berkuliah di universitas ternama.Masyarakat yang kian hanyut dengan kondisi ini mulai tercerabut dari akar sejarahnya. Termasuk dengan sadar mengabaikan jati diri dan siapa mereka.Alhasil, di tengah “kekeringan” itu mereke menemukan sebuah tes MBTI. Yang secara mudah dan nyaman bisa mendefinisikan diri mereka, termasuk untuk mengevaluasi diri mereka.Bermodal hasil tes kepribadian MBTI, orang memahami siapa dirinya dan berperilaku berdasarkan kepribadian. Sekaligus tes MBTI ini sebagai jawaban atas kegagalan mereka dalam suatu hal, serta kecenderunga mereka dalam berperilaku.Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Tampaknya kondisi di Indonesia jauh lebih baik dengan yang ada di Korea Selatan. Sebab, budaya pada masyarakat Indonesia sama sekali berbeda dan lebih beragam denga di Korea Selatan.Tes MBTI di Indonesia jika diamati, popularitasnya sama seperti zodiak yang terlebih dahulu viral. Ada yang mempercayai hasil tes MBTI dan ada yang tidak. Cuma, yang berbeda dengan zodiak, tes MBTI ini lebih dipercaya karena terdapat pendekatan “psikologi” dan sains.Tak ayal, berdasar laporan Universitas Diponegoro (https://manunggal.undip.ac.id/memahami-fungsi-mbti-dari-perspektif-psikologi/), tes kepribadian ini juga dipakai beberapa organisasi sebagai salah satu syarat pendaftaran. Jadi, peserta diminta untuk melakukan tes MBTI dan menyerahkan hasilnya.

Apa Tes MBTI Itu?

MBTI adalah kepanjangan dari The Myers-Briggs Type Indicator. Yang menarik, mengutip laman Universitas Indonesia (https://itp.psikologi.ui.ac.id/2019/09/29/mbti/) tes kepribadian ini dirancang dan dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers bersama ibunya, Katherine Cook Briggs pada tahun 1940-an, yang didasarkan pada teori Carl Gustav Jung dalam bukunya yang berjudul Psychological Types (1921M).

4 Dikotomi Teori Kepribadian

[caption id="attachment_58001" align=alignnone width=1280] Ilustrasi. Kepribadian manusia yang unik dan penuh misteri/Foto: Canva[/caption]Dalam teorinya, Jung membagi fungsi psikologis manusia berdasarkan 4 kategori dikotomi, yaitu: extroversion (e) dan introvertion (i), sensing (s) dan intuition (n), felling (f) dan thinking (t), serta judging (j) dan perceiving (p). Adapun untuk penjabarannya sebagai berikut:

1. Extrovertion (E) vs Introvertion (I)

Individu yang memiliki sifat ekstrovert yang dominan akan cenderung lebih fokus pada dunia luar daripada apa yang ada di dalam pikirannya, sedangkan individu yang introvert akan sebaliknya, yaitu lebih fokus terhadap dunia internalnya melalui fantasi, keinginan, atau persepsi individual.

2. Sensing (S) vs Intuition (N)

Melihat dari respon individu saat menerima informasi, apakah ia akan menerima informasi tersebut bulat-bulat? Maka ia tergolong individu yang sensing, atau mencoba untuk menambahkan ‘bumbu-bumbu’ ide lain ke dalam informasi tersebut? jika iya, individu tersebut merupakan orang yang intuitive.

3. Feeling (F) vs Thinking (T)

Pada saat individu melakukan penentuan keputusan, seseorang yang menentukan keputusan secara subjektif, atau berdasarkan emosi dan perasaan merupakan tipe feeling, sedangkan individu yang menggunakan landasan yang rasional merupakan tipe thinking

4. Judging (J) vs Perceiving (P)

Digagas oleh Briggs and Myers untuk mengindikasikan kecenderungan rasional atau tidaknya penilaian individu ketika berinteraksi dengan lingkungan. Individu yang tergolong judging akan lebih terstruktur dan sistematis, sedangkan individu yang perceiving cenderung melakukan sesuatu secara spontan dan fleksibel.Tes MBTI menghasilkan 16 tipe kepribadian berdasarkan kombinasi dari keempat dikotomi dimensi tersebut. Tes MBTI biasanya dalam bentuk survey yang mudah diakses masyarakat tanpa datang ke psikolog langsung.

Tes MBTI Akurat atau Tidak?

[caption id="attachment_58002" align=alignnone width=1280] Ilustrasi. Tes MBTI yang populer digunakan masyarakat/Foto: Canva[/caption]Berdasar laporan John A. Johnson dalam laman Psichology Today, bersamaan kepopulerannya, tes MBTI ini juga mendapatkan berbagai kritikan berbagai pihak. Kebanyakan psikolog kepribadian mengkritik tes ini karena latar belakang pencetusnya.Perlu diketahui, Katharine dan Myers, tidak memiliki pelatihan formal di bidang psikometri atau penilaian psikologis. Briggs memperoleh gelar di bidang pertanian, Myers di bidang ilmu politik.Kemudian, para psikolog juga mempermasalahkan refrensi tes kepribadian ini. Bahwa MBTI didasarkan pada teori tipe psikoanalis Carl Jung. Jung tidak dihormati oleh banyak psikolog akademis, yang menganggapnya sebagai seorang mistikus tanpa gagasan yang memiliki relevansi ilmiah.Para ahli juga mengkritik pengelompokan kepribadian manusia dalam 16 tipe. Alasannya, perbedaan individu dalam kepribadian lebih baik dijelaskan oleh sifat-sifat yang berkelanjutan daripada kategori tipe yang terpisah. Dalam distribusi skor pada skala MBTI bersifat berkelanjutan, dengan sebagian besar skor berada di tingkat menengah dibandingkan menumpuk di tingkat rendah dan tinggi, seperti yang diperkirakan oleh teori tipe.Kritikus tes kepribadian ini juga menyatakan, bahwa tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa skor tes MBTI memprediksi hasil kehidupan yang signifikan seperti kinerja dan kepuasan kerja.Kendati demikian, John A. Johnson memberikan sanggahan atas kritikan terhadap tes MBTI. Menurutnya, meski Briggs dan Myers tidak mendapat pendidikan formal dalam penilaian psikologis, namun mereka sangat cerdas, berpendidikan perguruan tinggi, jeli, bijaksana, dan bersemangat dalam memahami kepribadian.Karena dalam sebuah penelitian lain yang dilakukan Ashton dan Goldberg menunjukkan, bahwa individu tanpa pendidikan psikologis formal pun dapat menciptakan skala kepribadian yang sama validnya dengan skala yang dikembangkan secara profesional.John A. Johnson juga membela Gustav Jung yang diklaim sebagai alkemis tak berdasar ilmiah. Sebab, Gustav Jung sendiri meragukan secara ilmiah tentang arketipe, alkimia, sinkronisitas, ketidaksadaran kolektif , paranormal, dan sebagainya tidak relevan dengan teorinya tentang tipe psikologis.Bahkan, teori tipe Jung memberi konsep introversi dan ekstraversi, yang sampai saat ini digunakan oleh psikolog kepribadian ilmiah modern. Meskipun sebagian besar psikolog kepribadian modern “takut” melakukan penelitian berdasarkan teori tipe Jung atau MBTI.Menariknya, Rae Carlson dan Ravenna Helson, adalah psikolog yang sangat dihormati dan telah mendapat penghargaan di bidang psikologis, berhasil menerbitkan penelitian empiris berdasarkan teori tipe Jung di jurnal terkemuka.Pembelaan John A. Johnson selanjutnya adalah teori tipe kepribadian merupakan subjek yang sangat kompleks yang tidak membahas bagaimana skor didistribusikan dan apakah orang termasuk dalam kategori yang berbeda.Ada beberapa teori tipe kepribadian yang sangat sukses dan didukung dengan baik saat ini, terutama teori enam tipe kepribadian-kejuruan John Holland, yang saat ini merupakan teori yang paling banyak digunakan dalam psikologi kejuruan. Bahkan psikolog sifat kadang-kadang memikirkan tipe orang ketika mereka menganggap orang-orang yang mendapat skor tinggi dalam skala ekstraversi sebagai "ekstravert".Selanjutnya, hal-hal psikologis yang diukur dengan MBTI tidak jauh berbeda dengan empat ciri dalam Model Lima Faktor (FFM) yang diterima secara luas, seperti yang ditunjukkan oleh McCrae dan Costa (1989). MBTI kurang mengacu pada dimensi neurotisme , yang terkadang disebut oleh para kritikus sebagai kegagalan MBTI dalam menilai sifat-sifat "buruk".Namun, penelitian lebih lanjut oleh Harvey, Murry, dan Markham (1995) menunjukkan bahwa item yang biasanya tidak diberi skor pada MBTI dapat diberi skor untuk menghasilkan ukuran neurotisme jika diinginkan. Mengingat terdapat banyak sekali penelitian yang menunjukkan dampak dari lima faktor kepribadian utama terhadap hasil kehidupan yang signifikan, dan skala MBTI serupa dengan faktor-faktor FFM, maka skor pada MBTI dapat memprediksi hasil kehidupan yang signifikan.

Ada perbedaan pendapat tentang validitas dan keandalan MBTI sebagai alat ukur kepribadian. Menurut Aqualus M Gordon Ph.D., seorang pakar dari Psychology Today, tes MBTI tidak kalah baik dari tes kepribadian lainnya. Ia menolak klaim bahwa tes MBTI tidak akurat dan tidak berdasar pada penelitian.

Namun, ada juga yang menganggap tes MBTI dengan lebih santai. Misalnya, Michael Ashton, seorang guru besar psikologi dari Brock University di Ontario, Kanada. Ia mengatakan bahwa banyak psikolog yang ahli di bidang kepribadian mengakui bahwa MBTI dapat mengukur beberapa aspek kepribadian dengan cukup baik. Tetapi, ia juga mengakui bahwa tes MBTI memiliki beberapa kelemahan.

Kelemahan Tes MBTI

  1. Kurang beralasan ilmiah. Ini adalah masalah utama dari MBTI. Tes ini dibuat sebelum psikologi menjadi ilmu yang berdasar pada data empiris.
  2. MBTI bersifat mutlak membagi orang menjadi dua kelompok yang berlawanan. Misalnya, ekstrovert atau introvert, dan judger atau feeler. Padahal, kebanyakan orang tidak bisa dimasukkan ke dalam salah satu kategori saja pada setiap dimensi kepribadian.
  3. Tidak memiliki dimensi kepribadian yang lengkap. MBTI hanya memiliki empat dimensi kepribadian. Padahal, para pakar sepakat bahwa ada setidaknya lima dimensi kepribadian.

Bukan Berarti Tidak Berguna

David Pincus, seorang guru besar psikologi dari Universitas Chapman di California, mengatakan bahwa psikolog lebih suka menggunakan alat lain. Alat atau tes lain itu disebut sebagai the big five yang mengevaluasi kepribadian berdasarkan posisi individu pada lima sifat berikut:

  1. Keramahan.
  2. Kesadaran.
  3. Ekstraversi.
  4. Keterbukaan terhadap pengalaman.
  5. Neurotisme sebagai istilah untuk orang yang mengalami gangguan emosi.

Model Lima Besar memiliki bukti validasi ilmiah yang lebih kuat daripada MBTI, kata para pakar. Namun, MBTI tidak sepenuhnya tidak berguna. Orang tertarik pada tes seperti MBTI karena ingin mengenal diri sendiri dan orang lain lebih baik.

Empat dimensi yang ada pada tes MBTI dapat membantu menggambarkan kepribadian orang. Bahkan jika hasil MBTI tidak sesuai dengan intuisi seseorang tentang dirinya, hasil tesnya tetap dapat memberikan wawasan.

Kesimpulan

Kesimpulannya, meski telah ada sejak beberapada dekade silam, tes MBTI ini tetap mendapatkan kritikan sekaligus "dukungan" dari berbagai pihak. Bijaknya, penggunaan MBTI ini sebagai sarana pengukuran kepribadian sebaiknya dilakukan dengan bantuan ahli dan tidak perlu berperilaku sebagaimana hasil tes.

Demikian artikel tentang akurasi tes MBTI ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca dan jika dirasa bermanfaa bisa membagikannya. Salam.

Kopi Jimat

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *

This site is protected by Honeypot.