Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Dillem Wilis Trenggalek, Bekas Perkebunan Kopi Belanda yang Kini Jadi Agrowisata

Wisata agro dengan suasana sejarah dapat dinikmati di Desa Dompyong, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek. Terletak di lereng Gunung Wilis, wisata ini menyajikan edukasi perkebunan dan peternakan. Di Agrowisata Dillem Wilis juga terdapat bangunan-bangunan lawas bekas pabrik kopi zaman Belanda.Senin siang, (04/09/2023), Dillem Wilis Trenggalek begitu sepi. Tak satupun pengunjung datang, hanya beberapa lalu-lalang warga yang membonceng rumput di jok belakangnya. Tak seperti Trenggalek yang umumnya panas, di atas ketinggian 800 Mdpl ini udara begitu terasa sejuk.Sepoi-sepoi angin dengan perengan bukit menjadi pemandangan yang mengantar pada sebuah gerbang bertuliskan "Agrowisata Dillem Wilis". Suasana Belanda sudah dirasakan sejak melangkah masuk gerbang itu.Sebuah gapura megah bergaya arsitektur Belanda menyambut siapa pun yang akan menjelajah lebih dalam isi perkebunan. Beberapa rumah bergaya arsitektur Belanda juga dapat ditemui di area Agrowisata Dillem Wilis."Itu dulu kan di sini perkebunan milik Belanda, swasta. Jadi waktu itu milik [orang] Belanda. Kemudian setelah merdeka, di sini dikuasai oleh Korem Madiun," ujar Arik Marsono, selaku Kepala Plt Pengelola Agrowisata Dillem Wilis.Agrowisata Dillem Wilis menempati 20 hektare dari total luas lahan 200 hektare di bekas perkebunan kopi milik perusahaan swasta Belanda. Tahun 1929, tanah Dillem Wilis merupakan tanah perkebunan yang dimiliki perusahaan swasta Belanda bernama Roos Tangler & Co.[caption id="attachment_42546" align=aligncenter width=1280] Gapura Agrowisata Dillem Wilis Trenggalek/Foto: Delta Nishfu (Kabar Trenggalek)[/caption]Nama Dillem juga diambil dari nama Van Dillem, salah satu orang Belanda pemilik perusahaan itu. Van Dillem sekaligus menjadi orang Belanda yang menjadi pelaksana tanam paksa di bawah Johannes Van Den Bosch."Dillem itu peninggalan dari nama Belanda. Van Dillem pemilik kebun. Dan nama pegunungan, Wilis," ceritanya soal asal mula nama Dillem Wilis.Berdasarkan catatan Misbahus Surur, seorang pengamat sejarah Trenggalek, Dillem Wilis memang dulunya adalah perkebunan swasta milik Belanda. Tak salah lagi jika perkebunan yang kini beralih sebagai wisata agropolitan itu memang menjadi saksi sejarah kelamnya tanam paksa di Trenggalek.Arik mengaku, Dillem Wilis sebelumnya sempat beberapa kali beralih pengelola pasca kemerdekaan. Mulai dari masa nasionalisasi aset-aset Belanda di Jawa Timur oleh militer atas nama Pemerintah Pusat tahun 1958.Sampai pada 2018, Dillem Wilis dikelola oleh UPT Taman Sains dan Teknologi Pertanian (TSTP) di bawah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertapan) Trenggalek sebagai agrowisata edukasi.Meski begitu, bangunan dan peralatan bekas pabrik kopi berteknologi Belanda masih dapat ditemui. Bangunan-bangunan kolonial Belanda masih berdiri tegak dari pintu masuk hingga area inti wisata.[caption id="attachment_42545" align=aligncenter width=1280] Kandang Koloni Sapi Perah di Agrowisata Dillem Wilis Trenggalek/Foto: Delta Nishfu (Kabar Trenggalek)[/caption]Sayangnya, di Agrowisata Dillem Wilis tak dilengkapi dengan edukasi catatan sejarah mengenai masa lalu tempat ini. Padahal, Dillem Wilis menjadi salah satu saksi sejarah tanam paksa yang mendatangkan penderitaan bagi rakyat Trenggalek di masa lalu.Selain edukasi perkebunan, Agrowisata Dillem Wilis juga menyuguhkan edukasi peternakan sapi perah. Hal itu terlihat dengan adanya kandang-kandang koloni sapi yang berjejer di sebelah timur bekas pabrik kopi. Arik mengatakan, pengolahan kopi dan susu memang menjadi wahana edukasi utama dari Agrowisata Dilem Wilis."Yang utama, di sini ada kegiatan dari pengolahan ternak dan kebun. Jadi yang kami kemas itu hasil dari ternak pengolahan susu. Di samping itu kami juga mengolah kopi yang ada peninggalan Belanda. Jadi ada 4 jenis robusta, arabica, excelsa, dan kasinir," paparnya.Sejauh ini, Agrowisata Dillem Wilis telah bekerjasama dengan beberapa kampus guna terus mengembangkan potensi wisata ini. Salah satunya adalah Universitas Negeri Malang (UM) yang sejak tahun 2021 telah membantu pengembangan wisata.Pengelola Agrowisata Dillem Wilis berusaha bekerja sama dengan para pengelola wisata di sekitar Kecamatan Bendungan. Mengingat, di kawasan Agrowisata Dillem Wilis memiliki potensi-potensi wisata alam seperti air terjun sebanyak enam titik.Meski begitu, dari aspek wisata, Arik mengatakan adanya beberapa kendala terkait pengembangan. Seperti halnya retribusi yang terkendala peraturan yang menyebabkan pengelolaan dari tempat ini belum bisa mengandalkan dari retribusi tiket masuk. Padahal jika bisa ditata sedemikian rupa, Agrowisata Dillem Wilis bisa berkembang dengan optimal."Kami terbentur dengan aturan. Masuk wisata sini kan masih bebas. Belum ada yang mengatur masalah retribusi," ujarnya siang itu.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan *