Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC to close

Sosok Legenda Panggul: Panji Nawangkung dan Mitos yang Menyertainya

Panggul, Trenggalek memiliki sejarah panjang tentang berdirinya kecamatan yang dulunya tidak masuk dalam wilayah pemerintahan Trenggalek. 

 

Kata ‘Panggul’ berasal dari bahasa Jawa panggonan sing unggul yang berarti tempat yang memiliki kelebihan.

  

Konon kisah Panggul ini dimulai dengan adanya pohon besar yang memiliki ‘pang’  atau ranting. Setiap kali dipotong, ranting justru tumbuh semakin lebat. Datanglah seorang lelaki bernama Panji Nawangkung, diduga merupakan seorang utusan dari Ponorogo, Kerajaan Wengker.  

 

Panji Nawangkung berperan penting dalam babat alas daerah yang kini menjadi Desa Panggul. Dikisahkan Panggul dulunya merupakan hutan gambut yang penuh dengan rawa-rawa, dan tidak ada niatan Panji Nawangkung untuk menetap lama di Panggul.

 

Panji Nawangkung bahkan mengunjungi Sawahan karena dianggap sebagai lahan subur yang cocok digunakan untuk melangsungkan kehidupan.  Dia melihat peluang adanya kelangsungan hidup di Desa Panggul dan menggarap sawah sepetak demi sepetak. 

 

Dari sanalah, dia mendapat sumber pangan, makmur, dan seiring berjalannya waktu menjadi pusat pemerintahan. Masyarakat hidup di daerah yang damai, pemerintahan pun dibentuk di Panggul dan dipimpin oleh Senopati dari Kerajaan Mataram, yaitu Raden Mas Ut bin Daud alias Onder Ponco Sudiro.  

 

Adanya perjanjian Gianti pada tahun 1755, Kerajaan Mataram telah terpecah menjadi dua, yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Pada saat itu Panggul dan Munjungan, merupakan wilayah kekuasaan Bupati Pacitan yang berada dibawah kekuasaan Kesultanan Yogyakarta.  

 

Kesunanan Surakarta tidak terima jika wilayah Panggul masuk dalam wilayah Kesultanan Yogyakarta. Wilayah Panggul masuk dalam kekuasaan Kesultanan Yogyakarta ini sendiri bukanlah tanpa alasan. Konon Panji Nawangkung memiliki seorang putri beranama Nitisari Gepoksari yang diperistri oleh Sultan Hamengkubuwono I, seorang keturunan kesultanan Yogyakarta.  

 

Bukti sejarah yang ada di Panggul atas kisah tersebut meliputi makam Panji Nawangkung yang berada di Dukuh Nggedong, Desa Panggul masih terawat dengan baik dan dilestarikan sebagai wisata religi. 

 

Mitos pun berkembang dan dipercayai oleh masyarakat sekitar yaitu jika ada pendatang yang ingin masuk ke daerah Nggedong terutama makam peninggalan Panji Nawangkung dengan niat jahat maka akan di sesatkan dan yang terlihat oleh mata mereka para pendatang baru hanyalah tanaman ilalang-ilalang yang tinggi menjuntai dan luas yang berdekatan dengan aliran sungai.

Editor:Danu S