Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel
ADVERTISEMENT

Puluhan Pengamen Serbu Pasar Pon Trenggalek, Pengunjung Merasa Tak Nyaman

  • 02 Aug 2025 08:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Suasana nongkrong malam di kawasan Pasar Pon Trenggalek belakangan mulai dikeluhkan sejumlah pengunjung dan pedagang. Hal ini disebabkan oleh maraknya pengamen dan pengemis yang silih berganti menghampiri setiap meja angkringan dan kursi pengunjung.

    Marselo, salah satu pengunjung Pasar Pon, mengaku terganggu dengan banyaknya pengamen yang datang dalam waktu berdekatan.

    “Ya rasanya kurang pas, tempat yang seharusnya untuk bersantai dan ngobrol ringan malah kadang terganggu dengan pengamen. Kalau jumlahnya satu atau dua saja ndak papa, tapi hampir 15 menit sekali ada pengamen yang mendatangi,” ujarnya.

    Menurutnya, fenomena ini perlu segera dievaluasi oleh pihak terkait. Sebab, Pasar Pon sudah dikenal luas sebagai ikon Trenggalek, yang tidak hanya aktif di pagi hari sebagai pusat belanja, tetapi juga menjadi pusat kuliner dan ruang interaksi publik pada malam hari.

    “Pasar Pon ini terkenal, mulai dari pagi ada pusat belanja dan malam ada angkringan. Ketika pengunjung terganggu, pasti akan mempertimbangkan untuk kembali berkunjung,” ungkap Marselo.

    Keluhan serupa juga disampaikan Hilmi, salah satu pedagang angkringan di kawasan tersebut. Ia menyebut dalam satu malam bisa ada lebih dari sepuluh pengamen yang datang silih berganti, yang justru membuat suasana terasa semrawut.

    “Sebenarnya sebagai pedagang kami merasa terganggu, karena tiap satu jam bisa 10 pengamen. Akhirnya pengunjung tidak nyaman, suasananya terkesan kumuh, terlalu banyak keruwetan,” ujar Hilmi.

    Menurutnya, keberadaan para pengamen juga berdampak pada kenyamanan transaksi. Banyak pembeli yang harus mengeluarkan uang lebih untuk memberikan kepada pengamen, sementara pedagang tidak bisa mencegah hal tersebut secara langsung.

    Hilmi berharap agar pemerintah atau dinas terkait tidak hanya menertibkan, tapi juga menciptakan solusi jangka panjang bagi para pengamen, seperti menyediakan wadah ekspresi dan ruang kreativitas, agar kegiatan mengamen tidak hanya sekadar meminta, tetapi menjadi sarana menyalurkan bakat.

    “Kalau bisa dikasih wadah, biar kreativitasnya tersalurkan. Ngamennya tidak cuma sekadar ngamen, tapi betul-betul terwadahi. Tidak hanya diusir, tapi dirangkul. Misalnya dibuat kegiatan khusus, ‘Love Music Pengamen’ beberapa hari sekali. Mereka berinovasi, dan kota kita punya sesuatu yang bisa dibanggakan,” jelas Hilmi.

    Ia juga menambahkan bahwa pengamen yang datang bukan hanya dari warga Trenggalek, tetapi juga dari luar daerah, dengan alat musik sederhana seperti gitar. Hingga kini, ia mengaku belum pernah melihat ada penertiban dilakukan oleh petugas di area tersebut.

    Hingga berita ini diterbitkan, pemerintah belum merespon soal kapan bakal dilakukan penertiban pengamen di area publik. 

    Kabar Trenggalek - Peristiwa

    Editor:Lek Zuhri