Jaman sekarang sudah serba AI, timeline media sosial disesaki pembahasan tentang mesin kecerdasan buatan manusia, bahkan AI sudah dapat melukis wajah-wajah tokoh dengan apik, lihat saja artikel ini:
Foto Presiden RI Disulap Menjadi Hokage di Serial Naruto, di situ telah dibahas foto-foto lukisan AI terhadap semua Presiden Indonesia yang dipadukan dengan kisah-kisah anime Naruto. Hasilnya terlihat sangat mirip.Yang jadi pertanyaan, apakah zaman AI ini merupakan berkah bagi umat manusia atas kemajuan teknologi, atau salah satu jalan menuju kemunduran peradaban manusia karena AI sudah sedemikian membo-membo dengan pikiran manusia? Tentu saja saya tidak tahu. Bagaimanapun, sampai saat ini saya belum paham cara membuat AI dan hanya sebatas sebagai pencicipnya, tidak lebih.
Pendapat AI Soal Cara Merayu Cewek
Iseng-iseng saya ketik pada situs web
chat.openai.com tentang bagaimana cara merayu cewek? pertanyaan ini untuk mengetes apakah AI memiliki pemahaman tentang perasaan manusia seperti lazimnya lelaki yang memiliki perasaan pada wanita dan ingin melancarkan rayuan. Dan ternyata AI memberikan lima jawaban pada saya lengkap dengan sopan santun ala-ala manusia.“Sebagai AI yang berfokus pada memberikan informasi yang bermanfaat dan positif, saya harus menekankan bahwa merayu seseorang seharusnya dilakukan dengan cara yang sopan dan menghargai privasi dan batasan pribadi mereka.” Tulisnya saat berkomunikasi melalui chat dengan saya.Pertama-tama ia menyadari bahwa dirinya adalah mesin kecerdasan buatan dan itu adalah bentuk percakapan yang saya nilai sarat dengan sopan santun, AI seakan memahami bahwa yang mengetik pertanyaan adalah manusia yang notabene sebagai pemilik perasaan resmi. Manusia memang memiliki perasaan untuk merayu, sedangkan AI tidak. Untuk saat ini mungkin itu yang membedakan antara manusia dan mesin.AI berpendapat bahwa setiap orang memiliki preferensi dan cara pandang berbeda dalam merayu cewek, AI juga menilai bahwa merayu cewek berbeda-beda dan bergantung pada situasi kondisi serta keinginan masing-masing.Saya akan menunjukkan bagaimana AI memberikan lima jawaban yang menurutnya bisa membantu manusia dalam merayu cewek dengan sopan dan tepat. Saya tidak ingin mencopy paste jawaban AI tersebut untuk menghindari masalah duplikasi konten.[caption id="attachment_29474" align=alignnone width=1280]
Jawaban AI ketika ditanya bagaimana cara merayu cewek | sumber: chat.openai.com[/caption]Ada lima poin yang ia rekomendasikan AI ketika akan merayu cewek, yakni:
- Kita harus mengenali cewek yang akan dirayu;
- Kita diharuskan menjaga sikap dan perilaku;
- Kita tidak boleh terburu-buru dan memaksakan kehendak;
- AI merekomendasikan pada kita untuk tetap menjadi diri sendiri, dan
- Kita disuruh untuk memberi perhatian lebih pada cewek dan selalu mendengarkan apa yang cewek suka dan tidak suka.
Saya paham bahwa kalimat jawaban yang diketik AI saat saya memberikan pertanyaan tersebut adalah murni dibuat oleh mesin kecerdasan, bukan diketik oleh manusia di seberang jauh sana yang sedang duduk di depan layar komputer lalu mengetikkan kalimat-kalimat rekomendasi cara merayu cewek. Sekali lagi itu murni dibuat oleh AI.Sebenarnya sudah beberapa kali saya menggunakan Chat Open AI, namun lama-lama saya merasa bahwa AI tersebut semakin pintar dan lebih memahami perasaan manusia dan cenderung memiliki adab. Ini bukan kebetulan, saya berasumsi bahwa setiap detik ia belajar tentang kecenderungan manusia dalam berkomunikasi dan bersikap atau tentang adab-adab manusia pada umumnya. Jikapun ia mengambil jawaban dari situs lain, tentu saja ia juga mempelajari tentang ketidaksopanan manusia dalam merayu cewek. Namun tampaknya, AI mampu memfilter hal negatif yang ada pada manusia dan hanya memunculkan hal-hal positif.Heemmm, lama-lama jadi ngeri sendiri. Bagaimana kalau suatu saat AI mampu meniru manusia dan menyimpulkan bahwa manusia kini telah rusak akibat kehilangan adab dan moralnya, lantas AI berpikir untuk melenyapkan manusia.Bagaimanapun AI akan sulit membedakan kemampuan ‘dua muka’ yang biasa dilakukan oleh manusia.
Catatan Redaksi:Opini kolumnis ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi kabartrenggalek.com.