KBRT – Sejumlah petani di Desa Surodakan, Kabupaten Trenggalek, mengeluhkan keterlambatan masa tanam padi akibat minimnya jumlah tukang bajak sawah. Kondisi ini menyebabkan banyak lahan belum dibajak, meskipun benih padi sudah siap tanam.
Sugik (53), petani asal RT 25 RW 8 Desa Surodakan, mengaku sawahnya hingga kini belum tersentuh bajakan. Akibatnya, rumput liar tumbuh subur di lahannya.
“Ya jadi terlambat, petani lain sudah selesai tanam, di sini belum dibajak,” ujar Sugik.
Sugik menjelaskan bahwa saat ini hanya terdapat dua tukang bajak yang beroperasi di wilayah persawahan Surodakan. Jumlah tersebut dinilai tak sebanding dengan luas lahan dan kebutuhan petani.
“Bibit saya sudah umur 17 hari. Idealnya sudah ditanam. Kalau terlalu tua, bibitnya tidak beranak banyak setelah ditanam,” jelasnya.
Selain minim tenaga bajak, ia juga mengkhawatirkan kondisi saluran irigasi yang rusak dan belum mendapat perbaikan. Meski saat ini air masih mengalir ke sawahnya, ia cemas jika musim tanam mundur terus dan air berkurang, hasil panen akan menurun.
“Saluran air itu ambrol, airnya meluber ke sawah bagian atas. Sawah setelahnya jadi tidak kebagian,” ungkapnya.
Sugik berharap kelompok tani di desanya bisa segera bersatu untuk mengusulkan perbaikan saluran irigasi ke pihak terkait, agar aliran air bisa merata hingga ke sawah paling hilir.
Keluhan serupa juga disampaikan Suparlan (77), petani yang memiliki sawah di belakang Terminal Bus Trenggalek. Ia juga belum bisa menanam karena sawahnya belum dibajak.
“Bibit padi saya sudah berumur 25 hari, padahal umur 20 hari saja sudah terlalu tua,” ujar Suparlan.
Suparlan mengatakan air memang mengalir deras ke lahannya karena saluran irigasi yang rusak. Namun tanpa proses bajak, ia tetap belum bisa menanam, sementara umur bibit terus bertambah dan risiko gagal tanam makin besar.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Zamz