KBRT - Kejuaraan panjat tebing tingkat SD dan SMP se-Kabupaten Trenggalek tahun 2025 menyisakan sejumlah catatan penting meski disambut antusiasme tinggi dari peserta.
Beberapa kebijakan panitia justru menuai kritik, terutama terkait penerapan denda sebesar Rp300 ribu bagi peserta yang ingin mengajukan protes dalam lomba.
Selain soal denda, panitia juga disorot karena tidak menyediakan timer besar di arena pertandingan. Hal ini menyulitkan peserta dan pendamping untuk memantau waktu tempuh secara langsung, padahal waktu merupakan penentu utama dalam penilaian lomba.
“Kalau protes harus bayar Rp300 ribu, peserta atau pendamping pasti pikir-pikir dulu. Di event lain, biasanya cuma Rp50 ribu atau malah gratis,” kata salah satu pendamping peserta yang enggan disebut Namanya.
Ketiadaan penunjuk waktu di lokasi pertandingan juga menjadi sorotan karena berpotensi menimbulkan keraguan terhadap transparansi hasil lomba.
Sejumlah pendamping khawatir ada celah manipulasi data waktu jika tidak ada penunjuk visual yang bisa diverifikasi bersama di lapangan.
Sementara itu, Ketua FPTI Trenggalek sekaligus ketua panitia lomba, Joko Among Mitro, menjelaskan bahwa kebijakan denda bagi peserta yang ingin mengajukan protes bukan hal baru.
Menurutnya, aturan tersebut telah umum berlaku, bahkan di tingkat provinsi nominal dendanya bisa lebih tinggi.
“Itu sudah jadi standar. Kami juga sudah sampaikan saat technical meeting. Mungkin ada orang tua peserta yang tidak hadir, jadi tidak mengetahui aturan tersebut,” kata Joko.
Joko menambahkan bahwa kejuaraan ini telah menjadi agenda rutin setiap tahun sejak empat tahun terakhir, sebagai bagian dari rangkaian Hari Jadi Kabupaten Trenggalek dan HUT Kemerdekaan RI.
Kompetisi berlangsung selama dua hari, pada 4–5 Agustus 2025, dan diikuti oleh 75 peserta dari jenjang SD dan SMP.
“Peserta SD mengikuti lomba kategori Speed Climbing, sedangkan peserta SMP berlaga di kategori Lead Climbing,” ujar dia.
Menanggapi berbagai keluhan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) Trenggalek, Agoes Setiyono, menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan lomba.
“Kami masih telusuri detailnya, termasuk koordinasi dengan cabang olahraga dan panitia. Tapi yang jelas, penentuan pemenang berdasarkan catatan waktu tercepat,” ujar Agus.
Agus juga menyebut pentingnya memperluas pengenalan olahraga panjat tebing kepada pelajar karena memiliki manfaat besar dalam membentuk karakter, keberanian, dan ketangkasan.
Kabar Trenggalek - Peristiwa
Editor:Lek Zuhri