KBRT – Upaya melestarikan sumber-sumber air di Kabupaten Trenggalek terus digencarkan. Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menggelar tradisi Metri Bumi di Sumber Ngudalan, Desa Karangrejo, Kecamatan Kampak.
Dalam kegiatan itu, bupati yang akrab disapa Mas Ipin menanam pohon bersama warga serta menyarungi pohon di sekitar sumber air dengan kain batik. Menurutnya, tradisi tersebut bukan bentuk pemujaan, melainkan simbol ajakan menjaga kelestarian alam.
“Ini ajakan agar pohon-pohon tetap dijaga, karena air sebagai sumber kehidupan harus kita lestarikan,” ujar Mas Ipin.
Sumber air Ngudalan dikenal memiliki nilai sejarah kuat. Lokasi ini merupakan salah satu tempat pertapaan Empu Sendok, pendiri Kerajaan Medang di Jawa Timur. Melalui tradisi Metri Bumi, Mas Ipin ingin mengajak masyarakat kembali mengilhami pesan-pesan bijak para leluhur.
“Empu Sendok sudah berpesan jangan merusak sawah, jangan merusak hutan. Kita melanjutkan tradisi itu. Harapannya, semua desa juga melakukan metri di sumber-sumber air mereka,” ungkapnya.
Mas Ipin menambahkan, menjaga kebersihan sumber air akan berdampak positif bagi masyarakat. “Kalau bersih pasti sehat. Kalau sehat, biaya berobat berkurang. Kalau indah, bisa jadi wisata. Kalau airnya cukup, pertanian terbantu. Jadi manfaatnya luas,” tuturnya.
Sementara itu, Marsudi, pemerhati budaya sekaligus dalang wayang kulit asal Desa Sugihan, Kecamatan Kampak, menilai kegiatan ini sebagai bentuk syukur atas sumber kehidupan.
“Dalam tradisi Jawa, air disebut sumber panguripan. Dulu raja-raja dan tokoh spiritual selalu memilih tempat pertapaan dekat sumber alam. Metri Bumi adalah wujud terima kasih kita kepada Yang Maha Kuasa,” kata Marsudi.
Ia juga mengapresiasi kepedulian bupati terhadap kearifan lokal. Menurutnya, jika tradisi ini rutin digelar, selain melestarikan budaya, juga bisa menggerakkan ekonomi lokal.
Marsudi menambahkan, Sumber Ngudalan memiliki nilai sejarah panjang karena pernah menjadi tempat pertapaan Empu Sendok. Dari kawasan Kampak inilah, Empu Sendok mendapat dukungan rakyat hingga mampu mendirikan Kerajaan Medang pada abad ke-10.
“Makanya Kampak ini lebih tua dari Kota Trenggalek, usianya sekitar tahun 929. Sumber air ini sampai sekarang tidak pernah kering meski musim kemarau dan tetap menghidupi sawah warga,” tutup dia.
Kabar Trenggalek - Sosial
Editor:Lek Zuhri