KBRT - Sejumlah wali murid dan siswa SMAN 1 Kampak, Kabupaten Trenggalek, mengungkapkan keluhan soal pungutan serta penggunaan dana Program Indonesia Pintar (PIP). Mereka menuturkan adanya pembayaran iuran hingga pemotongan dana bantuan pendidikan tersebut.
Bisri Marzuki, perwakilan wali murid, menyampaikan bahwa dirinya sempat diminta membayar seragam dua kali karena tidak menerima kwitansi saat pembayaran pertama.
“Uang seragam sama 50 ribu buat agustusan, kwitansinya tidak ada. Waktu mau ngambil seragam, karena sudah bayar, sekolah mengatakan belum bayar karena kwitansinya tidak ada. Otomatis saya bayar lagi. Baru setelah itu dikasih kwitansi, baru dapat seragam,” jelasnya.
Bisri menilai aksi protes siswa di sekolah patut diapresiasi. “Menanggapi aksinya anak-anak, kami mendukung. Bagus, biar ke depan lebih bagus,” tambahnya.
Dana PIP Dipotong untuk Iuran
Keluhan juga datang dari siswa kelas 12, Maulana Ibrahim. Ia mengaku hampir seluruh dana PIP yang diterimanya habis untuk membayar iuran sekolah. Dari total Rp1,8 juta yang cair, hanya Rp140 ribu yang bisa ia gunakan.
“Mereka menganggap saya punya tunggakan iuran PMP bulanan selama dua tahun, total Rp1,5 juta. Mereka juga menyuruh saya mencicil sumbangan amal jariyah,” ungkap Maulana.
Ia menyebut sumbangan amal jariyah ditetapkan Rp500 ribu meski dapat dicicil. Selain itu, pihak sekolah diduga menahan buku tabungan dan ATM PIP miliknya.
“Katanya supaya tidak hilang. Tapi itu hak siswa. Bahkan PIN-nya saya juga tidak tahu. Mereka hanya memberi tahu saat mengambil uang di ATM, lalu langsung meminta kembali kartunya,” tambahnya.
Kesaksian serupa disampaikan Lutfi Rania Dibati, siswa kelas 12 lainnya. Ia menyebut dana PIP miliknya sudah dicairkan pihak sekolah dan diserahkan langsung ke bendahara komite.
“Saat mereka memanggil saya ke ruang komite, uang PIP saya sudah ada di sana. Lalu mereka menunjukkan buku-buku tagihan iuran,” ujarnya.
Menurut Lutfi, bendahara komite meminta pembayaran penuh dari dana PIP. “Akhirnya mereka tetap meminta kami membayar penuh semua jenis tanggungan. Sisa uang saya tinggal Rp200 ribuan,” katanya.
Ia menegaskan kartu KIP dan buku tabungan juga disimpan sekolah. “Dari dulu sampai sekarang memang sekolah yang menyimpannya. Bahkan PIN-nya pun hanya mereka yang tahu,” tegas Lutfi.
Penjelasan Pihak Sekolah
Kepala SMAN 1 Kampak, Bahtiar Kholili, membantah adanya pemotongan dana PIP secara sepihak. Ia menegaskan sekolah hanya menghimbau siswa memberikan sumbangan sukarela.
Menurutnya, buku tabungan PIP memang disimpan di ruang komite berdasarkan kesepakatan dengan siswa.
Kabar Trenggalek - Pendidikan
Editor:Lek Zuhri