KBRT – Karnaval peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia di Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, menuai keluhan dari sejumlah penonton. Kritik muncul karena beberapa penampilan tari peserta karnaval dianggap kurang ramah anak.
Acara karnaval digelar pada Sabtu siang, 30 Agustus 2025, dengan menampilkan berbagai atraksi budaya dan tarian di sepanjang jalan utama Durenan. Namun, sebagian peserta yang membawakan tarian dengan iringan musik modern dinilai kurang sesuai dengan suasana karnaval budaya peringatan kemerdekaan.
Muhammad Zamzami (20), penonton asal Desa Ngadirejo, Kecamatan Pogalan, mengaku khawatir jika anak-anak yang ikut menonton menanyakan gaya penampilan para penari kepada orang tuanya.
“Saya takut, misal anak kecil yang nonton tanya ke orang tuanya tentang gaya penampilan tadi. Pasti bingung bagaimana cara menjawabnya,” ujar Zamzami.
Menurut Zamzami, meski sebagian penari mengenakan kebaya tradisional, potongan kostum yang cukup tinggi hingga memperlihatkan lekuk tubuh dianggap tidak tepat ditampilkan dalam acara peringatan kemerdekaan.
“Seharusnya kalau momennya kemerdekaan, lebih bagus kolosal perang perjuangan jika membuat pertunjukan,” tambahnya.
Zamzami menilai pementasan kesenian tradisional seperti jaranan Turonggo Yakso atau Reog Ponorogo lebih menghibur sekaligus mendidik. Pertunjukan kolosal bertema perjuangan, menurutnya, akan memberikan makna lebih kuat bagi anak-anak.
“Jika ada pertunjukan perang pahlawan, maka anak-anak kecil yang bertanya ke orang tuanya bisa dijawab dengan mudah. Misalkan ‘itulah perjuangan pahlawan dulu mengusir penjajah’,” jelasnya.
Ia juga berharap, karnaval budaya dapat benar-benar menjadi ruang untuk memperkenalkan kesenian tradisional kepada generasi muda, sehingga mampu menumbuhkan kecintaan pada budaya lokal sekaligus semangat nasionalisme.
“Kalau anak-anak dikenalkan pada kesenian tradisional, mereka bisa jadi tertarik dan merasa memiliki budaya itu,” ujarnya.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz