KBRT – Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek masih menyimpan sekitar 10.000 dosis vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang belum disalurkan ke peternak. Jumlah ini menjadi perhatian di tengah banyaknya keluhan peternak yang mengaku belum mendapatkan vaksinasi untuk hewan ternaknya.
Ririn Hari Setiani, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek, menjelaskan bahwa dosis yang tersisa merupakan bantuan dari pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian, setelah jatah dari Pemerintah Provinsi sebanyak lebih dari 30.000 dosis telah habis digunakan.
“Vaksin PMK sekarang kira-kira masih tersisa 10.000 dosis, dari Pemerintah Provinsi 30.000 lebih sudah habis, dosis yang tersisa itu vaksin dari Kementerian,” ujar Ririn.
Vaksinasi masih terus dilakukan oleh petugas lapangan, namun keterbatasan tenaga serta adanya penolakan dari sebagian peternak menjadi kendala tersendiri.
“Saat awal tahun kasus PMK pas banyak, kami belum bisa vaksinasi karena rencananya mau dimandirikan sebab ada efisiensi. Baru di bulan April kami memulai vaksinasi,” jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Trenggalek tahun 2024, jumlah populasi sapi potong dan sapi perah di daerah ini sudah mencapai lebih dari 50.000 ekor. Artinya, stok vaksin yang ada belum mencukupi seluruh populasi ternak yang rentan terhadap PMK.
Kondisi ini dirasakan langsung oleh Indrawati (48), peternak asal Dusun Krajan, Desa Wonoanti. Dua dari tiga sapi potong miliknya sempat terjangkit PMK pada awal 2025, namun tidak mendapatkan vaksinasi.
“Dua sapi saya sempat terkena PMK. Saat itu saya minta vaksin dari mantri langganan yang katanya ada, tetapi ternyata tidak ada. Padahal saya bayarpun masih mau,” ujar Wati.
Meski tidak mendapat perawatan medis dari dokter hewan, kedua sapi Wati berhasil selamat. Namun, salah satu sapi mengalami luka di kaki yang menyulitkan saat hendak dijual.
Sapi tersebut akhirnya dijual dengan harga Rp31 juta dua hari lalu, lebih rendah dari tawaran sebelumnya sebesar Rp36 juta saat mendekati Hari Raya Kurban.
“Saat kurban masih belum ingin dijual karena harapannya bisa lebih besar. Tapi setelah difikir terlalu lama kalau nunggu hari raya lagi akhirnya saya jual,” ungkapnya.
Wati mengaku sempat menghabiskan lebih dari Rp1 juta untuk membeli berbagai obat dari apotek maupun toko daring. Ia bahkan harus menghaluskan rumput menggunakan blender agar sapinya bisa makan.
“Tiga hari itu saya tidak tega ke kandang lihat sapi tidak bisa makan, seluruh mulutnya seperti luka sariawan,” kisahnya.
Dari tiga sapi miliknya, hanya satu induk yang pernah divaksin sekitar dua tahun lalu. Dua ekor lainnya belum pernah menerima vaksin PMK. Ia juga menceritakan bahwa sekitar dua bulan lalu, ada kegiatan penyuntikan di desanya. Namun setelah ditanyakan, petugas menyebut suntikan tersebut hanyalah vitamin.
“Kalau vaksinnya masih ada ya saya kepingin dapat, terlebih lagi gratis. Karena sampai sekarang itu masih khawatir ada sapi yang belum divaksin,” tandasnya.
Kabar Trenggalek - Mata Rakyat
Editor:Zamz