Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Sampah Menggunung di Tepi Jalan Trenggalek-Gandusari, Warga: Lambatnya Penanganan

  • 25 Jul 2025 12:00 WIB
  • Google News

    KBRT – Tumpukan sampah terlihat menumpuk dan berserakan di tepi Bukit Kedekan, Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, pada Kamis (24/07/2025). Lokasinya yang berada di pinggir jalan penghubung Gandusari–Trenggalek membuat kondisi ini terlihat mencolok oleh para pengendara yang melintas.

    Menurut Supriadi (42), warga Dusun Krajan yang tinggal tidak jauh dari lokasi, tempat tersebut dijadikan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) oleh warga sejak sekitar tiga bulan terakhir. Penumpukan terjadi karena tidak adanya pengambilan rutin oleh petugas.

    “Kalau sudah menumpuk sebanyak itu ya terlambat tak diambil. Tempat itu sudah disepakati jadi TPS oleh warga Wonoanti, tapi karena tak diambil jadinya ya menumpuk seperti itu,” ujar Supriadi.

    Supriadi menyebutkan bahwa lokasi TPS tersebut awalnya dipilih karena cukup jauh dari pemukiman, namun berada di tepi jalan raya sehingga mengganggu pemandangan.

    “Tanahnya itu kira-kira milik Pak Kepala Desa pribadi, sebelumnya pernah coba dibakar tapi tetap tidak bisa habis,” lanjutnya.

    Menurutnya, pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas dari warga setempat, dengan biaya pengelolaan Rp15.000 per bulan per kepala keluarga. Warga menyimpan sampah dalam tong yang disediakan oleh pengelola desa, dan biasanya diambil setiap dua hingga tiga hari sekali.

    “Semestinya di Kedekan itu sudah dikomunikasikan sama Dinas, tapi mungkin saja pengambilannya telat,” tambahnya.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Supri juga mengungkapkan bahwa sekitar 150 meter di selatan lokasi tumpukan, terdapat bak penampungan sampah permanen berwarna kuning yang baru dipasang belum genap satu bulan. Namun, hingga kini belum jelas jadwal rutin pengambilan oleh kendaraan sampah.

    “Sekarang sudah ada tiga tumpukan besar, itu sudah lebih dari kapasitas TPS biasa,” katanya.

    Sebelum sistem pengelolaan sampah ada, kata Supri, warga biasa membakar sampah sendiri. Namun hal ini sulit dilakukan bagi warga yang tidak punya lahan atau memiliki sampah jenis seperti popok bayi.

    “Kalau tidak bisa dibakar, ya kerepotan. Terutama kalau sampah pampers, itu kan tidak bisa dihabiskan begitu saja,” ucapnya.

    Sebagian warga yang memiliki lahan masih memilih membuang sendiri tanpa menggunakan tong. Meski begitu, Supri berharap pemerintah segera turun tangan untuk menertibkan pengelolaan sampah agar tidak merusak citra lingkungan desa.

    “Harapannya ya jangan sampai berserakan seperti saat ini lagi, kalau gini kan yang jelek jadi Desanya sendiri,” tutupnya.

    Hingga berita ini ditulis, pihak redaksi telah mencoba menghubungi Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (PKPLH) Kabupaten Trenggalek, namun belum mendapatkan tanggapan.

    Kabar Trenggalek - Mata Rakyat

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita