Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Login ke KBRTTulis Artikel

Cegah Gagal Panen, Petani Trenggalek Didorong Ganti Varietas Benih Padi

  • 17 Aug 2025 10:00 WIB
  • Google News

    KBRT - Petani di Kabupaten Trenggalek akan segera menghadapi musim tanam ketiga. Dinas Pertanian dan Pangan mengimbau petani padi agar mengurangi penggunaan pupuk NPK untuk mencegah risiko gagal panen akibat serangan hama.

    Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Dinas Pertanian dan Pangan Trenggalek, Khairul Anam, menuturkan pihaknya sudah menyampaikan imbauan kepada petani melalui berbagai langkah konkret.

    “Telah disampaikan juga oleh Bapak Kepala Dinas, beberapa himbauan dan rekomendasi langkah-langkah konkrit yang bisa kami lakukan seperti mengurangi penggunaan pupuk NPK,” ujar Anam.

    Menurutnya, senyawa Nitrogen dalam NPK yang terlalu melimpah bisa membuat batang padi lentur dan tidak keras, sehingga lebih rentan terserang hama seperti wereng.

    Selain itu, petani juga diimbau mengganti varietas bibit padi agar tidak menanam jenis yang sama dengan musim sebelumnya. “Varietas yang ditanam kalau bisa harus berbeda dengan varietas sebelumnya. Terlebih bagi petani yang mengalami puso atau gagal panen,” jelasnya.

    Meski begitu, banyak petani tetap menanam padi meski menghadapi tantangan. Mereka tak punya banyak pilihan untuk mengganti komoditas lain, sementara kondisi air di awal musim tanam belum sepenuhnya mencukupi.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Mugiono (50), petani asal Desa Jatisari, Kecamatan Pogalan, mengaku harus menyemai bibit dengan bantuan pompa air. “Ya ini mau lanjut padi, soalnya nanti belum sampai 3 bulan sudah bakal musim penghujan lagi. Walaupun sekarang menyemai bibit padi saja harus pakai pompa,” ujarnya.

    Saat ditemui di sawahnya, Mugiono tengah membersihkan hasil panen dari sisa batang padi. Ia menuturkan kondisi tanah saat ini sudah tidak berlumpur seperti musim hujan. Untuk memompa air, ia harus merogoh biaya cukup besar.

    “Nanti kalau sudah dekat waktu tanam. Terpaksa saya harus memompa air mandiri, kira-kira untuk tanah 350 ru saya habisnya lebih Rp 400.000 untuk air dan bajaknya,” katanya.

    Bibit yang ia semai pun tidak tumbuh normal, ada yang tinggi dan ada yang pendek. Ia juga mencoba mengganti jenis benih, dari sebelumnya Impari ke varietas Logawa.

    “Dari dulu tidak pernah mendapat bantuan benih gratis, waktu kebanjiran kemarin saya juga beli sendiri supaya bisa tetap tanam lagi,” terang Mugiono.

    Kawan Pembaca, Terimakasih telah membaca berita kami. Dukung Kabar Trenggalek agar tetap independen.

    Kabar Trenggalek - Ekonomi

    Editor:Zamz