Kabar TrenggalekKabar Trenggalek
Kabar TrenggalekKabar Trenggalek

Press ESC / Click X icon to close

My Account

Yasir, Pensiunan Guru yang Dedikasikan Hidup untuk Lestarikan Karawitan di Trenggalek

  • 23 Jun 2025 12:00 WIB
  • Google News

    Poin Penting

    • Paguyuban Among Rasa rutin latihan karawitan tiap Jumat malam di Trenggalek.
    • Yasir, pendiri paguyuban, telah mengabdi 26 tahun ajarkan gamelan secara gratis.
    • Ia khawatir tak ada generasi muda yang tertarik meneruskan kesenian ini.

    KBRT – Di tengah perkembangan zaman yang semakin modern, sekelompok warga Trenggalek tetap setia menjaga napas kesenian tradisional. Mereka tergabung dalam Paguyuban Among Rasa, yang secara rutin menggelar latihan karawitan setiap Jumat malam di rumah sang pendiri, Yasir (83), warga Kelurahan Surodakan, Kecamatan Trenggalek.

    Paguyuban ini diisi oleh bapak dan ibu yang sebagian besar telah berusia lanjut. Namun, semangat mereka tak luntur. Lebih dari 20 orang berkumpul setiap minggu, memainkan tembang Jawa dengan iringan gamelan hingga larut malam.

    Yasir, pendiri dan guru karawitan paguyuban tersebut, mulai mengembangkan kegiatan ini sejak pensiun dari profesinya sebagai guru seni di sekolah dasar pada tahun 1999. Ia secara mandiri mencicil pembelian alat gamelan hingga akhirnya terbentuk Among Rasa.

    “Awalnya saya hanya sediakan terbang untuk latihan. Karena yang ikut semakin banyak, saya mulai nyicil beli gamelan,” ujar Yasir saat ditemui Kabar Trenggalek usai latihan.

    Selama 26 tahun, Yasir telah mengajari banyak warga belajar gamelan dan menyanyikan tembang Jawa. Namun, ia mengaku masih menyimpan keresahan: tak satu pun anak muda yang terlihat tertarik untuk belajar dan melanjutkan kesenian ini.

    Para pegiat seni melakukan latihan. KBRT/Nandika

    “Saya khawatir, sampai sekarang belum ada anak muda yang ikut belajar. Padahal saya sudah sediakan tempat dan alat-alatnya,” tuturnya.

    Anggota Among Rasa kini datang dari berbagai wilayah, mulai dari Desa Pogalan hingga Kelurahan Kelutan. Meski tidak memungut biaya, Yasir tetap menyediakan fasilitas lengkap dan membimbing latihan secara konsisten dari pukul 19.30 hingga 23.00 WIB.

    ADVERTISEMENT
    Migunani

    Yasir menyebut bahwa kesenian karawitan memiliki filosofi yang dalam, dan tak bisa dimainkan hanya dengan keterampilan semata. Nama Among Rasa sendiri dipilih karena menggambarkan makna menjaga dan mengolah rasa dalam menabuh gamelan.

    “Kesenian ini tidak cukup pakai logika. Harus ada rasa. Kalau rasa antara penabuh tidak nyambung, ya tidak bisa padu,” jelasnya.

    Ia menjelaskan bahwa karawitan yang diajarkannya mengacu pada pakem asli dari Keraton Surakarta. Berbeda dengan tayub, yang meski menggunakan gamelan, sudah mengalami banyak perubahan pada gaya tabuhannya.

    Yasir mengungkapkan bahwa seluruh perangkat gamelan yang dimiliki kini diperkirakan senilai Rp80 juta, berdasarkan harga lima tahun lalu. Ia mengaku tak pernah menghitung itu sebagai aset pribadi.

    “Semua gamelan ini sudah saya pasrahkan ke masyarakat. Siapa pun yang mau belajar, harus saya ajari sampai bisa. Biar nanti bisa diteruskan ke anak-cucunya,” ungkapnya.

    Setiap akhir tahun, rumah Yasir juga kerap dikunjungi mahasiswa dari STKIP PGRI Trenggalek. Meski mereka tak rutin latihan, kehadiran generasi muda itu menjadi harapan tersendiri bagi Yasir.

    “Walaupun tidak ikut latihan rutin, saya tetap senang. Setidaknya masih ada yang mau datang,” katanya lirih.

    Kabar Trenggalek - Sosial

    Editor:Zamz

    ADVERTISEMENT
    BPR Jwalita